Jungkook melihat Eunha yang tampak bersemangat memakan samgyeopsal sampai mulutnya penuh karena memaksakan bulatan selada yang ia buat sendiri. Jungkook menggelengkan kepalanya, sudah tak merasa heran.
"Tadi kau beli buku apa?"
"Itu."
Ucap Eunha sambil menunjuk buku yang masih tersegel di atas tasnya. Jungkook membaca judulnya sekilas.
"Materi tugas lagi?"
Eunha mengangguk. "Kepalaku jadi pening gara-gara memikirkan ini."
Jungkook terkekeh pelan. Tangannya terulur, mengacak acak rambut Eunha lembut.
Dan seperti biasa, Eunha berusaha memasang wajah cemberut—menutupi raut berdebar yang selalu tiba-tiba muncul jika bersama Jungkook.
"Kalau begitu, jalan-jalan saja." ucap Jungkook enteng. Eunha menggeleng, merasa konyol dengan kalimat Jungkook tadi.
"Itu tidak mungkin. Besok aku ada kuliah nya Dosen Park. Materinya sangat banyak. Aku tidak bisa menjadi dirimu yang sudah pintar itu."
Ucap Eunha meledek. Jungkook berdesis kesal. Entah sejak kapan gadis itu jadi berani meledeknya terang-terangan seperti ini.
"Maksudku, pergi jalan-jalan saat akhir pekan. Aku juga tak ada jadwal akhir pekan ini."
Eunha menoleh, memberi tatapan bertanya. "Maksudmu?"
Jungkook membalas tatapan menggemaskan dari gadis itu.
"Tentu saja. Kau pergi, aku harus ikut menemani. Lagipula, sangat boros jika jalan-jalan sendiri. Naik turun bis untuk beli jajan, tidak ada teman mengobrol. Dan tidak ada yang mentraktirmu segelas coklat dingin."
Jawab Jungkook meledek. Hampir sebulan ia tinggal bersama Eunha, ia tahu jika Eunha sangat tidak bisa menahan mulutnya untuk berbicara. Dan gadis itu sering memintanya berhenti di sebuah kedai dan membeli sesuatu atau meminta dibelikan coklat dingin.
Eunha berdecak. "Aku bisa mengajak temanku."
"Oh ya, Ha. Dulu kau pernah bilang mau mengajakku ke kebun teh? Akhir pekan, beritahu aku lokasinya di mana. Siapkan bekal yang banyak, oke? Aku naik dulu."
Jungkook meneguk sisa air di gelasnya. Ia kemudian berjalan meninggalkan ruang makan. Saat melewati Eunha, Jungkook menepuk dahi gadis itu sambil terkekeh. Gila.
Eunha menggerutu. Ia menghela napas.
Rasanya memang tidak mungkin ia memberi harapan pada jantungnya yang selalu berdebar tidak normal ketika ada laki-laki itu. Eunha menepuk dada kirinya pelan.
"Hanya ada secercah harapan untukmu, nak. Selamat berjuang." ucapnya dramatis.
🍪
Eunha memasuki kamar setelah tadi membereskan dapur dan mengganti seprai kamar Somi dan kamar tengah. Sekarang giliran seprai milik Jungkook yang ia ganti. Dilihatnya laki-laki Jeon itu sedang bekerja dan kali ini ia memakai kacamata bulat seperti miliknya.
Eunha tersenyum melihat itu.
Lucu.
Gadis itu kembali sibuk dengan pekerjaannya mengganti seprai. Memang mengganti tiga seprai itu melelahkan. Tapi ia tidak mempermasalahkan itu karena setelah ini ia akan bertemu dengan kasur empuk nan nyaman itu.
Jungkook sendiri sedang membaca email dari Wonwoo sambil menyicil tugas yang kemarin ia lewatkan saat ia ke kantor. Beginilah jadi seorang mahasiswa pekerja kantoran. Untung saja direkturnya baik padanya, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
milky way. ✔
Fanficsince first met, she knew that he's a destiny. ft. jjk & jeb © cheerajung, 2018