19 - Inisiatif Aldion.

1.3K 57 2
                                    

"Gue balik duluan ya."

"Mau kemane lu?" tanya Raihan terus memperhatikan Devan sangat sulit memasuki satu tangannya lagi ke jaket yang ia kenakan.

"Mau jemput Nao. Ini lubang tangannya mana sih??"

"Hed, ini ni! Ribet amat hidup lu sama jaket doang."

"Thank, Han!"

"Lu jemput Nao? Lah, katanya mau berenang..." ucap Ciko berkeluh, karena rencananya malah berbalik menjadi wacana.

"Minggu depan aje udah. Gue gak bawa celana ganti." Usul Raihan sembari menggaruk kulit rambutnya, belum sempat ia keramas minggu ini.

"Tapikan..."

"Emang Nao kagak naik angkot?" tanya Raihan lagi.

"Nah itu pertanyaan gue tadi ke Gibran. Tapi malah ditutup."

"Jadi yang nyuruh lu jemput Nao, Gibran?" tanya Aldion, diposisi duduknya dalam satu meja bundar, sebelah kanan Raihan dan di kirinya Ciko yang kompak menengok ke arah Aldion bersamaan.

Setelah Devan mengangguk. Aldion ikut berdiri sambil menenteng kunci motor yang sedari tadi Aldion banting-banting di meja karena bosan, lalu beranjak.

"Gue aja yang jemput Nao. Gue sekalian mau beli bensin."

Aldion langsung cabut pergi. Mencari motornya di luar kafe tempat mereka nongkrong. Lalu ia benar-benar menunaikan ucapannya barusan.

"Beli bensin lagi? Bukannya tadi baru diisi." Gerutu Ciko bingung.

Devan yang mengulum tawa kembali duduk merenggangkan otot-otot tangannya.

"Alhamdulillah... Gak jadi. Awet-awet deh tenaga gue jadinya."

"Fix. Jadi berenang kan kita!" seru Ciko. Dilirik malas kedua temannya, kemudian mengangguk pasrah.

"Iiiyeeess!!"

******

Tepi jalan yang tampak ramai. Bukan dipadati kendaraan lalu lalang ataupun kemacetan. Melainkan para anak muda yang tengah mengantri makanan, di pinggir jalan.

Dari sekian pembeli yang berpakaian modis, hanya ada satu pembeli mengenakan seragam sekolah, sosoknya pun tidak peduli di sekitarnya menyuruh dia buru-buru.

Naomi tetap santai memberi bumbu cilor untuk dirinya sendiri hingga merasa pas tingkat pedasnya.

"Lama banget!"

"Sabarlah. Pembeli itu kan ratu. Jadi ratu selanjutnya kudu sabar. Nih bang uangnya, sisanya buat abang aja."

"Kurang malah neng. Kan goceng belinya. Nih cuman dua rebu."

Naomi merogok isi saku bajunya. Ia berikan selembar uang pas lalu ia ambil lagi uang sebelumnya.

Naomi kembali berjalan pelan, sembari menunggu cilornya adem. Ia mencari tempat duduk di dekat halte yang tampak sepi.

"Panas amat sih. Gimana makannya."

Naomi menarik dasi yang terpasang di lehernya, berinisiatif dijadikan elap buat memegang plastik jajanannya masih mengepul asap halus.

Ex StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang