Happy Reading, maaf kalo ada typo.
Semoga suka sm ceritanya, dan jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca, dont be silent readers✌🏾***
Gracia cukup kaget dengan permintaan Daniel, tapi dia juga merasa tidak enak dengan pria itu. Namun, disatu sisi dia juga tidak enak dengan Melvin. Biarlah untuk yang terakhir kalinya, lagi pula Melvin tidak ada disini sekarang. Pikir Gracia.
Gracia menganggukan kepalanya, Daniel pun menarik dagu Gracia pelan untuk mendekatkan wajah mereka berdua. Disaat Gracia berpikir pria itu akan menciumnya di bibir tapi Daniel justru hanya mencium Gracia dikening gadis itu. Hati Gracia sedikit menghangat begitu bibir lembut Daniel mencium keningnya.
"I love you, Gracia." Ucap Daniel, setelah pria itu menciumnya. Membuat hati Gracia, sedikit berdesir.
***
Olin yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya yang sedang meringkuk dikasur kamarnya, menghela nafas. Sejak kedatangan Gracia satu jam yang lalu, sahabatnya itu langsung masuk kamar Olin dan meringkuk dikasur tanpa mengganti posisinya. Hanya meringkuk dan menatap sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan pita kecil berwarna pink.
Olin ingin bertanya ada apa, tapi dia mengurungkan niatnya. Karena dia tau, Gracia saat ini butuh ketenangan. Pasti sahabatnya akan menceritakan semuanya jika sudah siap.
"Ehh?"
Olin menatap teman satu kamarnya yang bernama Lucy, Olin berjalan mendekati Lucy yang menatap Gracia dengan tatapan bingung, karena melihat ada seorang gadis sedang sedih dan meringkuk dikasur.
"Maaf Lucy, bisa bertukar kamar semalam saja? Kau tidur dikamar teman ku." Kata Olin, seraya menunjuk Gracia yang sedang meringkuk dengan dagunya. Dirinya sedang mencoba meminta pengertian Lucy.
Lucy melongokan kepalanya untuk melihat keadaan teman Olin, sepertinya memang dirinya harus memberi pengertian pada teman Olin, walaupun dia tidak mengenal gadis itu tapi tidak salah bukan berbaik hati pada orang lain. Lucy menghela nafas, "dimana kamar gadis itu?" Tanya Lucy pada Olin.
Tercetak senyuman lega di wajah cantik Olin, ia tidak menyangka teman sekamarnya begitu baik sampai mau mengalah dengan sahabatnya. Padahal antara Lucy dan Grace, kedua gadis itu tak saling kenal. "Dilantai dua, kamar nomor empat puluh dua." Jawab Olin.
Lucy mengangguk mengerti, ternyata kamar gadis itu tidak begitu jauh. Dirinya hanya perlu turun satu lantai. "Aku akan mengemasi baju ku, jadi besok aku tinggal pergi ke kelas tanpa perlu kembali lagi ke kamar." Ucap Lucy.
"Iyaa terimakasih Lucy atas pengertian mu. Aku sangat senang memiliki teman sekamar seperti mu."
Lucy melirik ke arah Olin yang sedang memperhatikan dirinya yang tengah memasukan satu lembar baju kedalam tas, untuk dirinya pakai besok. "Tak masalah Olin, aku senang bisa membantu mu." Jawab Lucy, "ohh ya, kalau boleh tau siapa nama gadis itu?"
"Namanya Gracia, kau bisa memanggilnya Grace."
"Nama yang indah, aku harap aku bisa berteman dengannya saat dia sudah membaik."
Olin mengangguk cepat "tentu saja, Grace pasti senang bisa mendapatkan teman baru yang baik seperti mu."
"Ya sudah, aku pamit dulu."
"Sekali lagi terimakasih Lucy."
Begitu dirinya sudah menutup pintu kamar dengan rapat, Olin melangkah menuju tempat tidur dimana Gracia sedang meringkuk sambil menatap kotak kecil berwarna hitam itu dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Prince and Me
FantasySequel King Demon's Bride. Melvin Amadeuz Federick, putra mahkota kerjaan Diabolus. Anak dari pasangan Raja Aidan Federick serta Ratu Briana Federick. Harus belajar layaknya warga sipil, di akademi sihir milik ayahnya. Ia menerima pertintah dari san...