Sebelum Naomi mengatakan kalimat yang tak pernah terdengar di telingaku. Kini terucap di mulut dia begitu mudah.
Apa dia lupa soal, malam itu.
Malam yang seharusnya aku dilarang keluar rumah. Terpaksa membuat banyak alasan ke Mama cuman untuk nepatin permintaan dia.
Yang menyangkut harga diriku.
"Gue pinjemin. Tapi, inget perjanjiannya."
Aku mengacungkan satu jari, lebih tepatnya jari telunjukku mengarah ke depan wajah dia, menandakan ancamanku gak main-main, dia harus nepati perjanjiannya, karena aku sudah mengorbankan sebagian buku milikku diserahkan ke dia untuk dia pelajari. Dan waktu santai-santaiku, kurelakan cuman buat ngurusin ulangan dia nanti.
Sebenarnya aku gak mau jadi tanggungan dia sebagai guru lesnya. Kalau tau skorku jadi taruhannya juga, mending aku ngelesin anak TK tawaran tetangga.
"Iban juga harus ingat sama janji Nao."
Aku mengernyit persekian detik.
"Janji apaan?"
"Tuh, baru Nao bilangin 15 menit yang lalu. Masa udah lupa..."
Aku sedikit berusaha mengingat. Gak juga aku harus ingat. Kalian pasti tau apa perjanjian dia.
Gak jauh-jauh soal 'balikan'.
"Oh, iya. Itu juga kalau lu udah nepatin permintaan gue. Kalau lu gak bisa, ya janji lu bakalan gugur."
Naomi mengaduh sambil mengangkat tas milikku, tampak jelas sekali, dia keberatan.
Ya gimana gak berat.
Mulai dari buku paket yang kubeli pribadi meskipun sekolah tidak menyuruh beli buku tersebut, rasanya buku itu penting, sampe buku catatan yang kucatat meringkas pun semua aku bawa untuk Naomi belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Status
Teen Fiction[Republished] #3 in romanceschool [21-4-22 | 30-06-24] Percaya deh, mantan bakalan balik ke tangan kita lagi. Walaupun banyak bencana yang menghampiri. Aku nggak akan takut! Karena jika Tuhan mengkehendakinya Dia untuk aku. Mereka bisa apa? Takdir...