"Eunha~ya, apakah malam Minggu besok kau bisa menginap di rumah Yewon? Kami sangat bosan menghabiskan liburan kami. Bisa ya?"
Eunha memakai tas punggungnya. Sejenak berjalan keluar dari kelas, baru kemudian ia menjawab.
"Aku tak tahu. Mungkin saja bisa. Jika Jung-"
Eunha tiba-tiba berhenti berbicara. Pun mengerem kakinya. Kelewat terkejut dengan omongannya yang hampir saja keluar.
"Jung? Jung apa? Jangan bilang kau hampir mengatakan nama itu. Dasar tidak bisa melupakan."
Eunha kemudian menggeleng kuat. Walaupun ia sia-sia karena Shinbi tidak akan bisa melihatnya.
"Terimakasih sindirannya, Nona Hwang."
"Hei, cepatlah jawab! Sebentar lagi aku akan jaga toko."
Eunha mencebikkan bibirnya kesal.
Dasar anak Hwang. Dia yang cerewet duluan, kenapa mendesakku!?
"Akan kuusahakan jika Yerim bisa membantu membantu merangkai bunga di toko. Kalau begitu, kututup ya? Aku mau pulang."
"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa! Hati-hati di jalan, Eun!"
Eunha mematikan sambungan. Ia mendesah pendek sambil tetap berjalan keluar dari Hitmu University.
🍪
Eunha berjalan dengan santai, menikmati malam Seoul yang ramai. Earphonenya sejak tadi terpasang di kedua telinga. Berjalan sembari bersenandung kecil sesuai lagu yang mengalun.
BRESS!
Tiba-tiba hujan turun. Meski tidak terlalu deras, tapi tetap saja membuat semua orang berlarian mencari tempat teduh atau pun membuka payung yang mereka bawa. Tapi tidak dengan Eunha. Ia juga mencari tempat teduh yang sepi, tapi tetap berjalan seperti tak merasa apa pun meski bajunya nyaris basah semua.
Biarlah, ia sudah biasa dengan dingin hujan yang sering menerpanya.
Eunha berjalan dengan pandangan yang kosong. Sampai akhirnya menemukan sebuah tempat berteduh. Sebuah kursi panjang di depan sebuah toko.
Kemudian lanjut menikmati lagu ketiga yang ia dengarkan malam ini.
Lena Park - I'll Write You letter 🎶
Eunha mendongak, mulai memperhatikan sekitar. Toko sayur dan buah ada di seberang. Di sebelah kiri toko itu ada toko pernak-pernik seperti dream catcher, notebook lucu yang akan menghabiskan uangnya dan masih banyak lagi barang di sana. Sebelah kanan pula ada toko aksesoris yang ramai diisi anak remaja berseragam. Eunha menggelengkan kepala.
Mereka pasti membolos jam tambahan malam. Dasar tidak tahu susah.
Tunggu-tunggu!
Eunha sekarang lebih seksama memperhatikan ketiga toko di depannya. Toko sayur, toko pernak-pernik, toko aksesoris ...
Hatinya mencelos sebelum akhirnya ia berbalik, memastikan toko yang ia jadikan tempat berlindung dari hujan.
Chokostie' Bakery
Eunha tahu benar toko ini. Seseorang selalu menyuruhnya untuk membeli roti gandum atau sekadar beli segelas kopi sebelum ia pulang.
Eunha kembali ke menghadap jalanan.
Seseorang?
Eunha tersenyum miris menyadari ia kembali mengingat seseorang itu. Astaga, ini sudah 3 tahun berlalu. Bagi Eunha, sepanjang waktu itu sangat berharga karena dirinya berhasil membuktikan pada dunia bahwa dirinya sudah berhasil menjadi penulis yang banyak dikenal di kalangan penikmat novel. Bahkan novelnya juga sudah dibaca secara online sampai ke luar negeri. Eunha tersenyum menyadari itu.
Tapi selama tiga tahun itu pula, ia berusaha menyibukkan dirinya dengan menulis seakan akan seseorang itu tak pernah ada di hidupnya. Walaupun sangat mustahil. Nyatanya, Eunha sudah meluncurkan dua buku yang bercerita tentang seseorang dan kenangannya.
Makin lama, bayangan seseorang itu memenuhi kepalanya seakan menusuk dengan tajam. Eunha merasa tak kuat lagi, hingga akhirnya ia menangis.
Di tengah isakannya, Eunha bergumam kecil.
"Aku membencimu, Jungkook."
🍪
Enjoy :')
KAMU SEDANG MEMBACA
milky way. ✔
Fanfictionsince first met, she knew that he's a destiny. ft. jjk & jeb © cheerajung, 2018