4. That lie

1.3K 228 24
                                    


That Lie

"nugu. . sseyeo?" tanya Kai dengan senyum menggoda miliknya. Suzy menatap Kai terkejut, ia lantas memperbaiki posisi berdirinya dan menatap Kai sesekali.

"tuan sudah sadar? Kalau begitu ku rasa ini saatnya tuan untuk pergi" ujar Suzy. Kai bangkit untuk duduk, ia menatap sekitarnya lebih jeli.

"pergi? Bukankah kau membawaku kemari? Lalu kau ingin aku pergi?" tanya Kai tak setuju sembari melirik sekitarnya, sedetik kemudian ia kembali menatap Suzy.

"tuan. Aku hanya berniat menolongmu. Apa kau bahkan tak bisa menghargai upayaku?" tanya Suzy menatap Kai. Kai bangkit dan tersenyum. Ia melangkah mendekati Suzy, Suzy mundur beberapa langkah seiring langkah Kai yang semakin mendekatinya.

"tuan. Tolong sadar posisimu. Suamiku sedang dalam perjalanan kemari dan . . "

"suami? Apa kau pikir aku perduli pada status?" tanya Kai dengan senyum sakartisnya kemudian mendekatkan wajahnya pada Suzy. tubuh Suzy kaku ketika punggungnya membentur dinding, ia tak bisa lari lagi. Kai menghirup harum shampoo Suzy dan mendekatkan bibirnya ke telinga Suzy.

"tuan. Tolong jangan bersikap kurang ajar" tegur Suzy sembari menahan dada bidang Kai agar ada jarak diantara mereka.

"apa kau punya ramen ahjumma?" bisik Kai. Suzy tergelak mendengar panggilan Kai untuknya, Kai memundurkan wajahnya dan tersenyum geli melihat reaksi berlebihan Suzy.

"apa yang kau pikirkan? Apa kau pikir aku ingin . . " Kai menggantungkan kalimatnya dan menatap Suzy dari uJung kaki ke kepala dengan senyum meremehkan miliknya.

"pada ahjumma sepertimu?" lanjut Kai. Suzy mengerjap beberapa kali dan mendorong Kai kesal.

Ia berlari ke dapur dengan pipi merona. Kai tertawa geli menatap kelakuan wanita yang satu ini. Kai mendekati Suzy yang berada di dapur, Suzy menyalakan kompor dan merebus air didalam panci. Kai mendekatkan bibirnya di telinga Suzy dari belakang.

"aku ingin yang pedas" bisik Kai. Suzy terkejut dan berbalik secara otomatis. Kai ikut terkejut ketika Suzy hampir menjatuhkan punggungnya ke panci rebusan namun Kai dengan cepat menangkap pinggang Suzy yang berlemak itu.

Pipi Suzy merona merah, Kai sedikit terkejut karena berakhir beradu tatap dengan wanita itu dalam jarak yang sangat dekat. Kai tersenyum menatap Suzy, ia tahu wanita itu pasti sangat gugup karena bertatapan dengan pria setampan dirinya.

Tangan Kai seakan merasakan sesuatu yang aneh, ia menyentuh lemak di pinggang Suzy dan memencetnya dua kali. Suzy membelalakkan matanya dan mendorong dada Kai tapi Kai masih lekat menahan tubuh Suzy.

"maaf. Bisa kau lepaskan?" tanya Suzy canggung. Kai terkejut dan lantas melepaskan Suzy begitu saja. Ia melirik tangannya, tubuhnya merinding. Apa yang baru saja ia sentuh barusan.

"ahjumma. Apa aku baru saja menyentuh lemakmu?" tanya Kai dengan ekspresi seperti anak kecil yang akan menangis. Suzy mengunci rapat bibirnya, tentu saja itu hal yang memalukan baginya. Suzy langsung berbalik tanpa ingin menggubris ucapan Kai.

"jadi benar. eomma!! bagaimana ini? Aku telah menodai tanganku?" rengeknya sembari menatap tangannya tak percaya. Seolah-olah ia baru saja menyentuh kotoran.

"duduk dan diamlah jika kau masih ingin mencicipi ramenku!" ancam Suzy, pipinya benar-benar merah sekarang. Kai menutup bibirnya terpaksa dan duduk di kursi meja makan seperti anak baik.

"ini" Suzy menyodorkan mie langsung dari pancinya untuk Kai. Kai melirik Suzy dan tersenyum kecil.

"aku akan membayarmu setelah ini" ujar Kai kemudian melahap mie nya dengan semangat.

ScatteredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang