32. Me and you

24.1K 2.3K 23
                                    

Kita memilih kafe yang cenderung agak sepi supaya lebih enak pas ngomong-ngomongnya. Greyson pun menaruh handphonenya di samping meja sambil menunggu menu.

Satu hal yang sebenernya buat gue respect sama dia adalah ketika dia ngobrol dengan siapapun, dia selalu ga pernah sibuk sendiri dengan handphonenya jadi dia benar-benar bisa fokus mendengarkan cerita kita juga. Menurut gue, hal kecil ini semakin menambah poin plus Greyson di mata gue.

"Aku pesan cafe lattenya satu, kamu mau apa Li? Kopi juga?" tanya Greyson.

"Iya samain aja."

"Dua cafe latte ya kalau gitu mba. Makasih." sahut Greyson sambil menyodorkan menunya.

"Ada yang kamu mau sampein?"

"Sebenarnya aku ingin lebih tahu tentang kamu Li." sahut Greyson dengan tatapannya yang penuh kasih (cie)

"Sebenarnya ga ada yang spesial sih. Ya gini-gini aja sih son." sahut gue.

"Kamu udah pernah pacaran sebelumnya?" tanya Greyson.

"Deket sih sering, pacaran sih belum."

"Serius? Padahal aku yakin banyak cowok yang patah hati gara-gara kamu." sahut Greyson dengan nada kaget.

"Enak aja. Mereka yang kabur duluan kali. Aku sempat merasa kayaknya memang aku ditakdirkan sendiri."

"Kalau boleh tahu memang hubunganmu sebelumnya itu ga sampai pacaran karena apa?"

"Hmm, rata-rata mereka merasa kalau aku lebih memprioritaskan kerjaan daripada mereka. Ya aku tahu sih kalau kerjaanku ini tidak sepenuhnya dapat dimengerti sama orang awam."

"Maksudnya mereka ngerasa kalau kamu workaholic gitu?"

"Iya. Contoh ya, mostly mereka akan ajak ketemuan waktu Sabtu atau Minggu. Tapi jujur aku sudah capek karena pekerjaan sih. Belum lagi kalau weekend, aku masih sering bawa kerjaan pulang." sahut gue.

"Buset. Kamu lebih workaholic dari aku sih. Emang ga bisa kalau kamu ga kerja gitu pas weekend?"

"Hmm kalau udah masa agak lowong gini sih ga setiap weekend gue kerja, cuma kalau hectic ya lo tau gimana."

"Kamu ga ada kepikiran resign?" tanya Greyson.

"Kepikiran. Sering malah. Apalagi kalau sudah dimarahi bu Jean atau Mba Mar. Tapi aku kan bukan terlahir sultan, mau dibayar dengan apa tagihan dan biaya hidupku."

"Jadi sekarang posisinya kamu ga suka kerjaannya tapi cuma terpaksa bertahan?"

"Hmm ga juga sih, sebenarnya aku itu menikmati kerjaan ini. Cuma aku sadar kalau banyak waktu yang terkorbankan. Kakau dipikir-pikir ya kayaknya aku ini ada love hate relationship deh sama kerjaan. Apalagi habis ini ga ada Maria, aku ga kebayang deh bakalan sibuknya seperti apa."

"Kalau aku boleh saran, mungkin kamu juga bisa cari kerjaan yang related sama bidang kamu sekarang tapi punya waktu yang lebih flexible dari kerjaan kamu sekarang."

"Tapi gajinya ga bisa segede yang aku terima sekarang. Makanya aku dilema harus memilih kerjaan kayak sekarang tapi bayaran oke, atau kerjaan lebih enak tapi bayaran sedikit."

"Pilih yang menurut kamu bisa buat kamj bahagia, karena bagi aku bahagia itu ga bisa dibeli dengan uang Li."

"Pak Greyson bijak banget ya. Omongan kita kok jadi super serius gini sih." sahut gue.

"Aku ingin tahu pandangan kamu ke depan sih. Ya kalau bahasa gaulnya, ingin tahu visi misi kamu Li." sahut Greyson sambil terkekeh.

"Kok berasa aku lagi mau kampanye ya?" sahut gue tertawa.

Curhatan si KonsultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang