30. Fate

21.8K 2.5K 24
                                    

HALO! Ini salah satu part yang aku rombak total dari awal. Kalau yang udah pernah baca, part ini lagi galau-galaunya Lia mau minta maaf ke Greyson. Tapi aku rasa vibenya terlalu sinetron banget jujur WKWKW jadi aku ubah dan semoga kalian suka versi republishednya ya! Buat yang udah pernah baca versi lama, please comment kalian lebih suka mana

Greyson membawa gue ke tempat restoran fancy di Seminyak sambil bersemangat menceritakan kisahnya waktu di Melbourne. Jujur gue berusaha dengan baik menanggapi semua cerita Greyson, tapi di satu sisi gue juga lagi berpikir soal Sheldon.

Sheldon itu tipe orang yang sebisa mungkin tidak menunjukkan ekspresinya secara langsung. Tapi gue cukup yakin kalau dia merasa tidak nyaman ketika melihat sosok Greyson yang muncul.

"Li, kamu gapapa?" tanya Greyson dengan nada khawatir.

"Gapapa."

"Kalau ada yang mengganjal, cerita aja Li. Jangan dipendam sendiri."

"Sebenarnya gue kepikiran Sheldon sih."

"Kamu ga nyaman karena ninggalin dia sendirian? He's an adult. I'm sure he will be fine."

"Bukan gitu son." ujar Lia sambil memunculkan ekspresi bingung.

"Dia suka sama kamu kan?" tanya Greyson.

"Kind of. Tapi lo kok tahu?"

"Gue kan cowok Li, bisa merasakan lah kalau ada aura saingan. Terus kamu ga enak nolak dia?"

"Gue belum bilang apa-apa son. Lo tahu sendiri kan kalau gue masih belum siap untuk memulai suatu hubungan."

"Kalau boleh saran, lebih baik kamu jujur bilang ke dia Li. Aku ga tahu apakah dia bisa menerima dan tetap menunggu atau bagaimana. Tapi kalaupun dia berakhir jadi sainganku, aku siap kok." sahut Greyson sambil tersenyum.

Jujur hati gue langsung dag dig dug der mendengar pernyataan Greyson. Demi apa ada cowok yang bisa sabar dan memberi saran logis. Banyak cowok lain di luar sana yang mungkin justru akan cemburu ataupun posesif meskipun belum ada status. Tapi saat ini gue sadar bahwa Greyson berbeda dengan cowok yang lain.

"Jangan terlalu dipikirkan ya Li. I'm sure he will be fine." sahut Greyson sambil memegang tanganku pelan.

***

Keesokan paginya gue dan Sheldon bertemu di restoran untuk makan pagi bersama. Gue pun memberanikan diri bertanya ke Sheldon.

"Kemarin balik jam berapa Don?"

"Jam 10. Lo balik jam berapa?"

"Sama. Kemarin lo jadi makan apa?"

"Gojek. Gimana kemarin dinnernya?"

"Not bad. Makanannya lumayan enak. Lo harus cobain deh."

Sheldon pun fokus makan roti yang ada di depannya sambil melihat-lihat handphonenya sesekali.

"Lo marah sama gue Don?"

"Ya gak lah Li."

"Kenapa kayaknya lo agak berbeda hari ini?"

"Capek aja Li. Kemarin ga nemu-nemu selisih rekonsiliasi. Biasalah mba Mar udah mintanya pagi ini selesai."

"Oh gitu. Maaf ya Don kalau gue ninggal lo kemarin."

"It's okay Li. Ngapain sih lo maaf segala macem lebaran. Jangan buat gue jadi awkward." sahut Sheldon sambil menyenggol lenganku.

"Gue boleh jawab pertanyaan lo waktu itu ga?"

"Gue ga minta jawaban lo sih Li. Waktu itu gue cuma pengen lo tahu perasaan gue, tapi gue ga mau lo terbeban." sahut Sheldon menatap lekat mata gue. "Whoever you choose at the end, I'm sure he is the right one for you."

Curhatan si KonsultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang