Eunha terbangun dari tidur. Ia menghirup napas panjang sebelum akhirnya ia membuka mata. Ia melirik ke sofa, ia tidak menemukan adanya Jungkook di sana. Kemudian ia melirik, matanya membulat sempurna melihat laki-laki itu tidur di sampingnya.
Eunha hampir saja teriak. Ia cepat-cepat menutup mulutnya, ia meremat selimut. Kemudian melirik ke Jungkook lagi, ia menghela napas lega melihat badan Jungkook tidak masuk ke dalam selimut.
Eunha kembali berbaring, ia memegang keningnya. Loh, kenapa ada tempelan di sini? Eunha merasakan plester itu seperti koyo tapi lebih tebal. Hei, apa ini?
Eunha menyentuh lehernya, meringis kecil merasa kulitnya hangat. Ia kemudian melirik ke kaca yang tertempel di lemari putih, penampilannya sekarang seperti anak ingusan yang sedang demam.
Eunha melirik ke nakas, ada obat paracetamol dan segelas air. Ia tertegun, apa ini Jungkook lagi?
Eunha menghela napas, ia kemudian bangun. Kemudian perlahan menarik selimut yang ditindih kaki-kaki Jungkook, gantian menyelimuti. Ia melirik ke jam, pukul empat pagi, masih ada waktu. Lagipula, nanti ia ada kelas siang dan sore.
Eunha kembali berbaring di samping Jungkook, ia sedikit tercekat mengetahui dirinya berani masuk ke selimut walaupun ada sebuah guling yang menghalangi mereka. Eunha memiringkan badannya ke samping, agar bisa menatap dengan jelas wajah Jungkook.
Selama dua hari bersama Jungkook. Ia bisa merasakan kehangatan rumah yang sebenarnya, walaupun sikap dingin Jungkook terkadang membuat jengkel. Tapi, kehadiran Jungkook di hidup nya... Entah lah, ia jadi tidak memikirkan Yugyeom akhir-akhir ini. Apa ini karena ia terlalu sibuk?
Eunha menatap wajah Jungkook kembali. Ia jadi tersenyum sendiri, bagaimana bisa wajah datar nan dingin itu berubah menjadi menggemaskan ketika sedang tidur?
"Gomawo."
Gumam Eunha pelan sebelum ia memejamkan matanya.
...
Jungkook membuka matanya. Ia melirik ke bawah, matanya kemudian terbuka sempurna melihat tubuhnya di dalam selimut. Astaga, seingatnya tadi malam ia tidak masuk ke selimut.
Jungkook mengerjapkan beberapa kali, kemudian menghadap ke kiri. Di sana masih ada Eunha yang juga tertidur menghadap ke arahnya.
Jungkook menatap Eunha. Masih ada plester penurun demam di dahinya. Jungkook mengulurkan tangannya, kemudian menyentuh dahi Eunha yang tak terkena plester.
Jungkook menghela napas lega, demamnya sudah agak menurun meski masih agak hangat.
Jungkook bangun, perlahan ia mendekat pada Eunha dan melepas plester penurun panas yang menempel di dahi Eunha secara pelan-pelan. Agar tidak mengganggu aktivitas tidur gadis itu.
Setelah selesai melepas plester, Jungkook menaruhnya di nakas. Ia kemudian kembali berbaring walaupun matanya sudah tak terpejam lagi.
Aish, menatap wajah Eunha sepertinya merupakan kegiatan favoritnya sekarang. Bagaimana bisa ia sangat betah melihat wajah menggemaskan yang meringkuk tertidur itu.
Entah dorongan dari mana, Jungkook merentangkan tangan kanan nya dan hendak memeluk Eunha bagaikan guling. Namun tangannya terhenti di udara, tiba-tiba ia tersadar, memang dirinya siapa? Atas hak apa ia boleh melakukan hal seperti memeluk begitu? Atau hanya karena ia merasa ia adalah majikannya Eunha?
Jungkook menarik tangannya lagi, kemudian menyimpan tangannya di samping tubuh. Ia menghela napas. Menyadari kebodohannya hampir memeluk Eunha.
Ada apa denganmu, Jungkook. Sadar lah, dia hanya pembantumu.

KAMU SEDANG MEMBACA
milky way. ✔
Fanfictionsince first met, she knew that he's a destiny. ft. jjk & jeb © cheerajung, 2018