Eunha terbangun dari tidurnya. Ia mengusap matanya beberapa kali dan mencoba mengumpulkan nyawa. Awalnya ia nampak asing dengan kamar ini. Apalagi kasur ini adalah kasur ternyaman yang pernah ia tempati.
Eunha mengendus. Ia mulai terbiasa dengan aroma parfum maskulin ini.
Tunggu-tunggu!!
Maskulin!?!?!?
Eunha mendelik. Matanya berkeliaran menatap kamar yang semalaman ia tiduri. Ia meraih selimut, sejak kapan ia pakai selimut!?
Kemudian, matanya terarah ke sofa yang berada di dekat kaca jendela.
Eunha menghela napas panjang. Sekarang ia ingat. Semalam laki-laki yang membeli buket bunga belasungkawa itu menyelamatkannya dan memberi tumpangan tempat tinggal. Sebagai gantinya, Eunha diharuskan bekerja untuk mengurus apartemen ini.
Gadis itu berdiri. Ia merapikan selimut, lalu memakai sandal. Dengan hati-hati mendekati sofa dan melihat wajah polos Jungkook yang jika sedang tidur terlihat jauh dari kata dingin.
Eunha tersenyum kecil. Ia membawa mug kosong di meja kerja laki-laki itu dan berjalan keluar dari kamar.
...
Di dapur, ia mulai mencuci bekas mug tadi dan beberapa gelas yang kotor. Tak ada piring. Padahal Eunha ingat jika dua teman Somi menginap. Apa mereka tak makan?
Setelah mencuci, ia berkeliling di dapur, mulai menghapal letak-letak perkakas. Tapi ia tak menemukan bumbu dapur semacamnya. Bahkan isi kulkas besar itu hanya berisi air dingin, minuman kalengan, beberapa bungkus sosis, dan buah-buahan yang mulai membusuk serta beberapa bawang bombay yang mengenaskan. Astaga.
Eunha membuka lemari dinding, ia terkejut melihat banyaknya ramen instan tertata rapi. Mungkin toko kelontong sebelah toko bunga Bibi Kim kalah persediaan dari lemari ini.
Eunha menutupnya lagi. Ia menggeleng. Masa iya jika ia hanya menyiapkan teh hangat dan ... telur?
Eunha melirik ke sebelah wastafel, terdapat rak berisi banyak telur di sana. Eunha membuka lemari yang lain dan menemukan mentega di sana. Eunha berdiri lagi, ia tersenyum.
Eunha kemudian mengikat rambutnya, ia mulai menyiapkan bahan-bahan untuk masakan pertama di apartemen ini. Scrambles egg dengan potongan sosis. Ia juga melihat ada roti baget, mungkin bisa dipanggang beberapa potong.
Eunha memakai sekitar delapan telur dan tiga sosis. Biarlah, lagi pula di sini telurnya banyak. Dan tidak ada tempat penanak nasi.
Ia menaruh masakannya di mangkuk besar dan piring. Baru ia melepas celemek, sebuah suara membuatnya menoleh.
"Unnie mulai masak, ya?"
Eunha menoleh. Ia mengangguk. Somi yang sudah siap dengan seragam sekolah mendekatinya. Ia tampak bersemangat dengan telur yang dibuat Eunha.
"Oh ya, di mana teman-teman mu?" tanya Eunha. Somi mengambil sendok dan mangkuk nya sambil menjawab.
"Baru menyiapkan baju ganti untuk kelas menari nanti."
Eunha mengangguk paham. Ternyata ini alasan apartemen Jungkook ada studio nya. Ternyata untuk Somi dan teman-temannya latihan. Jangan lupa karena Somi bersekolah di Hanlim.
"Woah ... Somi! Kenapa ada makanan kau tak bilang aku!?"
"Bau telur ini sangat menyenangkan! Aku mau!"
Eunha menoleh. Datang dua perempuan dari lantai satu. Eunha yakin ini pasti teman-teman nya Somi.
Mereka berhenti di hadapan Eunha dan Somi. Mereka bingung dengan kehadiran Eunha, namun mereka tetap membungkuk hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
milky way. ✔
Fanfictionsince first met, she knew that he's a destiny. ft. jjk & jeb © cheerajung, 2018