16. Murahan

2.8K 150 4
                                    

Bel pulang sudah berbunyi. Buru-buru Sergio membereskan seluruh bukunya dan memasukanya ke dalam tas merahnya. Aluna melihat sikap Sergio sedikit aneh, tak biasanya Sergio terlihat kesal seperti ini.

Sergio langsung keluar kelas dengan langkah yang cepat, tanpa berbicara sekata pun pada Aluna. Itu bocah kenapa ya?

Aluna malas mempedulikan itu langsung keluar kelas bersama para sahabatnya. Di koridor Aluna melihat sosok Hasan sedang duduk di kursi depan kelas 10.

Posisi Aluna kini sudah hampir dekat dengan Hasan. Mata tajam Hasan menatap Aluna membuat yang di tatap pun menunduk malu. Aluna pun sudah menjauh dari Hasan, tanpa ia sadari Hasan terus menatapnya.

"Hey!" Elika menoyor kepala sahabat satunya ini.

"Cie, yang tadi di liatin sama kak Hasan..." goda Elika sebari mencolek dagu Aluna.

"Apasih." Aluna menjewer kuping Elika.

"Jangan geer ah. Nanti kalo udah baper susah ngatasinya," saut Elea.

"Dih, kata-kata lo sok quotes-quotes gitu deh." timpal Tyana.

"Ini para ciwi-ciwi berisik banget. Njirrr..." kata Aluna sambil menutup kupingnya. Lalu mempercepat jalanya tak mempedulikan teriakan sahabatnya itu.

•••••

Sergio mendorong tubuh Asya cukup keras. Ia menatap Asya dengan penuh amarah, Asya menangis. Melihat Sergio yang marah seperti ini membuat Asya menangis karena takut.

"Kenapa sih?" tanya Asya.

"Lo nanya kenapa?" tanya balik Sergio, "Dimana otak lo, hah!" ucapnya dengan amarah. Tangis Asya semakin jadi.

"Lo jangan nangis deh, drama queen banget."

"Gio, cukup." ucap suara yang sudah dikenali Sergio. Sergio berbalik dan menemukan Sarga yang sedang menatap tajam kearahnya.

"Cukup. Lo kenapa tiba-tiba marahin Asya tanpa sebab? Dia salah apa sama lo?!" tanya Sarga tajam. Sergio menatap sinis Asya yang menyunggingkan senyum kemenangan pada Sergio.

"Lo tanya? Dia seenaknya nyebut Aluna sebagai 'cewek murahan' sampe Aluna nangis. Coba, lo pikir salah apa Aluna sama Asya sampe dia beraninya nyebut Aluna sebagai 'cewek muraha'." jelas Sergio.

Sarga bungkam.

"Apa? Lo gak bisa jawab kan? Karena lo juga ada di tempat itu juga. Saat Aluna di hina gitu aja, lo sama sekali gak ada niat buat bela dia yang sama sekali gak begitu." ucap Sergio.

Sarga menatap Sergio terkejut. Jadi Sergio tahu jika kejadian itu ada dirinya disaana?

"Tau darimana lo?" tanya Sarga.

"Gak usah ditanya. Bilangin ke sahabat masa kecil lo ini, jangan seenak jidat bilang temen gue dengan kata-kata itu lagi." setelah mengucapkan itu ia langsung pergi meninggalkan Sarga dan Asya.

"Sarga, sorry." ucap Asya menatap Sarga dengan wajah melasnya.

Sarga diluluhkan oleh tatapan Asya.

"Its oke." balas Sarga seraya mengacak-acak rambut Asya.

"Jadi kan anter aku ke mall?" tanya Asya. Sarga mengangguk sambil tersenyum manis.

Di lain tempat. Aluna sedang asik tidur di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Heh!" Bimo menepuk pundak Aluna. Membuatnya terkejut.

"Ih,"

"Sorry, sorry hehe..."

Bimo langsung mengambil posisi di samping Aluna. Tak lama Bima juga datang dengan memainkan kunci mobil.

SargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang