"Sayang! Temenin aku ke kamar man--"
"Sekali lagi lu bilang sayang. Gue gosok muka lu pake ini." Sewot Gibran tiba-tiba berbalik badan langsung mengacungkan bambu yang ia pegang daritadi jadi ancaman.
"Jahat banget."Cibir Naomi pasrah.
Setiba di toilet perempuan, Naomi masuk dan Gibran hendak melarikan diri pun tidak jadi. Keburu ditahan Naomi yang lebih cekatan.
"Jangan pegang gue!"
"Temenin."
"Manja banget si lu. Cuci tangan doang ditemein segala. Gue mau ke kelas."
"Yaudah tunggu sebentat. Kita ke kelasnya bareng."
"Kagak mau gue."
"Hih. Sebentar...."
Tak gentar Naomi, semakin kuat menyeret Gibran agar mau menunggunya di depan kamar mandi. Alhasil mereka malah saling tarik-menarik.
"Tunggu ya, jangan kabur Iban..."
"Bawel. Ribet."
Akhirnya Gibran mengalah, menuruti kemauan Naomi. Walaupun sebenernya menyita waktu cukup banyak, sia-sia!
"Dah! Makasih Iban,"
"Hm."
Gibran berjalan di depan Naomi, karena kebetulan langkah Naomi, kecil, Gibran sengaja lari duluan setelah berucap memastikan Naomi mengikuti perintah dia.
"Gue duluan. Balik kelas. Jangan ngayap!"
Tak bisa mengejar. Naomi hanya pasrah berjalan lurus menuju kelasnya, sedangkan Gibran ke ruang Osis guna menyalin laporan siswa hari ini ke Exan.
Usai melakukan tugasnya.
Gibran keluar dari ruangan OSIS masih seorang diri tanpa ditemani siapapun.
Berjalan agak cepat menaiki anak tangga menuju kelasnya. Belum sempat sampai ke kelas, handphone Gibran bergetar dibalik saku celana. Menyempatkan diri berhenti di tengah tangga lantai dua. Memastikan ada panggilan entah dari siapa pagi-pagi sudah bunyi. Gak biasanya. Masa iya Papa. Inikan jamnya lagi pada sibuk.
No tidak dikenal :
Gua harap lo suka dengan kejutan ini, bocah ingusan.Sebuah pesan baru. Tak mengusik sedikitpun tatapan tenang Gibran saat mendapatkan kiriman sebuah rekaman suara percakapan antara dia dengan Naomi waktu di luar sekolah tadi.
Seseorang dengan lampiran nama tidak dikenal itu tampak mengancam Gibran dengan menyebarkan rekaman suara ini ke setiap kelas.
Membuktikan bahwa dirinya sedang menjalin hubungan bersama Naomi. Awalnya Gibran gak kaget. Tapi agak menghawatirkan ketika orang itu membawa nama Amel.
Kalau tuh anak sampai tau rekaman ini, dia pasti bakalan ngelakuin tindakan yang aneh-aneh ke Naomi. Itu pasti!
"Bisa gak sih sehari aja, gue santai-santai sama hidup gue."
Gibran menyelidik setiap angka pada nomer telepon asing itu.
Entah siapa? Gibran bener-bener gak tau. Tetapi Gibran yakin ternyata ada penyeludup diam-diam dibalik percakapannya sama Naomi tadi.
Bagus sekali! Itu tandanya mau cari mati ini orang. Buat apa dia ngelakui ini. Kalau bukan tujuannya mau cari masalah sama Gibran.
Gibran kembali menyakukan ponselnya. Bari satu langkah Gibran hentakkan. Suara gema menyebutnya di belakang.
"Woy! Gibran Exselo,"
Kepala Gibran menengok, lalu disusul badanya. Mata ia sipitkan, memastikan untuk apa orang ini menyebut nama dengan lengkap seperti itu. Atau, pertanda dia mau menunjukkan diri, dialah pelakunya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Status
Novela Juvenil[Republished] #3 in romanceschool [21-4-22 | 30-06-24] Percaya deh, mantan bakalan balik ke tangan kita lagi. Walaupun banyak bencana yang menghampiri. Aku nggak akan takut! Karena jika Tuhan mengkehendakinya Dia untuk aku. Mereka bisa apa? Takdir...