Gibran tak percaya, Rival benar-benar membawa Naomi ke tempat ini.
Gibran memandangi keseluruhan, halaman rumah di depan matanya ini tampak begitu luas, tidak jauh beda dengan rumah yang dihuni Gibran beserta keluarganya.
Kembali ia melihat ponsel di tanganya.
Panah berwarna merah di layar, bergerak cepat dan berpindah tempat.
Ini pertanda Naomi ada di dalam. Gibran bergegas masuk, meninggalkan motornya sembarang tempat dan semakin erat menggenggam benda pipih di tangannya itu, tidak mau ia lepas sebelum Naomi ditemukan.
"Ck, baterainya habis?!"
"Mau gak mau gue harus ke atas, sampai lantai berapa pun, asalkan tuh anak ketemu."
Gibran tak sadar tangannya yang satu mengepal kuat, keberadaan Naomi yang gak tau dibawa kemana oleh Rival, berhasil melupakan rasa sakitnya di lutut. Padahal bisa saja suatu saat menyerang tiba-tiba di tengah perjalanan.
Kalau udah ketemu tuh anak.
"Akan aku habisi dia pakai rumus fisika!" gumam Gibran menaiki tiap-tiap tangga.
♦♦♦
"Lu capek?"
"Menurut lu!" jawab Naomi bernada emosi.
Udah 3 lantai ia lalui masih ada 2 lantai lagi. Dan baru ini dia nanya capek apa enggak? Dikira kaki Naomi sekuat palu Thor.
"Kenapa sih dipindahin di atas segala?! Bikin repot aja."
"Di ruang sebelumnya buat kamar temen-temen yang mau nginep. Ruang lantai dua udah gue isi barang-barang bekas, ruang di lantai 3 dipake khusus main basket, sebelahnya buat ngegabut, satu lagi--"
"Ah, terserah lu mau diapain ini rumah. Mau lu bongkar abis juga gue gak peduli!"
"Terus tadi lu nanya mau apa?!"
"Mau nagih ucapan lu. Bener ya lu bikin tempat khusus buat gue main PS 24 jam tanpa diganggu bocah-bocah ribet elu itu. Sekarang tempatnya kenapa jauh amat sih.."
"Kalau lu dibawah, lu kan main gak sendirian. Pasti ngajak bocil-bocil di rumah lu juga kemari. Mana bocilnya belom pada mandi. Lu kata rumah gue warnet kali."
"Menghibur anak orang itu pahala. Yang penting mereka makan Nao yang bayarin. Gak minta ke elu. Udahlah, pusing Nao kalau banyak ngomong, let's go!"
Naomi berbalik badan hendak lanjut naik ke tangga berikutnya tapi, musibah memang terjadi tanpa diminta ya.
Kaki Naomi tiba-tiba kelibet tali sepatunya sendiri yang terlepas. Sontak Rival yang dibawah mau menghindar pun tak sempat. Alhasil ia tangkap tubuh Naomi yang mungil ternyata berat juga ya.
Rival gak kuat nahan, malah ikutan terjungkal, guling-guling di tangga.
♦♦♦
"Dimana sih dia?"
Aku lihat lagi layar yang mulai redup tak lama berubah gelap.
Aku gak mungkin harus marah-marah sama ini hp. Sekalipun gak ada yang liat. Aku gak mau dibilang gila sama diri sendiri. Lagipula. Amarahku kali ini kalah dengan lututku yang terasa sakit. Gak sanggup naik lagi.
Kalau bukan dia adalah tanggung jawabku dan membiarkan amanah itu tidak dosa, aku bisa saja tuh ninggalin amanah guru-guru daripada kudu naik tangga yang bikin waktu luangku terbuang sia-sia kayak gini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Status
Teen Fiction[Republished] #3 in romanceschool [21-4-22 | 30-06-24] Percaya deh, mantan bakalan balik ke tangan kita lagi. Walaupun banyak bencana yang menghampiri. Aku nggak akan takut! Karena jika Tuhan mengkehendakinya Dia untuk aku. Mereka bisa apa? Takdir...