Part 1

17.9K 1K 15
                                    

Olin tampak sibuk mengecek barang-barangnya yang sudah ia siapkan di koper besarnya, barangnya tak begitu banyak. Hanya ada satu koper besar serta satu tas ransel. Namun yang membuat risih adalah barang-barang milik sahabatnya, sangat banyak sehingga membuat kepalanya pusing.

Ada dua koper besar, satu tas ransel, dan tiga tas jinjing. Begitu banyak, dan ia bersumpah tak akan mau membantu temannya itu untuk membawa barang-barang tersebut. Dan ia yakin juga saat ini, isi lemari milik temannya itu sudah kosong karena semua barang itu sudah dipindahkan ke dalam koper serta tas-tas yang sangat amat banyak itu.

"Sudah siap?" Tanya wanita berambut pirang pada Olin.

Olin mencibir temannya "cih! Kau itu mau belajar atau mau pindahan?" Tanya Olin seraya berkacak pinggang.

Gracia justru tertawa renyah mendapat cibiran dari sahabatnya itu "mungkin dua-duanya. Kita harus membawa barang tak terduga juga Olin" jawabnya seraya mengibaskan tangannya di udara.

Gracia Mirabell Hill dan Olin Alexandre Pato, adalah dua sabahat yang tinggal dalam satu rumah kecil sederhana di pedesaan Guston Land. Sebuah desa dalam naungan kerajaan Witch. Sejak bayi Gracia atau gadis berambut kecokelatan yang biasa disapa Grace sudah tinggal di dalam keluarga Pato, Grace tau kalau dirinya bukanlah anak kandung dari kedua pasangan Pato dan  yang ia tau kalau nyonya Frelyn (ibu Olin) menemukan dirinya didepan pintu rumah dan semenjak saat itu nyonya Frelyn memutuskan untuk merawatnya hingga dewasa.

Namun semenjak peperangan antara kerajaan Demon dan kerajaan Mermaid beberapa ratus tahun yang lalu, kedua orangtua Olin harus merenggang nyawa. Setelah itu mereka hidup hanya berdua sampai saat ini, sampai Raja Aidan membuat akademik sihir yang dirinya rasa perlu untuk menambah ilmu disana agar kelak ia menjadi makhluk yang berguna.

Olin yang mendengar jawaban tidak masuk akal dari sahabatnya itu memutar bola matanya malas, sungguh ia bingung dari mana asalnya sifat menyebalkan milik Gracia muncul? "Terserah kau Grace"

Olin ingin melangkah kan kakinya keluar dari ruang tengah namun ia berbalik kembali dan menatap sahabatnya yang sedang mengunyah cokelat "oh ya Grace" merasa namanya disebut Gracia menoleh sekilas dan bergumam sebagai bentuk jawabannya "ku harap kau tidak bertingah menyebalkan saat di akademik nanti"

"Aku tidak pernah bertingkah menyebalkan. Aku adalah Gracia Mirabell, gadis cantik yang baik hati." Ucap Gracia, walaupun Olin sudah terbiasa dengan tingah menyebalkan Gracia namun ia tetap merasa kesal jika Gracia sudah dalam mode menyebalkan "jadi kau jangan mengada-ada Olin, kau tau bukan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan"

"Aarghh terserah kau Grace!" Olin menghentakan kakinya lalu berbalik untuk pergi meninggalkan Gracia yang sudah berhasil membuatnya naik darah.

***

"Kau sudah mengemasi barang-barang mu sayang?" Tanya Briana pada putra tunggalnya tersebut.

Melvin menoleh ke arah suara lembut ibunya, "sudah mom" jawabnya singkat.

Melvin memang tidak begitu suka dengan keputusan kedua orang tuanya, bukannya Melvin tak mau belajar ilmu sihir di akademik milik ayahnya. Tapi, yang membuat dirinya enggan untuk belajar disana adalah aturan yang sudah ayahnya tetapkan.

Ia akan satu derajat dengan para warga sipil disana. Tidak ada kelas khusus untuk dirinya, padahal ia adalah seorang pangeran dan baginya ini tidaklah adil.

Ia juga yakin para pangeran-pangeran lainnya akan memprotes hal ini. Dan jika mereka akan mengajukan demo dengan senang hati ia akan ikut serta dalam demo tersebut.

"Masih marah dengan mommy?" Tanya Briana dengan nada menggoda. Sungguh, Briana suka sekali menggoda anaknya yang satu ini. Baginya sosok Melvin adalah copy pastenya Aidan. Mulai dari wajah hingga sifat sangat sama persis.

Berbeda dengan Adik Melvin yaitu Selena Arabella Federick. Adik Melvin adalah sosok gadis yang ramah dan juga periang, Briana bingung kenapa kedua anaknya memiliki karakter yang sangat jauh berbeda.

Mengingat nama kedua anaknya, Briana jadi teringat ketika awal ia hamil dulu. Kehamilan pertamanya yang membuat dirinya merasa gagal menjadi seorang ibu. Walau kejadian itu sudah lama terjadi tetapi kenangan buruk itu masih saja sering masuk kedalam pikirannya dan membuatnya merasa sedih.

"Tidak" jawab Melvin.

Briana menghela nafas "ku harap sepulangnya kau dari akademik kau bisa menjadi pribadi yang lebih terbuka"

"Apa maksudnya?"

Briana mengedikan bahunya "bertemu banyak orang, mungkin dengan itu kau bisa menghilangkan sifat dingin mu"

"Apa sebenarnya tujuan mom dan dad memasukan ku ke akdemik itu dan bergabung dengan para warga sipil?" Tanya Melvin.

"Tidak ada. Memang semua yang belajar disana tidak mendapatkan kekuasaan apa pun termasuk para pangeran atau anak menteri sekalipun. Ayah mu hanya ingin kalian berbaur dengan para warga agar lebih mengerti bagaimana kehidupan mereka" jelas Briana.

Melvin tampak begitu menyimak penjelasan dari ibunya yang menurutnya masih saja cantik, tak jarang banyak orang yang berpendapat jika mereka disandingkan mereka cocok menjadi sepasang kekasih. Dan tentunya pendapat itu dibantah habis-habisan oleh ayahnya yang kejam itu.

"Apa artinya ada kemungkinan aku akan sekamar dengan rakyat biasa?"

Briana menatap nyalang ke arah anaknya, yang benar saja dari cara bicara Melvin Briana dapat menyimpulkan kalau putranya itu sangat menjunjung tinggi derajat sosial. Ia tak bisa membiarkan hal itu terus berlanjut, bagaimana jadinya jika nanti anaknya sudah di angkat menjadi Raja dengan sikapnya yang terus saja seperti itu?

Akan jadi apa nanti nasib kerajaan ini jika Rajanya saja memiliki sikap arogan begitu.

"Jangan sekali-kali kau menyebut kan kata rakyat biasa, Melvin" suara bass yang tiba-tiba terdengar membuat ibu dan anak itu menoleh.

Aidan membalas senyuman yang ditujukan Briana padanya, sedangkan Melvin yang memang sudah sangat terbiasa melihat adegan romansa kedua orang tuanya hanya memandang mereka dengan malas.

"Kau tau Aidan, dia sangat mirip dengan mu" ucap Briana seraya menunjuk Melvin dengan dagunya.

"Tentu saja dia anak ku" jawab Aidan.

Melvin yang mulai jengah beranjak dari duduknya "permisi Yang Mulia Raja serta Ratu Federick, hamba pamit undur diri" ucap Melvin seraya membungkukan badannya untum memberi hormat.

Sedangkan Aidan dan juga Briana yang memang sudah paham akan watak putra tunggal mereka itu hanya membiarkannya saja. Percuma berbicara dengan anak laki-laki itu, dia sudah seperti batu.

The Devil Prince and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang