Elika, Tyana dan Elea memijat pelipisnya masing-masing. Mereka bertiga pusing melihat Aluna yang sedari mondar-mandir di hadapan mereka.
"Ck! Lun udahlah, gausah panik ngapa?" ucap Tyana mulai kesal.
Aluna menatap ketiganya sebal. "Kalian gangerti, pasti kak Hasan gak masuk sekolah itu gara-gara gue. Kemarin dia rela ngasih pinjem jaketnya buat gue."
Ya, hari ini Hasan tidak masuk sekolah. Bimo dan Bima yang memberitahu Aluna, katanya Hasan sedikit tidak enak badan jadi memutuskan untuk tidak sekolah. Dari situlah Aluna mulai merasa bersalah pada cowok itu.
Aluna sangat khawatir pada Hasan. Ia bingung harus apa. Ingin mengirim pesan pada Hasan tapi ia tidak memilikki kebaranian banyak.
"Trus itu jaket kak Hasan mau lo bawa balik lagi?" tanya Elea sambil menunjuk jaket Hasan dengan matanya. Lalu Aluna menatap jaket yang kemarin Hasan pinjamkan padanya.
Ia membuang nafasnya, "Huft.. Di bawa balik lagi lah. Kan gaada kak Hasan nya."
"Gausah lah. Berat nanti tas lo, udah mah sekarang jadwal pelajarannya banyak banget." saut Elika.
"Gak ih, kalo ilang gimana?!" cetus Aluna sambil cemberut.
Tyana bangkit lalu merangkul Aluna sambil tersenyum jahat. "Kalo ilang beliin yang baru aja lah, buat kenang-kenangan gitu kan.."
Aluna menoyor pelan kepala Tyana. Lalu ia pun pergi keluar kelas, ia berniat untuk menelpon Hasan diam-diam tanpa sepengetahuan ketiga sahabatnya itu.
"Lun! Mau kemana lo?" teriak mereka bertiga.
"Gaperlu tau. Dan jangan ada yang ngikutin gue!" tekan Aluna sambil memincingkan matanya.
•••••
Aluna sekarang ada di depan toilet perempuan. Ia merogoh ponselnya yang berada di dalam saku rok, lalu ia mencari kontak Hasan.
"Oke, tenang, tenang. Jangan gugup!" Aluna menangkan dirinya sendiri karena jantungnya sudah berdetak sangat cepat.
Setelah menemukan kontak Hasan ia segera menekan tombol Call.. Oke, dirinya harus terlihat biasa tidak boleh terlihat khawatir. Ia menpelkan ponsel itu pada telinganya.
"Hallo?"
Aluna terkejut, hampir saja ia melemparkan ponselnya itu. Lalu dengan tarikan napas dirinya berusaha berbicara.
"Halo? Kak Hasan?" Aluna berbicara sesantai mungkin.
"Ada apa nelfon gue Lun?" tanya Hasan dari sebrang sana.
"Emm... Kak Hasan gak masuk? Ini mau balikin jaket," Aluna jadi gugup sendiri.
Disana terdengar suara kekehan. Aluna menatap layar ponselnya lalu kembali manaruh pada telinganya, apa Hasan tertawa?
"Oh iya. Besok aja.."
"Kak Hasan sakit ya? Pasti gara-gara kemarin kehujanan?" tanya Aluna yang tak enak pada Hasan.
"Ngga kok. Badan gue emang lemah hehe.. Yaudah gue matiin ya, soalnya mau istirahat lagi."
"Ha? Oh oke,"
Hasan mematikan sambungannya secara sepihak. Aluna pun berniat untuk kembali ke kelas, sebentar lagi bel istirahat pertama akan berdering. Untung saja tadi jam kosong jadi ia bisa berkesempatan menelfon Hasan.
"Aluna!" panggil seseorang. Aluna sudah berniat akan pergi tapi langkahnya terhenti karena ada yang memanggilnya.
Aluna berbalik. Lalu ia melihat Shila dan temannya keluar dari toilet wanita. "Iya kak?"
Shila tersenyum miring. "Gue gak tahu ternyata lo itu busuk! Lo diem-diem suka kan sama Hasan. Dasar bermuka dua,"
Aluna membelakan matanya terkejut. Ia menggeleng pelan, kali ini ia takut apalagi Aluna sendiri disini.
"Lo apa maksud kemarin jalan bareng Hasan!?" teriak Shila membuat Aluna menunduk.
Kenapa tau? Batin Aluna berkata.
"Jawab kalo orang ngomong. Dan apa maksud ini ya?" ucap Shila sambil memperlihatkan sebuah foto dirinya dengan Hasan saat di motor.
Dan parahnya, foto itu Aluna sedang memeluk Hasan saat itu. Ia meneguk ludahnya takut, Aluna bingung mau bicara apa ia takut salah bicara.
"Kok lo gatau malu banget sih? Punya harga diri gak, peluk-peluk cowok orang." tekan Shila.
"Bukannya udah putus?" ucap Aluna keceplosan. Buru-buru ia menutup mulutnya dengan tangan kanannys.
Shila melotot kaget. "Kalo putus kenapa? Hasan juga masih cinta sama gue. Lo siapa? So tau banget."
Aluna menunduk.
"Lo suka sama Hasan kan? Jawab!" teriak Shila marah.
Tidak, tidak. Aluna tidak suka pada Hasan ia hanya kagum. Ia masih setia diam tidak menjawab pertanyaan kakak kelasnya itu.
"Lo suka sama Hasan makannya lo mau rebut dia dari gue!?" tanya Shila penuh penakanan.
"Dia sukanya sama gue."
Tiba-tiba terdengar suara seseorang membuat Aluna mendongak. Betapa terkejut dirinya saat melihat Sarga sudah berada diantara Aluna dan Shila.
Sarga menatap dingin Shila.
Shila tertawa tak percaya dengan pemandangan seperti ini. "Gausah sok jadi penyelamat! Lo junior aja songong."
"Terserah. Tanya aja sama orangnya," ucap Sarga.
Shila menatap Aluna yang tampak kebingungan. "Lo hebat ya milih cowok ganteng tapi sayangnya diantara Hasan dan cowok ini gak ada yang suka sama lo!"
Aluna mendongak kaget mendengar ucapan Shila yang santa menyakiti hatinya. Rasanya ia ingin menangis, tapi tidak! Ia tidak boleh terlihat sedih di depan Sarga.
"Yaudah terserah kak Shila mau ngomong apa. Yang jelas gue gapernah rebut kak Hasan. Dan satu lagi, gue emang suka sama kak Sarga—" Aluna menggantung kalimatnya menatap sekilas Sarga yang diam tanpa ekspresi.
"Kalau pun dia gak suka, setidaknya udah berusaha. Jangan ngurusin hidup orang tolong!" setelah itu Aluna pergi menuju kelasnya.
"Gada sopannya sama Senior!" teriak Shila.
Sedangkan Sarga masih diam mencerna kembali ucapan Aluna barusan. Apa ia selama ini jahat pada gadis itu? Kini Sarga menatap dingin Shila dan teman-temannya.
"Kata-kata lo gak ada yang bener." lalu Sarga pun pergi meninggalkan cewek-cewek itu.
Entah kenapa rasanya Sarga harus menyusul Aluna si gadis bodoh itu, seperti lelaki yang membutuhkan penjelasan dari kekasihnya.
.................................
Halo semua, maap baru update mwehehehe... Kaya akutu udah buntu idenya:" tapi tenang aku bakal berpikir keras🌚
Dan maap ini ga terlalu panjang seperti biasa:( MAAP SEKALI LG BARU UPDATE😭🙏
Jangan lupa Vote dan Komen yes. Maap kalo ada typo atau kalimat yang kurang jelas, akan di perbaikki💜
Salam, Doinya Jungkook💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarga
Teen Fiction⛔Follow untuk membaca. Cerita segera di Private⛔ Aluna namanya. Si cewek pencicilan dan sangat polos yang baru masuk SMA. Punya hati yang labil, bingung mau suka siapa? Tapi, di hari itu. Aluna memutuskan untuk suka hanya pada 'Dia' cukup satu saj...