40. Madness Time

21.6K 1.9K 18
                                    

Pagi hari ke kantor sungguh merupakan sebuah perjuangan tersendiri. Gue merasa kalau hati gue masih tertinggal di Bali, tapi raga gue sudah harus melangkah untuk kembali bekerja. Gue pun sudah meletakkan oleh-oleh yang gue beli di pantry dan meletakkan oleh-oleh tersendiri di meja Bu Jean dan Ica.

Satu doa gue buat hari ini supaya semua berjalan dengan lancar, secara gue beritikad mau pulang cepet buat istirahat di rumah.

Kring kring

"Halo."

"Li, lo cek e-mail sekarang. Penting!" sahut Ica.

Gue pun langsung membuka laptop gue dan mulai mengecek e-mail. Ternyata di e-mail gue sudah ada tertera manis scan hasil pemeriksaan dan jumlah koreksinya lumayan tinggi. Gue mendadak langsung pusing seketika karena deadline yang diberikan hanya 7 hari kerja, itupun gue harus konfirmasi ke klien dll.

"Pagi Li." sahut Sheldon sambil menaruh tas di tempat duduknya.

"Don, lo cek e-mail sekarang ya."

"Emang kenapa Li?"

"Scan hasil pemeriksaannya perusahaan pak Arya udah keluar, lo baca dulu terus siapin draft surat tanggapannya ya."

"Oke Li." sahut Sheldon sambil membuka laptopnya.

Tiba-tiba gue mendengar derap kaki bu Jean yang sudah melangkah masuk ke ruangan kerjanya.

"Lia, bisa ke sini sebentar?" teriak Bu Jean.

"Iya Bu."

"Kamu sudah baca e-mailnya?"

"Sudah Bu."

"Saya mau cuti minggu ini, kamu langsung hubungan sama Arya aja buat surat tanggapannya. Nanti saya bilang ke Ica untuk review."

"Tapi Bu, ini yang jadi kuasanya kan Ibu, kita butuh tanda tangannya Ibu juga."

"Terus maksud kamu saya ga boleh cuti gitu?" sahut Bu Jean.

"Bukan gitu Bu, kalau Ibu ga ada terus yang tanda tangan siapa."

"Ya biar direkturnya langsung yang tanda tangan Li, kamu ini kayak baru pertama dapet hasil ginian aja." sahut Bu Jean dengan nada sewot.

"Oke Bu." sahut gue dengan nada pasrah.

"Saya ga bisa diganggu selama cuti seminggu ke depan, jadi kamu koordinasi sendiri ya."

"Terus kalau ada apa-apa gimana Bu?"

"Ya kamu pikirlah jangan sampai ada apa-apa. Kamu harus belajar juga buat jadi pengambil keputusan Lia, jangan bergantung terus sama saya."

Bentar deh gue bingung, ini yang atasan kan dia ya. Kenapa gue ga boleh tanya ke dia? Gaji gue ga cukup kali buat mengemban tanggung jawab segede itu. Sekalinya dia cuti, pake acara ga mau diganggu, tapi sekalinya anak buah yang cuti, bakal dicari sampe ujung dunia!

"Udah kamu cepetan kerjain sana Lia." sahut Bu Jean.

"Iya Bu."

"Ini oleh-oleh dari kamu?"

"Iya Bu kemarin weekend saya ke Bali."

"Oh okay, baguslah kan kamu sudah recharge habis liburan. Sekarang saatnya kamu kerja sungguh-sungguh." sahut bu Jean sambil tersenyum penuh makna.

Oh well, kayaknya gue bakal super sibuk minggu ini.

"Li, lo jangan mepet-mepet ya kasih draft tanggapannya ke gue. Soalnya gue harus pelajari lagi." sahut Ica.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Curhatan si KonsultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang