38 : Rumah Jodoh.

906 40 8
                                    

Yang tadinya Naomi berdebat dengan security, mau gak mau dia bersembunyi dibalik tubuh pria besar itu. Sebagai tameng pandangannya agar terjaga imannya.

"I-itu siapa?"

"Itu Tuan Gibran. Bukannya Mbak nyari dia? Kok malah sembunyi?"

"Iya tau, tapi Gibran gak se... hot itu." Rutuk Nao sesekali menunjuknya takut-takut di belakang sana.

Gibran di hadapan kedua manusia aneh dalam hidupnya sekadar mendengus, memijit pangkal hidungnya frustasi.

Gibran akui hari ini dia memang tak bisa keluar rumah hanya pakai celana pendek dan kaos tanpa lengan. Lagi pula siapa juga yang mau nunjukkin diri kayak gini kalau bukan karena panik denger ada yang ribut di depan rumah gak taunya anak itu lagi, memang biangnya rusuh dimana-mana.

Ya, tapi, wajar sih Nao sepanik itu lihat penampilan Gibran yang tampak seksi dari biasanya.

Gibran memang selalu menjaga penampilan dirinya sendiri, dengan pakai sopan bila mau ke sekolah, bahkan dia selalu mengenakan kaos lagi sebagai dalamannya, supaya pas gerah tinggal buka tanpa nunjukkin tubuh aslinya. Dan sekarang, Nao bagaikan ketakutan saat lihat Gibran bertolak belakang dalam berpakaiannya. Dia berani buka-bukaan seperti itu! Gak malu mempertontonkan ototnya di depan perempuan!

Ya gini-ginikan Nao juga perempuan, tulen.

"Setop. Setop sampai situ aja Iban. Jangan dekat-dekat!"

"Lu ngapa sih? Sawan?"

"Jangan! Aku bilang stop sampai situ aja."

"Gila nih anak."

"Dia mungkin belum terbiasa Tuan." Balas Malik. Si security yang baru diterima kerja 2 bulan oleh Djuanda. Dia juga salah satu temannya Gibran, tanpa sepengetahuan siapapun.

Jadi bagi Malik yang tau bagaimana Gibran saat di rumah, penampilan Gibran seperti itu sudah biasa, lagi pula siang hari ini cuaca memang cukup panas.

Lalu apa salahnya?"

"Kamu gak tau kalau aku ini perempuan hah?! Aurat Iban! Aurat!"

"Yang gue tau. Nao itu perempuan berjiwa laki-laki." Gerutunya malas.

"Ah terserah kamu deh, tapi tolong kamu pake jaket gih.

"Gerah."

"Yaudah kaos pendek atau apa gitu."

"Males ngambil."

"Yaudah, pinjemin baju seragammu ini ke Gibran."

Nao menarik-narik baju Malik di sana, hampir saja terlepas kancingnya kalau gak dicekal buru-buru, bisa-bisa, gawat diomelin Gibran. Seragam ini kan lumayan mahal.

"Hais? Kok jadi saya."

"Kan pake daleman kaos lagi. Kasih dia!"

"Ya gak gitu juga Mbak e!"

"Gak usah. Sebenarnya lu kesini mau apa? Mau nyuruh-nyuruh gue apa jenguk gue?!" potong Gibran mulai naik darah, gak lama turun darahnya perlahan lagi.

"Mau jenguk."

"Yaudah, masuk!"

"Tapi..."

"Gak usah sok malu-malu. Biasanya juga demen lu liat yang buka-bukaan." Lanjutnya dilihat Naomi bukannya ikut masuk, justru masih terdiam di tempat dengan wajah memerah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ex StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang