Changbin membulatkan tekadnya. Kini, ia dan mobilnya sudah mulai memasuki pekarangan hijau, rumah orang tuanya. Changbin menautkan alisnya cepat setelah melihat sebuah mobil putih tak asing yang terparkir juga di pekarangan rumah.
Mobil itu?
Changbin mengenal plat mobil itu, namun ia tak mengenal siapa pemilik mobil itu. Changbin menginjak rem pada mobilnya sebelum memasuki pekarangan.
Changbin memarkirkan mobilnya di rumah dengan pekarangan hijau. Tangannya menggenggam erat surat berwarna pink muda sambil menggenggam stir mobil. Ia tak henti-hentinya bergumam apa yang sebenarnya terjadi mengingat sebuah pesan yang tadi Joonyoung sampaikan.
"Kau harus pulang, ada hal penting yang akan aku bicarakan."
Ia membetulkan letak jas hitamnya, dan menghirup napas dalam kemudian menatap datar rumah dihadapannya.
Changbin keluar dari mobilnya. Matanya terfokus pada sebuah mobil putih yang sudah melaju menuju pagar utama rumah orang tuanya.
Siapa?
Itu pertanyaan yang berada dibenak Changbin saat itu. Ia bahkan tak mengenal plat nomer yang sangat asing itu. Tak sembarangan orang bisa masuk rumah orang tuanya, yang merupakan mantan CEO SCH Group yang menduduki peringkat ke 2 perusahaan pengekspor hasil alam di Korea Selatan.
Changbin mengangkat bahunya tak peduli kemudian berbalik melangkah menuju teras depan. Ia menekan kode sandi rumah itu dan membuka pintu.
Changbin membuka pintu rumahnya secara perlahan dan kepalanya menyembul masuk. Ia melihat Soye dan Joonyoung tengah berbicara serius di ruang tengah.
Soye yang pertama menyadari bahwa anaknya sudah sampai. Tangannya melambai menyuruh Changbin memasuki rumahnya.
"Kesinilah! Ada yang perlu eomma bicarakan."
Changbin yang baru kepalanya saja yang memasuki rumahnya mengangguk patuh dan membuka lebar-lebar kemudian melangkah perlahan memasuki rumahnya yang entah mengapa hawanya saat itu sangat tak biasa.
Changbin mengantongi surat penting berwarna merah muda kedalam saku jasnya.
"Ada apa?"
"Masuklah dulu."
Changbin berjalan sambil menatap datar kedua orang tuanya. Ia memilih tak duduk dikursi dan hanya menaikkan alisnya yang artinya 'ada apa?'
"Kau harus menikah dengan gadis itu, Lee Daera."
Entah setan apa yang merasuki Joonyoung siang itu. Baginya, dengan ia bertanggung jawab dengan membayar semua administrasi untuk menyembuhkan Daera, itu sudah cukup. Tangannya mengepal sangat kuat, rahangnya mengeras dan matanya melebar.
'Tidak mungkin aku menikahi gadis, selain noonaku'
Ia kembali menautkan alisnya melihat siapa yang keluar dari rumah dan sedang berbicara sambil tertawa bahagia pada Joonyoung, yang bahkan sangat jarang dilakukan saat Joonyoung sedang bersama Changbin.
Joonyoung dan pria itu menjabat tangan singkat kemudian menunduk dan berbalik menuju mobil yang berada tepat dibelakangnya.
Dialah pemilik mobil itu. Orang yang telah menyuruh Joonyoung untuk menikahkan Daera dan Changbin. Orang yang telah menghasut Joonyoung untuk melakukan hal gila itu.
Ini bukan sekedar opini, ini nyata.
Changbin masih menatap pria yang entah sedang mengobrol apa lagi dengan Joonyoung.
Siapa dia? Mengapa dia menyuruh appa untuk menikahkanku dengan Daera? Yang bahkan sebelumnya tak ku kenal.
Pertanyaan demi pertanyaan berada di kepala Changbin. Ia masih menatap pria yang sudah hilang memasuki mobilnya dan siap pergi. Ia mengeraskan rahangnya.
Sekarang, dia menyuruh appa melakukan hal apa?
Changbin melepaskan seatbeltnya. Ia mematikan mobilnya dan tangannya menarik kunci mobil. Ia segera keluar dari mobil tepat setelah mobil putih menyebalkan itu berjalan keluar pekarangan keluarga Changbin.
Aku terlambat.
Changbin menutup pintu mobilnya. Ia menghirup napas dalam-dalam dan berjalan menuju pintu. Ia kembali menghirup napas dalam-dalam dan mengharapkan reaksi yang bagus dari Joonyoung.
Changbin menekan kode sandi dan membuka pintu. Ia melangkah perlahan dan melihat Joonyoung tengah sendiri di sofa ruang tengah sambil memainkan ponselnya.
"Oh, Changbin. Ada apa? Tak biasanya kau kesini?"
Itu kalimat pertama ayahnya. Changbin semakin melangkah mendekati Joonyoung.
"Apa yang ayah rencanakan?"
Joonyoung menautkan kedua alisnya heran, "Apa maksudmu?"
"Tak usah pura-pura tak mengerti." Changbin berhenti sejenak, "Tadi, ada pria tua yang baru saja pergi dari rumah. Dan, pria tua yang sama yang menyuruh appa menikahkanku dengan Daera."
"Pria tua? Apa maksudmu?" Joonyoung berdiri dari sofa dan menaruh ponselnya di meja.
Ingin rasanya Changbin menonjok appanya yang menyebalkan ini, namun akal sehatnya menolak hal itu. Tangan Changbin mengepal kuat.
"Hufhh.. oke baiklah, kalau appa berakting tak tahu. Tapi, bukan karena hal itu saja yang membuatku kesini." Tatapan Changbin seketika berubah semakin tajam, "Kapan appa akan melaksanakan janjiku untuk menemui 'orang itu'?"
"Sampai kau merasa nyaman dengan Lee Daera."
Changbin melebarkan matanya, kali ini ia benar-benar tak habis pikir dengan appanya itu.
Apa yang kau rencanakan sebenarnya?
"Appa akan mempertemukanku dengan orang itu setelah aku sudah nyaman dengan Daera? Appa pikir aku bisa nyaman dengan gadis amnesia itu? Appa pikir dengan aku nyaman dengan Daera, setelah itu aku akan melupakan orang itu dan tetap bersama Daera?"
Joonyoung tersenyum tipis kemudian mengangguk membenarkan.
"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Changbin memberikan sedikit smirk, "Ingat itu."
Changbin berbalik. Ia terdiam menatap pintu utama dan menghirup napas dalam-dalam untuk menenangkan pikirannya.
Apa yang sebenarnya dipikirkan olehnya?
°°°
Cuma ada satu scene di chapt ini.Mian, kalo ceritanya makin ancur.
Fya lagi berusaha nge revisi dengan benar.
Pencet bintang dibawah ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Фанфик"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...