THIRTY THREE

351 21 1
                                    

Rany dan Shelly berjalan beriringan menuju ruang BK. Di belakang mereka sudah ada Haqi dan Hana yang membuntuti. Setelah memasuki ruangan bercat biru cerah itu, mereka menemukan Pak Rizky yang tengah duduk di kursinya santai sambil membaca koran di tangannya.

"Permisi, Pak. Ini Rany sama Shelly-nya. Jangan diapa-apain loh, Pak. Ini anak orang. Saya permisi dulu ya, Pak," ujar Haqi sedikit bercanda seraya mengajak Hana ikut keluar.

"Kamu berdua, silahkan duduk di depan saya," ucap Pak Rizky datar.

Rany dan Shelly berjalan menuju dua kursi di depan meja Pak Rizky. Lalu mendaratkan bokongnya ke dasar kursi itu. Pak Rizky angkat bicara.

"Apa benar kalian pernah bermain di club?" tanya Pak Rizky. Rany menunduk, tak berani menatap tatapan datar tapi sebenarnya tajam dari Pak Rizky di depannya.

Shelly menjawab. "Iya, Pak. Itu benar," jawabnya pelan. Pak Rizky manggut-manggut sambil menatap layar ponsel miliknya lantas memegang benda pipih itu lalu mengarahkan layarnya ke hadapan mereka berdua.

"Dengan pakaian seperti ini. Memegang minuman seperti itu. Dan didepan kalian juga ada cowok asing yang sepertinya liar?"

Rany memejamkan matanya. Sedangkan Shelly ikut menunduk seperti Rany juga. Pak Rizky menghela nafasnya berat. Ia mengambil dua carik kertas yang nantinya akan menjadi surat perintah keluar dari sekolah.

"Sesuai peraturan sekolah yang dibuat oleh guru BK dua tahun yang lalu, kalian akan saya DO. Dan ini, kalian harus menyerahkannya kepada kedua orang tua kalian," ucap Pak Rizky yang masih sibuk menulis.

Rany dan Shelly mengangguk. Mereka hanya bisa pasrah. Percuma mengelak kalau mereka tetap akan dikeluarkan dari sekolah ini.

"Tunggu, Pak!"

Karena suara itu, Pak Rizky menghentikan aktivitasnya yang tengah menulis. Rany dan Shelly yang tadinya menunduk, kini menoleh ke arah belakang mereka. Disana sudah ada Hana yang menatap mereka dan Pak Rizky bergantian.

"Ada apa, Hana? Apa ada masalah lagi yang harus bapak urus?" tanya Pak Rizky lembut.

Hana berjalan maju, mendekati Pak Rizky dan dua cewek yang kini menatapnya heran. Hana berhenti tepat di sebelah kursi yang diduduki oleh Rany. Cewek itupun langsung angkat bicara.

"Jangan men-DO mereka, Pak. Kasih dulu mereka kesempatan kedua untuk merubah sikapnya. Saya yakin, mereka akan berubah seiring berjalannya waktu," ucap Hana yang berhasil membuat kedua bola mata Rany dan Shelly membulat sempurna.

Pak Rizky nampak berfikir. Seyakin mungkin, beliau menjawab, "kalau kamu yakin seperti itu. Baiklah."

Hana tersenyum lalu menoleh ke arah Rany dan Shelly. Rany berdiri sambil masih menatap Hana bingung.

"Kenapa?"

Hana tersenyum tulus lagi. "Karena aku tahu, kamu emang butuh kesempatan kedua itu. Lagipula, aku udah maafin kamu tentang omongan kamu yang ngehina aku dulu-dulu." Rany tersenyum haru, langsung saja ia memeluk perempuan didepannya erat.

"Aku ga tahu harus gimana buat balas kebaikan kamu itu, Han. Aku emang salah udah menilai kamu jelek karena dulunya aku emang suka Gilang. Cowok yang sayang kamu dengan tulus," ucap Rany ditengah pelukan itu berlangsung.

"Sekali lagi, Han. Aku minta maaf soal semua kelakuan aku ke kamu. Mulai dari bully kamu, labrak kamu, sampai neror kamu. Sekali lagi aku minta maaf," ucap Rany lagi.

Hana tersenyum sambil menepuk-nepuk punggung Rany. "Iya, Ra. Udah aku maafin kok."

"Cuma Rany aja yang dimaafin. Aku-nya enggak. Jahat ih kamu." Shelly berdiri sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Tak lupa bibirnya yang mengerucut kesal dramatis.

Reader Vs GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang