"Eunha unnie! Bisakah kau membantuku memilih bunga!?"
Eunha yang sedang mengetik di laptop hadiah kelulusan SMA itu tersentak kaget. Ia langsung menutup laptopnya tanpa sempat menyimpan file yang baru saja ia ketik. Kemudian segera berlari ke depan menghampiri seorang gadis yang sedang kebingungan melihat banyak bunga segar di setiap vas bunga.
"Kau mau membuat bunga rangkai untuk apa?" tanya Eunha sambil mendekat pada Yerim, anak pemilik toko bunga yang menjadi tempat Eunha bekerja separuh waktu.
"Ada laki-laki yang memesannya. Kau tahu, unnie? Dia tampan sekali! Dia sebenarnya imut jika ia tersenyum karena gigi kelincinya akan terlihat. Tapi sayangnya ia namja dingin hingga rasanya aku nyaris membeku berdiri di hadapannya! Aku tak suka namja beku! Jadinya aku hanya mengaguminya, bukan menyukainya."
Eunha terkekeh. Yerim yang masih SMA ini memang lucu dan sedikit labil. Yerim sendiri sebenarnya sudah punya pacar yang kelewat tampan di sekolah.
"Oh ya, bagaimana laki-laki itu memesannya?"
"Pokoknya dia bilang buket bunga untuk acara belasungkawa. Ia akan mengambilnya nanti malam. Kau nanti tak ada kelas malam, kan? Aku harus kerja kelompok dengan temanku sebelum makan malam."
"Iya nanti aku tak ada kelas malam. Kalau begitu, mari kubantu merangkainya untuk laki-laki beku itu!"
Mereka berdua kemudian mulai memilih-milih bunga yang cocok untuk dijadikan bunga belasungkawa. Di tengah-tengah memilih, Yerim mengajak ngobrol ringan bersama Eunha.
"Oh ya, Unnie. Apa yang kau lakukan di ruang tengah?"
"Aku tadi meng—ASTAGA! Aku lupa menyimpan naskahku!"
🍪
Eunha keluar dari toko bunga milik Bibi Kim. Ia mengendarai sepeda putih milik Yerim setelah menaruh dompet di keranjang depan, melajukan sepeda putih itu ke arah toko sayuran dan buah.
Beginilah kehidupan Eunha. Di Seoul, ia hanya tinggal sendiri. Kedua orangtuanya pergi ke Paris sejak ia berumur 13 tahun. Awalnya ia tinggal bersama keluarga sepupunya, Jung Yerin. Namun ketika ia berumur 18 tahun, semua keluarga Yerin harus pindah ke Jepang karena Bibinya melanjutkan studinya di sana. Sebenarnya keluarga Yerin mengajak Eunha untuk tinggal bersama, namun Eunha menolak dengan alasan sudah saatnya ia untuk hidup mandiri. Dibekali tabungan, Eunha menyewa sebuah studio apartemen murah dan semua keperluannya dengan hemat.
Ia juga memiliki kedua teman yang sangat mengerti dirinya dan selalu menyemangatinya. Shinbi dan Yewon. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak kelas 1 SMA. Dan seorang sahabat laki-laki.
Karena tabungannya semakin hari semakin menipis, Eunha mulai bekerja paruh waktu di toko bunga Bibi Kim. Selain sebagai perangkai, Bibi Kim menambah gajinya karena Eunha membantu berbelanja dan memasak untuk makan di rumah itu.
Terkadang Eunha menangis sendiri di kala sepi. Ia berpikir kenapa keluarganya meninggalkannya sendirian. Bahkan mengirim pesan atau email pun tak pernah.
Tapi Eunha tak menyerah. Karena ia sadar, cita-citanya menjadi penulis butuh perjuangan keras.
...
Eunha memarkirkan sepedanya. Merapikan rambutnya yang panjang dan hitam sebelum ia berjalan memasuki toko.
Tak lama kemudian, Eunha keluar sambil membawa paperbag coklat berisi belanjaan. Ia taruh di keranjang sepeda, kemudian kembali ke toko bunga. Tanpa menyadari sepasang mata yang hampir setiap hari memperhatikannya dengan tatapan dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
milky way. ✔
Fiksi Penggemarsince first met, she knew that he's a destiny. ft. jjk & jeb © cheerajung, 2018