29. Calon imam

2.3K 128 3
                                    

"Cuman dia yang bisa balikin mood jadi lebih baik."

-Aluna

Selamat membaca, jangan lupa Vota dan Komen makasih!

                           |•••••|

"Abang! Kenapa sih lama banget. Luna kedingingan, tau kan hujan? Kesel deh!" cerocos Aluna selama perjalan menuju pulang.

"Ya, maaf. Forget kita tuh," kata Bimo

Aluna mendengus. Tak lama ponsel Bima berdering, dengan cepat ia mengambil benda pipih itu di sakunya.

Ibu Rossa calling...

"Halo?"

"Mo, nanti pulang rumah Tante Marelin aja ya? Kita lagi pada disini..."

"Oh? Iya bu..."

Setelah itu telfon ditutup. Aluna menatap Bima penasaran, "Luna tebak, pasti itu Ibu ya?"

"Iya, kita disuruh langsung ke rumah Tante Marelin. Lagi pada disana soalnya..."

Aluna mengernyit, "Ngapain?"

Bimo mengangkat kedua bahunya tidak tahu, sedangkan Bima menyahut Aluna."Kalo tau juga kita gak bakal penasaran Lun,"

"Ck, santai kek di pantai." dengus Aluna lalu menyanderkan kepalanya di tepian jendela mobil yang masih tertutup. Bola mata hitamnya fokus memperhatikan jalanan yang ramai.

"Aluna, gimana perkembangan lo sama cowok yang namanya Sarga itu?" tanya Bimo sambik fokus menyupir.

"Mau bilang baik, nggak tau. Mau bilang gak baik juga sama nggak tau. Karena emang deket juga gak, sama si kak Sarga."

"Tapi rencana yang udah di susun berjalan lancar gak?"

"Yang abang saksiin seperti biasanya, gimana?" jawab Aluna dengan nada malas.

•••••

Dengan nafas yang tersenggal. Sarga menatap sekeliling, sudah aman. Tiga preman itu sepertinya sudah tidak mengejarnya lagi. Sejak saat dirinya suka membantu anak-anak jalanan yang di perbudak oleh preman itu, ia menjadi sering di kejar oleh preman tersebut.

Padahal hanya memberi makan, dan sedikit membuat anak-anak itu menjadi berani melawan preman yang sudah memperbudaknya. Dan ia kena batunya, sebetulnya jika hanya satu preman masih bisa ia atasi, tapi ini tiga preman yang tubuhnya besar melebihinya. Sudah habis menjadi rujak nanti.

"Woy! Mau lari kemana lu!" teriakan itu membuat Sarga terkejut. Ia berbalik ke belakang, ternyata tiga preman itu masih mengejarnya.

Ia mulai berlari sekuat tenaga. Sial, tubuhnya malah terjatuh diaspal. Di depan Komplek rumahnya sebenarnya ada Satpam yang selalu menjaga Komplek, tapi saat keadaan seperti ini tidak ada tanda-tanda Satpam menjaga.

"Kak! Sini kak." Sarga menengok kearah semak-semak. Melihat tiga anak kecil yang ternyata memanggilnya tadi, anak kecil itu menyuruh Sarga bersembunyi di semak-semak ini bersama mereka.

Sarga langsung berlari kearah semak-semak. Ia merunduk agar tidak ketahuan oleh preman-preman itu.

"Sialan!" ia mengintip sedikit. Preman itu ada di dekat semak-semak yang sekarang di pakai untuk sembunyi darinya.

Tiba-tiba ketiga anak kecil itu berlompat dan menyerangi si preman menggunakan batu yang besar. Sarga bingung harus apa, tapi akhirnya ia membantu menyerang si preman.

SargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang