TWENTY NINE

332 22 0
                                    

"Lo gila, Han? Lo mau aja nerima tantangan Rany yang konyol itu?" tanya Rania emosi ketika mereka semua tengah berkumpul di rumah Hana seperti biasanya.

"Mau gimana lagi?" ucap Hana pasrah.

"Pertandingan basket antar kelas besok lusa 'kan, pertandingan seleksi buat ikut pertandingan basket antar sekolah nantinya?" Himma mengajukan pertanyaan itu yang dijawab dengan sebuah anggukan oleh mereka semua.

"Permisi, ini Tante bawain cemilan buat kalian. Habisin aja, kalo mau minum, tinggal ambil di dapur ya?"

Bella masuk sambil membawa nampan berisi beberapa camilan yang biasanya disukai oleh anak remaja. Bella menaruh nampan itu di atas meja samping ranjang ukuran Queen. Lalu, Bella pun keluar karena merasa dirinya telah menganggu aktifitas para remaja manis itu.

"Wah, mumpung banyak banget makanannya. Gue langsung santap, ya?" ucap Himma semangat sambil berdiri lalu mengambil nampan itu yang berisi,

Biskuit batang berlapis cokelat dan vanila, kukis bulat berwarna cokelat yang rasanya cokelat dengan taburan cokelat kecil, kue kotak berwarna kontras ditaburi benda kuning olahan susu, keripik tipis olahan kentang ditaburi rumput dari laut, dan bubuk rasa BBQ.

Semua dibuka oleh Himma, mengambilnya lalu memasukkan makanan ringan itu ke dalam mulutnya.

"Makan itu bagi-bagi, dong. Jangan makan sendiri aja. Jahat kamu ya?" ujar Tania dramatis.

"Iya, deh. Nyonya Tania Alfarizi," sahut Farah meledek Tania.

"Ih, kenapa jadi sebut namanya kunyuk gila kutu kupret itu, sih!"

"Alaah, bilangnya kunyuk gila kutu kupret tapi hatinya bilang sayangku," timpal Vana.

"Udah, ah. Debat aja mulu. Gue habisin nih, makanan," ucap Himma sambil berjalan menuju sofa panjang di ruangan itu.

"Him! Sini, dong. Gue mau makan itu!"

"Itu masih banyak, buat kalian aja. Kalo ini khusus jatah buat gue doang," ucap Himma percaya diri.

"Tante Bella bilang ini semua kita bagi bersama. Bukan lo aja yang makan, siniin ga?" Farah berdecak sambil berdiri.

"Ga mau, kalo lo pengen makan ini, ambil aja sendiri," ucap Himma sambil berdiri lalu berjalan menjauh dari incaran Farah. Farah mengejar Himma, Himma yang dikejar pun tersenyum lebar setelah akhirnya bisa berlari-lari lagi meski dia adalah target kejaran.

"Him, sini!"

"Ga mau," ucap Himma seraya menjulurkan lidahnya meledek.

Seperti anak kecil, pikir semua remaja yang ada disitu. Mereka geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua cewek yang saat ini masih saja mau kejar-kejaran di atas kasur seperti itu.

"Udah, udah. Gue capek, nih." Himma lelah pada akhirnya hingga ia terjatuh di atas empuknya kasur.

Himma mendesah kecil. "Jadi pengen tidur," ucapnya.

Farah duduk di samping ranjang setelah berhasil mengambil bungkus makanan itu dari tangan Himma. Isinya pun masih banyak.

"Jadi, gimana?" tanya Rania.

"Gue tadi tanya sama Rafif. Dan dia bilang kalo tim bisa diatur sendiri. Putra-putri bisa digabung. Tapi, dengan syarat harus kompak dan bisa main basket," jelas Hana.

"Udah lo tentuin siapa aja yang bakal masuk tim lo?" tanya Tasya.

"Belum."

Keadaan seketika menghening. Hana bergelut dengan pikirannya sendiri. Himma pun sudah turun dari ranjang dan memilih duduk di atas karpet berbulu sebelah Tasya.

Reader Vs GamerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang