37 : Tukang Ikan.

882 37 1
                                    

"Neng Nao? Ngapain?"

"Eh?"

Naomi mengejap, saat seseorang menyapa namanya barusan berhenti di hadapan dia sambil tersenyum bahagia sekali.

"Ini saya Neng. Abang Way." Ucapnya memperkenalkan diri. Naomi pun langsung merebut tangannya, baru ingat.

"Ya Allah. Abang Way? Hahaha. Maaf Nao lupa."

Way memberi senyum lebar ke Naomi karena mereka sudah lama saling kenal jadi gak aneh lagi berjabat tangan sama Naomi sampai berlebihan kayak gini.

"Mau kemana? Kok duduk di jalanan."

"Mau jenguk pacar Bang. Tadi Nao ngaso dulu, capek lari-lari."

"Ngapain lari-lari. Emang dikejar apa?"

"Dikejar waktu."

"Ooh. Sesibuk itu ya Nao sekarang. Oh iya. Nao udah punya pacar? Pantes sekarang jarang beli ikan Abang. Udah ada maenan baru toh."

"Kan Nao udah gede. Bukan anak kecil lagi kaya dulu Bang, yang masih suka ngadu ikan cupang."

"Iyaa. Masih inget Abang. Kalau menang kamu bakalan borong ikan cupang Abang, buat di jual lagi ke temen-temen,"

"Hahaha. Abang Way bisa aje. Nao kangen masa bocah itu Bang. Tapi kan Nao udah dewasa, malu sama temen lain kalau masih ngadu ikan. Udah gitu kalau ketauan Ibu bakalan diomelin,"

"Abang paham kok,"

"Oiya, Bang. Nao boleh gak minta satu permintaan ke Abang?"

"Apaan tuh?"

"Bagi ikan lohannya dong Bang, yang itu tuh,"

Naomi mengacungkan jari dari kejauhan ke arah ikan lohan yang berukuran tidak terlalu kecil tidak juga besar, dan ikannya ada di toples kaca. Sudah dia incar daritadi, berharap semoga beneran dikasih.

"Oh yang ini?"

Naomi mengangguk, lebih tepatnya dia bersemangat mau banget ikan itu. Dengan wajah penuh memohon, Way pun memberikannya karna gak kasihan.

"Boleh. Kamu suka ikan Lohan?"

"Engga. Aku mah sukanya oppa Luhan bukan ikan Lohan."

"Oppa Luhan itu nama pacar kamu?".

"Bukan." Balas Naomi seraya melambaikan.

Kalau Luhan pacar aku, lalu Gibran apa? Suami ya? Ah, iya juga. Kenapa tadi gak jawab iya saja. Batin Naomi.

"Terus?"

"Mantan Nao." Jawabnya asal.

"Mantan? Owalah. Udah punya mantan toh. Jadi ikan Lohannya buat oppa Luhan?"

Bang Way yang tak tau apa maksudnya. Hal hasil Naomi hanya bisa mengiyakan saja. Biar cepet selesai.

"Nih,"

"Alhamdulillah... Makasih ya Bang Way. Semoga berkah selalu, lancar dan banyak yang beli dagangan Abang."

"Aamiin. Salam buat Luhan ya."

"Engh--bukan gitu konsepnya Bang. Sebenarnya Luhan itu bukan pacar, bukan juga mantan. Pacar Nao namanya Gibran. Luhan itu arti korea, cuman Nao-nya saja yang ketinggian pingin dia jadi milik Nao."

Abang Way hanya terdiam tak lama ia kembali tersenyum lalu mengangguk, entah mengerti atau tidak, kalau saja otak Way trasparan pasti rumit isinya.

"Sekali lagi makasih ya Bang. Uuuh! Baiknya Abang gak ketulungan,"

"Biasa aja sih neng , jangan terlalu menyanjung Abang kaya gitu. Entar jatoh Abang,"

"Janganlah Bang, kasian semut-semut kecil, nanti ketiban sama Abang."

Ex StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang