[Republished]
#3 in romanceschool [21-4-22 | 30-06-24]
Percaya deh, mantan bakalan balik ke tangan kita lagi. Walaupun banyak bencana yang menghampiri. Aku nggak akan takut!
Karena jika Tuhan mengkehendakinya Dia untuk aku. Mereka bisa apa?
Takdir...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Woy!"
"Kok lu gak kaget sih?"
Naomi sekadar melirik tangannya menopak dagu di atas mejanya. Vinna yang berusaha mengejutkannya barusan tidak menuntut Naomi kaget lagi. Dia mengerti mood Naomi lagi kurang fit.
Gak tau, Naomi entah kemana saat ini. Naomi kelihat tidak nyambung diajak bicara.
"Nao lu kenapa? Sakit lagi?" tanya Vinna mengelus punggung Naomi duduk di sebelahnya.
"Nggak."
"Terus?"
"Mentok."
"Ih! Emang sakit lo ya. Bisa-bisanya jawab sengaco itu. Gue nanya serius. Lo kenapa? Kok mukanya kusut, gak strikaan ya?"
Lagi-lagi Naomi sekedar melirik Vinna kembali menatap lurus ke depan.
"Ya tuhan! Gue ngomong ama batu apa manusia sih, Nao!"
"Apasih Vin."
"Lo denger gak gue ngomong apa tadi?!" ucap Vinna meninggikan nada suaranya.
"Enggak. Emang lu ngomong? Kapan?"
"Gue tonjok beneran lu. Lu kenapa--hetdah ada manusia lagi." Vinna seketika berubah konsep membuang muka ketika ada orang lain hadir di antara mereka.
"Gibran.. ada apa?" tanya Naomi ke Gibran berdiri di dekat Vinna duduk.
"Gue ke kamar mandi dulu ya, mules nih daritadi ngomong sama lu kaga nyambung-nyambung, bye."
Vinna bangkit kabur meninggalkan Naomi mengabaikan keberadaan Gibran di sebelahnya.
Tersisa mereka berdua di kelas saling menciptakan keheningan di ruang kelas IPS 10-B.
"Tumben lu jadi pendiem."
Gibran memecahkan senyap menjadi hantaman batin Naomi yang udah kebal.
"Diem salah, gak diem lebih salah," gerutu Naomi. "Ada apa ke sini?"
"Mau balikin ini."
Gibran memberikan sendok makan, sangat Naomi kenali benda itu. Memang miliknya.