"Vin, Vin.."
"Hm?"
"Coba deh cek pita suara gue dong."
Vinna yang tengah menata buku-buku baru di perpustakaan, spontan melirik ke Letta bingung.
"Ngapain si?!"
"Emang suara gue mirip Nao ya? Tadi gue telepon Galih terus yang jawab malah Raihan eh berubah jadi Ciko, terus mereka bilang aku Naomi? Anehkan?"
"Iya. Elu juga sama. Aneh."
"Anehnya?"
"Ngapin elu nyuruh gue ngecek pita suara elu. Dari ujung monas sampe ke sini suara lu tetep kayak gitu, cempreng!"
"Ih. Gue serius."
"Kata siapa gue ngomong boong."
"Oiya. Tadi lu bilang yang angkat telepon Galih, Raihan?" Letta mengangguk. "Tumben amat tuh anak kagak pegang hpnya. Biasanya dia paling anti hpnya disentuh orang lain."
"Betul itu. Kadang dia semprot pakai pewangi baju kalau abis gue pegang tuh hp. Sebau apasi tangan gue. Tangan gue wangi mulu juga."
Vinna hanya menggeleng, bukan lagi pusing yang dia rasakan. Justru otak Vinna lama-lama tertular kelakuan mereka.
"Nao mana?"
"Oh iya. Tadi gue lihat dia nyusul Gibran."
"Jam segini rapat udah selesai." Ujar Vinna sambil meratapi jam di hpnya sekilas. Sama sekali dia gak ada firasat apapun. "Ah palingan dia lagi mojok sama Gibran."
"Eh, belom muhrim."
"Kayak elu kagak aja sama Jimi." Cibir Vinna lanjut menata buku, sedangkan Letta cengengesan karena bener ucapan Vinna barusan. Kemudian dia pergi menuju lemari yang belum terisi buku-buku baru.
Vinna kembali mengeluarkan hpnya guna mengechat Naomi di sana. Centang dua tertampil. Tapi, tak kunjung dibalas hingga Vinna selesai mengisi 3 baris lemari.
"Nao kemana ya?" gumam Vinna.
"Vin! Ini buku-buku lama mau dikemanain? Buang?"
"Gue timpuk lu. Main buang aja. Taro di kardus yang kosong dulu. Gue mau telepon Nao."
"Diangkat?" tanya Letta.
"Gue baru nyari nama tuh bocah. Sabar..."
"Oh, oke-oke." Letta terangguk paham. Vinna di sana menghubungin Naomi berulang kali, namun hasil tak selalu berbuah manis.
"Kok pada tumben sih. Ada apa sih sama mereka? Gak pada mau ngangkat telepon gue."
"Susul aja yuk ke Aula."
"Bentar. Gue telepon Gibran."
Vinna yang masih mencoba. Akhirnya menyerah dengan umpatan. "Anjir bener-bener ya. Pada nyebelin bet. Letta ayok kita cari Nao!"
"Letta?!"
Vinna menengok ke sekitar. Letta sudah lari duluan menuju ke Aula, menyisakan Vinna sendirian di perpustakaan sejak masih menelpon yang lain.
"Kenapa lu ninggalin gue. Letta!"
♦♦♦
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Status
Ficção Adolescente[Republished] #3 in romanceschool [21-4-22 | 30-06-24] Percaya deh, mantan bakalan balik ke tangan kita lagi. Walaupun banyak bencana yang menghampiri. Aku nggak akan takut! Karena jika Tuhan mengkehendakinya Dia untuk aku. Mereka bisa apa? Takdir...