5 - Asal Mula Hukuman.

2.1K 78 0
                                    

Kenapa Nao bisa dihukum?

Kenapa Devi basah kuyup di cuaca panas?

Dua pertanyaan yang dapat digabungkan dalam satu jawaban.

Karena semua gara-gara ulah Naomi

Berawal dari masalah gara-gara Devi memposting fotonya bersama Gibran di akun Chatting pribadinya kemarin.

Hati Naomi bagaikan remuk tak berkeping. Lamat-lamat ia pandangi layar berbentuk pipih, ia pegang erat-erat untungnya saja tidak sampai Naomi lempar.

Yang ada sih mubazir, hp baru beli bekas masa dibuang.

"Awas kamu, Devi!" ancam Naomi, perlahan tersadar ia sedang menatapi foto Gibran yang sengaja ia tempel di dinding kamarnya. Otomatis amarahnya pun mereda.

Keesokan harinya. Naomi tidak lupa ucapannya semalam. Dan sangat kebetulan juga saat Naomi melewati kelas 10C.

Naomi dari kejauhan memicikkan mata ke sekumpulan geng yang tengah selfie di pinggir kolam air mancur milik sekolah.

Naomi mengenali salah satu anggota di sana ada Devi yang lagi bermajang diri di hadapan kolam sambil mengibas-ngibas rambutnya terkena angin.

Senyum tipis terlukis kecil di bibir Naomi, Naomi berjalan agak melambat menghampiri arah belakang Devi. Hampir dekat, dan semakin dekat. Naomi langsung mendorong punggung Devi dan gak tau lagi hasilnya kayak gimana.

Naomi bergerak cepat melarikan diri sebelum dikroyok hujatan.

Jujur saja, Naomi denger kok teriakan Devi, memekik seluruh ruangan tapi teriakannya itu tak digeming Naomi yang justru sudah hilang keberadaannya.

Saking takut ketahuan. Naomi menelusuri belakang sekolah, lalu memanjati sebuah pohon besar di sana.

Helaan nafas lega terluapkan. "Aman."

"Tapi gue ngapain manjat pohon beringin? Mak kunti nanti nongol lagi! Tolongin gue," gerutunya tetap duduk di atas sana.

Habisnya mau turun takut tuh anak nongol.

Naomi emang paling berani kalau bikin ulah sama manusia. Kalau bikin ulah sama yang gaib, jangan nyoba-nyoba deh..

*****

Di lain lokasi.

Ketiga pemuda berkarisma tingkat dewa. Sibuk melakukan kebaikan, walaupun tidak sepenuhnya pakai niat. Mereka tetap melakukan kerja bakti, di halaman belakang sekolah.

Karena peritah. Gibran gak bisa mengabaikan aturan apapun itu. Dia begitu taan aturan, sedangkan yang lain terpaksa. Kalau pun nolak, urusannya bukan cuman sama guru. Tapi sama Gibran bisa-bisa dicatat bolos absennya.

"Euh! Kenapa harus ke bagian di sini sih. Mistis tau gak" oceh Ciko, merasakan takut, beneran takut lho ya.

"Ck! Masih percaya gituan," cetus Gibran sambil menyapu sampah dedaunan yang kering, lumayan banyak.

Gibran heran sama penjaga sekolah di sini padahal mereka digaji. Kenapa masih kotor aja. Apa dia makan gaji buta?!

"Gimana gak percaya, toh orang kenyataannya ada. Waktu itukan gue liat ada rambut panjang, baju putih---" gerutu Ciko terhenti tiba-tiba saat mata dia melihat ada yang gerak di atas pohon beringin tersebut.

Ex StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang