36 : Persiapan Jenguk Doi.

701 26 6
                                    

Gak biasanya emang, begini.

Lagi normalkah??

Bisa-bisanya kebayang raut dia kemarin.

Jujur, dia kalau tertawa, mukanya bisa ya setenang itu?

Padahal kutau dia banyak menanggung beban bila dia berada di sekolah.

Meskipun itu semua emang salah dia. Sebab karena kelakuan dia yang bikin semua orang jengkel padanya. Tapi, aku perhatikan dia sama sekali tidak tertekan dengan hujatan apapun itu hingga merendahkan harga dirinya.

Apakah sebenarnya Naomi beneran kuat? atau Naomi itu jelemaan Avengers? Yang semakin teraniaya justru dia semakin punya kekuatan di tubuhnya.

Ah tidak mungkin. Palingan cuman gaya-gayaan dia aja belaga sok kuat di depanku.

Tapi...


Kalau pun dia beneran sekuat itu, lalu, waktu di Danau, dia terlihat sangat lemah. Bahkan aku sendiri tidak percaya, Naomi jauh dari perkiraanku sebelumnya.

Sekarang aku mengerti.

"Dia lebih rumit dari Aljabar. Iya." Gumamku mengangguk seorang diri.

"Terus buat apa gue mikirin dia? Dan apa gunanya! Ahk lama-lama gue keracunan anak alien itu... Eh?"

Aku berhenti meronta, lalu bangkit, mengambil telepon rumah yang terus berbunyi di sana.

"Tumben, telepon ini bunyi?"

Sangat jarang memang telepon kamar pribadiku ada yang menghubungi. Kalau bukan Papa yang mencariku lewat telepon rumah ini. Lalu siapa lagi?

"Ya, ini siapa?" tanyaku, sedikit berguman dalam hati kayaknya hawa-hawa ngajak ribut mulai muncul nih.

"Gibran!!"

"Anjir. Bacot siapa ini?!"

Kujauhkan teleponnya dari telingaku. Sudah kutebak. Ini suara Devan. Berisik banget soalnya ngalahin pespa.

"Gibran, gimana keadaan lo beb?"

"Jijik banget."

"Apa?"

"JIJIK!" Ulangku.

"Ah jangan keras-keras. Telinga gue sensitif. Lu lagi dimana?"

"Kamar."

"Di kamar lu kan?"

"Menurut lu?!"

"Oh, oke. Kirain lu ada di kamar Naomi."

"Gue tebas lu."

"Hehehe, canda. Maap. Gue mau kasih kabar sama lu supaya lu siap-siap kabur dari rumah lu itu."

"Ngusir?"

"Bukan."

"Terus? Ngapain sih?!"

"Iya gue cuman mau kasih saran itu aja. Lu baca grup kan tadi?"

"Udah kagak. Hp gue udah gue jual."

"Serius brengsek!"

"Iya kagak. Gue gak baca grup. Hp gue gak tau dimana, lupa nyimpennya."

"Sombong amat lu! Hp bagus-bagus aja lupa nyimpen." Sahut Galih disebrang sana.

Ex StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang