Part 8

8.6K 585 30
                                    

Happy Reading, maaf kalo ada typo🙈

Gracia duduk di tepi kasur seraya memegangi dadanya yang terus berdetak kencang. Gracia tak tau ada apa dengan dirinya, sungguh. Gracia selama ini cukup dekat dengan banyak pria dan Gracia juga cepat akrab serta tidak canggung dengan lawan jenis. Tapi, entah kenapa untuk kali ini Gracia merasa canggung dan cenderung menjadi sosok yang pemalu saat dekat pria yang satu itu, Melvin.

Pangeran iblis itu mampu membuat seorang Gracia Hill menjadi sosok yang berbeda.

Pasti jika Olin ada disini, gadis itu sudah memaki serta menertawai dirinya.

"Kau kenapa?"

Gracia terlonjak kaget saat sebuah suara membuyarkan lamunannya mengenai kejadian tadi siang. Gracia bahkan tak mendegar suara pintu terbuka, sungguh ini memalukan. Terlebih dia sudah terlihat seperti orang bodoh didepan musuhnya, yah Vanessa adalah musuh bagi Gracia walaupun sejauh ini Vanessa bersikap biasa-biasa saja pada dirinya atau bahkan Vanessa tidak pernah ikut campur dengan urusannya. Tapi, entah mengapa Gracia tidak menyukai orang yang bernama Vanessa itu.

"T-tidak!" Tukas Gracia.

Vanessa mengangkat bahunya acuh, walaupun dia merasa kalau tingkah Gracia yang memanh sejak awal sudah aneh, kini lebih aneh lagi. Gracia tampak seperti remaja tanggung yang sedang kasmaran.

Vanessa yang memutuskan untuk membersihkan diri, dia berjalan tenang dan mengabaikan Gracia yang sedang tengkurap dikasur sambil membenamkan wajahnya ke bantal. Aneh. Batin Vanesaa.

Sedangkan Gracia otaknya serta pikirannya sedang melayan mengingat kejadian tadi siang, entah apa yang harus ia lakukan nanti saat bertemu dengan orang itu lagi. Baru membayangkan akan bertemu orang itu lagi saja sudah mampu membuat jantung Gracia terpacu hebat dan membuat pipinya kembali merona.

Melvin menatap mata cokelat Gracia yang masih berbinar senang, sungguh Melvin tak bisa melepas tatapannya. Gracia terlalu indah untuk dilewatkan. Gracia pun sama halnya, ia terpaku pada manik biru yang sedang menatapnya dalam. Dan sialnya, lagi-lagi gelenjar aneh itu kembali menjalar keseluruh tubuhnya, jantungnya pun seperti sedang terpompa hebat.

Tangan Melvin menyentuh pipi Gracia dan mengelusnya dengan gerakan sensual "Gracia." Lirihnya, Gracia tak menjawab namun mata Gracia masih menatap mata Melvin sepeti menunggu lanjutan ucapan Melvin "sepertinya, aku mencintaimu" lanjut Melvin dengan suara serak dan dalamnya.

Gracia membulatkan matanya, ia kaget dengan pengakuan Melvin yang terkesan begitu cepat, sangat cepat malah. Belum ada dua minggu mereka saling mengenal dan hanya ada dua kali pertemuan untuk mereka, lalu saat ini Melvin mengatakan kalau pria itu mencintainya? Apakah itu masuk akal?

Gracia mundur satu langkah, membuat genggaman tangan Melvin pada pipinya terlepas. Melvin masih menatap Gracia dengan tatapan yang sama, walaupun Melvin agak terkejut. Tapi pria iti mampu menutupinya dengan baik.

"A-aku.." gumam Briana yang mencoba mengutarakan pikirannya, tapi ia tak mampu. Mulutnya terlalu kaku karena hal mengejutkan ini.

"Tidak usah kau jawab sekarang, aku tak sedang meminta jawaban." Ucap Melvin seolah mampu menjawab rasa gundah Gracia, "aku hanya mengatakan perasaan ku pada mu, tidak lebih." Lanjutnya.

Dasar pria menyebalkan, apa dia sedang mempermainkan ku? Tanya Gracia dalam hati.

"Aku tau ini terlalu cepat Grace. Tapi memang itu lah yang aku rasakan pada mu, aku mencintai mu. Sungguh!" Gracia menatap raut wajah serius dari air muka Melvin, apakah dirinya harus mempercayai pangeran itu? Tapi ini terlalu mudah. "Aku tau mau ada laki-laki lain yang mendekati mu, maka dari itu aku menyatakan ini sekarang, dengan harapan kau mau membuka hati mu dan menjaga perasaan ku." Lanjut Melvin.

The Devil Prince and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang