16 - Buku Gibran.

1.3K 66 5
                                    

Semenjak kejadian semalam. Gibran mematahi kartu milik Naomi. Naomi sering tenggelam dalam lamunannya, merasakan bosan yang sangat luar biasa sejak malan hingga sekarang dia gak bisa menjelajahi dunia mayanya.

Biasanya kalau ada jam kosong kaya gini.

Dia sibuk memainkan ponselnya sambil diiringi musik ricuh lewat earphone di telinganya, tapi kali ini Naomi cuman buka buku tulis penuh coretan gak jelas di sana.

"Cahilahh! Nao galau."

Vinna datang menyenggol bahu Naomi, mengaduh sejenak, bukan hanya Vinna yang memperhatikan raut Naomi, di sebelahnya ada Letta sambil mengenut permen loli kesukaan dia.

"Beli lagi aja Nao." Suruh Letta enak dalam berucap.

"Beli pake apa?!" Nada kesel Naomi membuat teman di depannya menengok sebentar. Naomi tetap sibuk mencoret-coret buku tak terpakai.

"Pake daon," celetuk Vinna benar-benar gak lucu buat Naomi yang gak mood.

"Ya pake duitlah Nao." Sambung Letta memperjelas padahal Naomi juga tau.

"Duitnya dari mana?"

"Lah! Emangnya lo gak ada duit."

Naomi menggeleng lesu, memasang muka memelas.

"Duit gue abis buat paketan." Naomi mulai bercerita. Tak lepas dari belas kasihannya.

"Lu beli paketan buat apa. Kan kartu lu ancur." Kata Vinna yang masih bingung sama pembahasan Naomi.

Abisnya bahas kartu ancur mulu. Bukan ancur sih, tapi patah.

"Yaaa, sebelum kartu gue patah Vinna." Kesal Naomi sambil membenturkan kepalanya pelan ke meja.

"Emangnya lu ngisi berapa?"

"50ribu."

"Eh! Gile. Lu beli paketan bisa, giliran disuruh bayar utang ke gue sampe sekarang dipending mulu." Seru Vinna mengungkit aib Naomi, dengan suara kerasnya. Lantas Naomi membekap mulut Vinna dengan kecepatan kilat.

"Gak usah diungkitt, anjrit! Iya nanti gue bayar."

"Kapan?!"

"Em-kalau udah ada uangnya."

"Bodoamat. Ada uangnya juga lu pake lagi buat beli paketan sama kartu yang ada." Cibir Vinna, memang benar kenyataannya.

"Yaiyalah. Utamakan itu."

"Utamain utang Nao!" Sentak Vinna begitu sebal.

"Iya bawel. Lu bikin gue tambah strees tau gak yang ada."

Naomi beranjak bangun dari kursinya. Dia berjalan keluar menuju toilet. Beruapaya menghindari obrolan yang menuai aib dia lagi.

Naomi sepanjang lorong kelas, menggerutu, langsung merapatkan bibirnya saat tiba di depan kelas Gibran, dan sangat kebetulan. Gibran di sana terlihat melangkah keluar dari kelasnya. Naomi menarik sudut bibir ke atas merekah, seraya mengambil langkah lalu menundukkan kepala guna mencari cara akting yang bagus, ketika sampai berpapasan dengan Gibran nanti, barulah dia angkatkan kepalanya.

"Hai, Gibran!"

Seperti itulah Naomi menyapa. Gibran hanya menatapnya datar sambil membuang sampah, lalu masuk lagi ke dalam kelas. Membiarkan Naomi mematung tanpa bahasa di tempat.

Mungkin, sebagai orang akan kesal jika direspon seperti itu. Tetapi tidak untuk Naomi yang berteriak dalam hati, akhirnya bisa dilirik Gibran juga.

Asupan moodbooster Naomi berenergi kembali.

Ex StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang