Part 9

7.9K 587 12
                                    

Happy Reading, maaf kalo ada typo🍟

Seperti hari-hari biasanya, acara makan malam di ruang makan akademik ini selalu ramai. Sepertinya tak ada satu orang pun yang ingin diet.

Tapi seperti hari-hari biasanya, entah itu saat jam sarapan, makan siang, atau bahkan makan malam. Gracia selalu saja sendirian. Dia tidak pernah bertemu Olin, pernah tapi hanya sekali saat sarapan setelahnya ia tak pernah lagi.

Setelah selesai mengantri untuk mengambil makan, Gracia melayangkan pandangannya untuk mencari tempat kosong seraya memegang nampan berisikan makanan. Tatapaj Gracia berhenti pada satu meja dekat dengan jendela, itu satu-satunya meja yang kosong. Dengan langkah cepat Gracia berjalan menuju meja kosong itu.

Begitu sampai dimeja yang ia tuju, Gracia langsung menempelkan bokongnya dikursi kayu, lalu memakan hidangannya dalam diam dan tenang.

Selesai dengan hidangan utamanya, kini Gracia beralih untuuk menyantap hidangan penutupnya. Tapi sebuah pergerakan dikursi depannya membuat Gracia menoleh.

Astaga! Hanya menatap wajahnya yang sangat tampan itu saja, bisa membuat dirinya harus menahan nafas dan belum lagi detakan jantungnya yang langsung berpacu hebat. Kenapa sih orang itu harus datang menemuinya, baru saja kejadian tadi siang hampir membuatnya nyaris pingsan. Dan sekarang, orang itu datang lagi dengan wajah tanpa dosanya, seakan tidak pernah ada kejadian memalukan antara dia dan dirinya.

"Kenapa diam? Lanjutkan saja makannya." Ucap Melvin.

Makan katanya? Apakah pria itu tak tau jika dirinya sedang grogi hebat.

Melvin nyaris meledakan tawanya begitu melihat ekspresi grogi sekaligus tersipu dari wajah cantik Gracia. "Selesaikan makan mu, aku akan kembali lagi nanti." Ujar Melvin, seraya mengusap puncak kepala Gracia.

Disisi lain,

Seorang gadis dengan dua temannya memandang kejadian antara Melvin dan Gracia dengan tatapan tak suka. Terutama seorang wanita berambut hitam itu, ia mengepalkan kedua tangannya di atas meja makan dengan erat sampai kuku-kuku tajamnya menembus kulit sehingga mengeluarkan darah segar, tentu saja aroma darahnya membuat kedua temannya menatap dirinya dengan prihatin.

Pasalnya gadis berambut hitam itu, sudah sangat lama menyukai Melvin sampai-sampai gadis berambut hitam itu rela masuk akademik ini hanya untuk bertemu dengan Melvin.

Tapi sayang, Melvin tetap saja mengabaikannya. Dan dengan terang-terangan Melvin sang pujaan hatinya itu mendekati gadis lain didepan matanya.

"Sabar, kau bisa membalasnya nanti." Ucap Bella, mencoba menenangkan temannya yang sedang terbakar api cemburu.

Gadis berambut hitam itu masih tak melepaskan pandangannya pada Gracia "bisa-bisanya dia mendapatkan target ku, sebelum aku berhasil melangkah lebi maju." Desisnya.

"Kenapa kau tidak coba dekati Pangeran Mike saja? Itu lebih mudah, kalian berdua sama-sama dari klan werewolf." Kali ini Prilly membuka suara, ia ingin menyadarkan temannya itu kalau Pangeran Melvin terlalu jauh untuk temannya jangkau.

"Kau gila? Pangeran Mike sudah punya mate!" Sahut Bella.

"Aku tidak bicara dengan mu!" Balas Prilly seraya menunjuk wajah Bella dengan telunjuknya. Ia kesal kenapa temannya itu sama sekali tidak berpikiran positif, selama ini Bella cenderung lebih banyak menyuarakan hal-hal negatif seperti menghasut.

"Diamlah!" Ucap gadis berambut hitam itu, dia pusing jika kedua temannya sudah saling berargumen.

Bella memutar kedua bola matanya dan menatap Prilly dengan pandangan mengejek, sedangkan Prilly hanya mendenyerkan tubuhnya di sandaran kursi seraya menatap Gracia dengan tatapan yang sulit diartikan.

The Devil Prince and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang