22. Change on the first place

1.3K 246 26
                                    


22. Change on the first place

"kelihatannya, kau sangat tergila-gila padanya" ujar Yeseul menambahkan. Kai tertawa garing mendengar ucapan Yeseul barusan.

"tergila-gila?" sahut Kai tak percaya. Yeseul kembali tersenyum menatap Kai.

"kau tahu? Karna asumsiku itu, aku bahkan tak berkencan didepanmu karna takut menyakiti perasaanmu" gumam Yeseul. Kai menatap Yeseul tak paham.

"baiklah. Kali ini jika aku bertemu dengannya lagi, aku akan mengajaknya dan mengenalkannya padamu." Ujar Yeseul dengan senyum diwajah cantiknya.

"nugu (siapa)?" tanya Kai tak paham.

"pacarku. Memangnya siapa lagi?" ujar Yeseul kemudian berbalik menuju mobilnya. Ia melambaikan tangannya pada Kai. Kai hanya memperhatikan Yeseul dari jauh.

Yeseul masuk kedalam mobilnya dan menyetir menuju rumahnya. Yeseul menghela napas panjang. Ia kemudian tersenyum kecil dengan mata berkaca-kaca.

"Han Yeseul. Kau sangat pintar menyembunyikan perasaanmu" ujar Yeseul pelan pada dirinya sendiri. tanpa ia sadari setetes air mata menetes dari pelupuk matanya, sedetik kemudian ia langsung menghapusnya cepat.

"tentu saja. Siapa wanita yang bisa luput dari pesona Kai" ujar Yeseul lagi sembari menertawakan dirinya. Yeseul membuka ponselnya dan menghubungi seseorang.

"aku sudah mendapatkan jawaban untukmu" ucap Yeseul. Orang diseberang telpon tampak terkejut.

"jadi . . " ucapnya ragu.

"mari berkencan, tapi kau harus membuatku melupakan seseorang" ucap Yeseul pelan. Orang di seberang tersenyum sumrigah.

"tentu saja. Aku akan membuatmu bahagia" ujar pria itu. Kim rae-won.

Yeseul menghela napas, untuk kali ini ia tidak ingin menyalahkan pria itu. Seorang pria yang selama beberapa tahun terakhir selalu datang mencarinya dengan tangan teriris atau kulit terluka. Anak nakal, yang seorang maniac wanita tapi pria itu juga yang membuat Yeseul menolak puluhan pria yang berusaha mendekatinya.

Kini ia harus bahagia melihat kebahagiaan diwajah Kai, akhirnya ia menyukai seseorang. Setidaknya Yeseul harus bersyukur untuk hal kecil itu. Pria itu sudah menganggap Yeseul sebagai kakak kandungnya, sudah sepantasnya Yeseul juga menganggap pria itu tak lebih dari sekedar adik. Namun hatinya terlalu serakah sehingga pernah menginginkan lebih. Akhirnya ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.

0_0

Suzy bangun dari tidurnya, ia menggeliat pelan karna merasa tubuhnya serasa mau patah. Suzy menemukan selimut yang menutupi tubuhnya, seulas senyum kecil terukir diwajahnya. Ia baru saja sadar dari tidur panjangnya diatas sofa.

Suzy bangkit tapi ia menemukan sebuah notes di atas meja ruang tamu itu. Suzy menarik notes itu dan membaca kertas post-it itu.

(aku harus bekerja, jadi kau bersiap-siaplah, jam 12 siang aku akan pulang untuk makan siang. kamarmu ada di lantai 1, pintu yang bertempelkan post-it. Mandilah! setelah itu, siapkan makanan yang lezat.)

Suzy lantas melangkah mencari pintu kamar yang tertempelkan kertas post-it, matanya menangkap sebuah pintu yang tertempel kertas post-it dan menarik kertas itu untuk membaca isinya.

(kamar yang di seberang kamarmu adalah kamarku, jangan berani masuk jika kau tak siap akan konsekuensinya)

Suzy tersenyum dan menggeleng pelan, ia kemudian masuk ke kamarnya dan melirik sekitarnya takjub.

ScatteredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang