28 : Cara Minta Dijemput Pacar.

773 34 0
                                    

Decakan kuat terdengar keras, usai meneguk segelas minuman bersoda, ditaruh di atas meja sesudahnya.

Minuman Soda yang dimaksud adalah cola.

"Lama-lama tulang gue bermasalah tiap hari lu suguhi soda mulu!" gerutu Rival.

Rival memang gak biasa minum minuman bersoda. Rasanya jengah di mulut, kayak ada yang menggerayangi di tenggorokkannya pekat.

Lagian aneh juga Exan, di cafe inikan lebih memprioritaskan kopi-kopian. Kenapa Exan malah pesan minuman bersoda setiap kali dia mengajak Rival ke sini.

Rival pingin mempertanyakan itu, cuman malas nanyanya. Gak penting.

Dibilang Exan suka soda. Dilihat Rival, Exan juga sama tuh selalu menggidik bahu saat meminumnya.

"Ada apa lu ngajak gue ketemu? Bukannya lu ada urusan sama anak-anak bawahan lu."

Exan tak terpancing dengan semua cuitan Rival. Exan sosok yang penyabar, jarang marah kecuali kalau menurut dia udah kelewat batas wajar, dan itupun bukan bentuk amarah, melainkan ucapan tegas.

Exan bahkan terbiasa mengahadapi Rival semenjak dia bertekat menjadi pemberontak bagi para Organisasi dibawah kepemimpinan Exan saat ini.

Kalimat Rival dalam berkomentar bisa dibilang isinya pelecehan dan kriminal. Namun Exan tidak terpengaruh hal itu, tetapi berbeda dengan Gibran yang belum mengenal siapa Rival sesungguhnya.

Tentu akan mudah terpengaruh.

"Itu mau gue bicarakan." Exan menegakkan punggungnya. Kembali bicara.

"Lu boleh-boleh aja memberi cap jelek kepada kami. Tapi. Untuk anggota baru, gak seharusnya lu perlakukan kasar kayak tadi."

"Anggota baru?"

Rival sekarang paham arah pembicaraan Exan. Ternyata Exan mengetahui kejadian tadi di sekolah.

"Bukannya bocah itu anggota kesayangan kalian?" ucap Rival dibalut tawa hambar.

Memang tidak ada yang lucu. Di telinga Rival kalimat Exan memang lucu, sebab gak masuk di akal baginya, siswa baru selalu dibanggakan. Sedang dia, sebagai Senior harusnya lebih diunggulkan.

"Kenapa lu bahas masalah gue sama bocah itu? Jadi lu ngajak ketemuan cuman mau nuduh gue, karena adanya chat yang menyebar kesemua siswa, itu karena gue, iya?"

Exan yang berupaya tenang menatap Rival di sana terus saja cengengesan. Justru Exan menuai curiga semakin yakin, bahwa Rival pelakunya.

"Gue bisa tebak. Kenapa lu bisa nuduh gue. Karna bocah sialan itu ngadu ke lu kan?!"

Exan tak menjawab. Dia lagi-lagi hanya terdiam. Padahal, Gibran tidak bicara apapun saat ditanya soal chat tersebut, Exan hanya asal menebak. Tetapi. Ia meyakini tebakkannya tidak mungkin salah.

"Anak pengecut aja dipercaya. Udah tau anak sialan itu datang ke sekolah ini sebab dia gak mampu jadi siswa terbaik di sekolah ternama itu. Begonya kalian. Kalian angkat dia sebagai siswa percontohan. Otak lu pada dimana sih?!"

Rival bangkit setelaenggebrak meja cukup keras, sampai yang lain pun memperhatikan mereka dengan tatapan tidak suka.

Rival berjalan sedikit, lalu berhenti di sebelah Exan masih terduduk di kursi. Rival memajukan wajah dekat telingan Exan, berbisik.

"Gue saranin ke lu. Lebih baik lu ngundurin diri, atau gue jatuhin anak itu dan memperburuk organisasi kalian."

Rival pergi setelah menetapkan ancamannya kali ini menyambar ke Exan. Exan tetap tegap pada posisinya. Dicengkram kuat pegangan gelas minuman yang akan ia teguk sampai habis.

Ex StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang