12. Escape

31.5K 4.1K 56
                                    

Waktu meeting di luar kota, gue kelihatan banget tidak bersemangat dan ga seperti biasanya. Sampai-sampai klien gue ngira kalau gue sakit. Iya sih sakit. Sakit hati.

Gue cuma bisa tidur sepanjang perjalanan dari klien luar kota sampai ke kantor. Gue ga nyangka kalau Archie bakal ngefek segininya dalam kehidupan gue.

Still alive but I'm barely breathing
Cause when heart breaks no it don't breakeven.

-The script-

Maklum kalau suasana hati galau gini, playlist gue semua isinya lagu tentang broken heart. At least gue harus mempersiapkan hati untuk pergi ke Bali sama Maria. Yes gue bakal pergi sama Maria. Tadi gue udah WhatsApp mengenai jadwal Bu Jean tentang meeting dengan pak James dan Greyson.

Yang ada Bu Jean bilang kalau gue lebih baik pergi aja sama Maria, sekalian ngenalin Maria juga sebagai salah satu incharge di pak James.

Gue cukup sering sebenernya client visit ataupun meeting bersama Maria, tapi gue ga pernah mengenal dia. Yang gue tau, dia itu orangnya introvert. Biasanya open kalau cuma Michelle doang dan habis ini Michelle juga resign. Jadi gue pikir mungkin bu Jean yang bakal jadi temen ceritanya.

It's hard to admit but honestly gue sebenernya kagum dengan Maria. Dia itu sudah mengemban tanggung jawab menjadi supervisor hanya dalam 3 tahun bekerja. Dia bisa mencapai posisi secepat itu karena dia ada pengalaman sebelumnya as tax consultant di kantor lain. Dia juga detail, tough, and smart as hell. Kalau gue berpikir jernih, mungkin itu yang jadi daya tarik Maria di depan Archie.

Seumur-umur gue kerja di sini, Maria juga ga pernah komplain tentang klien, dia selalu memendam sendiri. Mungkin karena itu tumpahannya jadi ke staff. Ini asumsi gue sih. Kan ga mungkin kalau dia PMS tiap hari kan.

Disclaimer: Ingat pikiran ini hanya muncul ketika gue waras dan Maria tidak mencari masalah ke gue.

***

Thanks to pak James, gue ga perlu berangkat subuh-subuh kayak waktu itu. Beliau bilang ga usah kepagian juga datang ke kantor. Setiba gue di airport dan sepanjang perjalanan di pesawat pun gue ga banyak ngomong sama Maria. Ya cuma ngomong kalau seperlunya aja.

"Lia, nanti kita bakalan nginepnya di mana" Tanya Maria dalam perjalanan ke kantor pak James.

"Udah disediaiin sama pak James mba, cuma gue kurang tau di mana. Mungkin di salah satu hotelnya kali ya."

"Oh gitu. Btw gue lama ga ke Bali. Seneng rasanya akhirnya bisa ke Bali lagi meskipun buat kerja." senyum Maria

Gue ga salah lihat si titisan mak lampir ini tersenyum kan? Kok dia tiba-tiba jadi asik dan ramah gitu ke gue?

"Li, gue sebenernya pengen cari waktu ngomong berdua ke lo."

"Emang mau ngomong apaan mba?" sahut gue. Sebenernya gue tau, paling dia mau nyuruh gue ga cerita-cerita di kantor soal hubungan dia sama Archie.

"Gue cuma mau ngomong makasih ke elo. Selama ini memang gue bukan atasan yang sempurna buat lo. Cuma gue ngelakuin itu karena gue ngerasa elo mampu Li. Mungkin metode gue aja yang agak kurang tepat."

Gue shock. Maria ngomong makasih? Ini besok bukan hari kiamat kan ya? Atau setelah ini akan ada hujan deras mendera?

Gue cuma terdiam mendengar perkataan Maria. Kemudian Maria melanjutkan kembali omongannya.

Curhatan si KonsultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang