14. Sapu tangan Sapi

2.6K 145 3
                                    

Hari yang sangat panas. Aluna mulai lelah dan berkeringat, kini ia sedang berada di lapang untuk membersihkan lapangan sampai bersih karena ia terlambat datang ke sekolah di tambah ia tak menggunakan sepatu sekolah, membuat hukumanya bertambah.

Jika kalian tanya Bimo dan Bima. Mereka berdua hanya mendapat teguran dan tidak di hukum seperti Aluna. Karena, mereka sudah harus fokus pada ujian nasional jadi tadi saat terlambat Bimo dan Bima langsung disuruh masuk ke kelas oleh bu Fatma.

Aluna mencibir kesal pada kedua abangnya itu. Ia mengelap keringatnya yang bercucuran dikeningnya, sudah 15 menit ia membersihkan lapangan luas di sekolahnya ini. Dan ia tidak mengikuti jam pelajaran pertama.

"Argh! Kesel." kesalnya mulai lelah sambil menginjak tanah menandakan dirinya sudah kesal dengan kesialan ini.

"Udah sepatu gak ada, terlambat ke sekolah, di hukum sama bu Fatma, dan suruh berisihin lapang!" ucapnya sendiri.

"Dikira ini lapang kecil, orang segede lapang golf juga!" gerutunya. Tiba-tiba ia merasak sesuatu yang dingin menempel di pipi kanannya. Ia membalikan badanya dan terdapat Sergio menempelkan air minum yang dingin ke pipinya.

"Panas? Nih, minum." Sergio menyodorkan air minum pada Aluna. Dengan senang hati ia menerimanya, ia langsung meneguk air minum sampai yang tadi isinya penuh menjadi setengah membuat Sergio yang melihat itu menerjapkan matanya.

Haus kali ya?

"Seger bos!" ucap Aluna kini sudah merasakan kesejukan.

"Oh iya, itu harganya 3.000 elo nanti bayar ke Ibu kantin ya," ucap Sergio. Aluna dengan wajah kagetnya reflek membanjur Sergio dengan air minumnya.

Sergio pun terkejut dan melihat baju seragamnya yang basa di tambah air minum ini dingin membuat nya bergidik.

"Gue kira lo ngasih!" kesalnya. Sergio hanya menyengir.

"Ini basah, anjir..." keluh Sergio.

"Siapa bilang kering!" sinis Aluna.

"Nih! Makasih. Bayar sono gue gak punya uang!" setelah memberikan kembali minumnya Aluna berlalu pergi seraya mengambil tasnya yang disimpan dipinggir lapang.

"Pada akhirnya gue yang bayar," gumam Sergio.

Aluna berjalan di koridor. Ia mulai berlari kecil saat tahu jam pelajaran guru yang killer sekarang jam pertama mata pelajaran ekonomi. Sampai depan kelas, Aluna mengetuk pintu dan benar saja saat ia sudah membuka pintu terdapat bu Siti yang menatapnya tajam.

"Maaf bu, tadi saya dapat hukuman dulu." ucap Aluna. Ia sudah taju peraturan belajar dengan bu Siti, yaitu jika murid telat hanya 5 menit pelajaranya tetap akan dapat sangsi.

Seisi kelas menatap kearah Aluna. Tiba-tiba Sergio datang dan langsung duduk di bangkunya. Aluna hanya diam.

"Mana sepatu kamu?!" tanya bu Siti.

"Diambil sama bu Fatma karena gak pake sepatu sekolah," jawab Aluna jujur.

"Bandel. Yasudah sana duduk!" Aluna pun menurut dan ia langsung duduk di bangkunya. Ia mengeluarkan buku pelajaran ekonominya dari tas.

"Tumben telat?" ucap Elika berbisik.

"Sepatu gue pake gak ada. Gue udah cari kemana-mana tetap aja gak ada, dengan terpaksa gue pake sepatu sendal dan di ambil sama bu Fatma di balikinnya nanti pulang sekolah." jelasnya panjang lebar.

"Ohh..."

"Dan, gue disuruh bersihin lapang. Lo bayangin dong lapang tuh luas di kira kecil apa?" bawel Aluna.

SargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang