18 - Bentuk Perhatian Naomi.

1K 40 8
                                    

Weekend.

Harinya bagi remaja jaman sekarang adalah hari yang menyenangkan.

Buat jalan sama pacar, liburan bareng keluarga atau berleha-leha di rumah. Menikmati mimpi di pulau kapuk. Sungguh nikmat.

Tapi, kenikmatan itu tidak beruntung buat Naomi. Hari ini Naomi mesti datang ke sekolah untuk melaksanakan ujian kemarin.

Naomi udah belajar giat-giat di sekolah pakai buku milik Gibran hari itu, eh gak taunya malah gak diperbolehkan ikut akibat kelakuannya sama Gibran, ternyata skor itu masih berlaku di catatan milik Pak Simo.

Emang Pak Simon demen banget ganggu masa-masa indah Naomi agar bisa nonton drakor dipending terus. Batin Naomi.

"Permisi Bu!" ujar Naomi memekik di ambang pintu disaksikan dua orang di dalam sana.

Yaps! Guru pengawas sebagai pengganting guru wajib, sudah ada di sana bersama, tunggu dulu, what! Ini beneran?

Gibran, ada di sana juga? Ngapain? Gibran emang kena remedial ? Ah masa sih? Gak percaya Nao.

Usai Naomi mencium tanganya Bu Ririn, dia pun menyeringai sambil berlari kecil duduk di sebelah Gibran.

"Ib-"

"Nao!" panggil Bu Ririn menunda sapa manis Naomi pada Gibran yang datar. Naomi menatap Bu Ririn cepat dengan ekspresi bertanya.

"Jauhan duduknya."

"Barengan aja Bu. Biar Nao bisa pinter."

"Jauhan atau-"

"Iya-iya Nao pindah sekarang."

Naomi pun pindah tempat duduk ke belakang Gibran sebelum Bu Ririn hendak mengancamnya di buku absen.

Gibran sama sekali tak ada respon, selain diam membisukan suasana, itulah kebiasaan dia.

Soal dan lembaran jawaban sudah siap di atas meja masing-masing. Hati tenang dari seorang Gibran, lain dengan Naomi yang cemas belum melihat soal apa yang akan keluar. Tapi untung saja ujiannya masih bisa Naomi atasi. Bukan yang harus berpikir keras seperti matematika.

Arrgth aku benci matematika!

2 jam berlalu. Gibran telah selesai mengerjakan soalnya, tepat pada waktu yang diatur. Sedangkan Naomi masih sibuk menghapus jawabannya. Kurang percaya diri.

"Gimana Nao. Waktu kamu sudah lewat 10 menit."

"Bentaran Bu dikit lagi,"

Kirain gampang gitu ya sejarah. Sama saja. Bikin pusing.

Naomi bangkit berjalan keluar menggumpulkan lembaran jawaban di meja pengawas sana. Kembali ke bangku semula tuk merapihkan semua peralatan bekas ujian. Karena ujian harian pertama telah selesai.

Jatah Naomi ada dua, tersisa satu lagi yaitu.

Naomi membuka buku catatan paling belakang. Sebuah jadwal. Mata dia langsung terbelalak tanpa suara.

"Ekonomi?!"

Bisa-bisanya jam terakhir disusul ulangan Ekonomi. Waktu rehat, Bu Ririn memberinya hanya 45menit, seharusnya diisi dengan belajar.

Setelah guru pengawas pergi dari ruangan, tertinggal mereka berdua yang kini saling menyibukkan dirinya masing-masing.

Gibran terlihat sibuk belajar sembari menyumpalkan telinganya dengan earphone. Sedangkan Naomi juga belajar, membuka tiap lembaran bukunya, tapi tidaklah dibaca melainkan Naomi merasa dirinya terguncang dengan perasaan yang melanda. Kontras mata dia sangat terganggu sama kokohnya punggung Gibran di depan meja dia. Sungguh, jantung Naomi berdebar seolah ingin menepuknya.

Ex StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang