07:00 KST
Daera membuka matanya, ia menghela napas lelah. Gadis itu baru bisa tidur 3 jam yang lalu, setelah 'bermain' dengan Changbin semalam. Ia bangkit dari tidurnya. Kemudian menengok ke Changbin, pria itu tertidur pulas tanpa baju. Pasti dia lebih lelah.
Daera beranjak, ia berjalan keluar dari kamar. Gadis itu menggunakan jacket tipis milik Changbin tanpa kaos sebagai dalaman dan celana dalam. Ia berjalan pelan, tubuhnya sakit semua, seakan baru saja ditimpa sebuah besi dengan berat 1.000 ton.
"Mau kemana?" tanya Changbin dngan nada serak khas bangun tidur. Pria itu mendapati Daera yang berjalan keluar kamar.
Daera berbalik, menghadap Changbin, "Membuat sarapan. Kau harus bekerja."
"Tidak. Aku tak berangkat hari ini. Aku ingin kita ke sana."
"Kemana?"
"Rumah pohon itu."
°°°
Daera dan Changbin sudah berada didalam rumah pohon. Mereka membaca surat yang kemarin Changbin baca dan masih berada diatas meja.
Daera membaca satu persatu surat itu. Ia sesekali berimajinasi membayangkan bagaimana keadaan saat itu, atau tertawa kecil. Changbin ikut senang melihat Daera tertawa, namun satu pertanyaan mengganjal dipikirannya.
"Daera, bagaimana kau tau tentang semua ini lebih dulu?"
"Kau ingat saat kau menenangkanku di rumah sakit. Aku tahu, tiba-tiba saja ingatanku tentang rumah pohon itu kembali." Daera merapikan kembali surat itu.
"Hanya ingatan tentang rumah pohon ini? Yang lain tidak?"
Daera mengangguk pelan, "Ayo turun saja dari sini. Aku ingin menaiki ayunan di bawah."
Mereka turun bergantian. Udara pagi hari sangat dingin disini. Tapi, salju tak banyak menutupi rerumputan hijau ini. Daera menaiki salah satu ayunan dan menggerakannya perlahan.
Changbin ikut mendekat dan menaiki ayunan satunya. Ia hanya duduk disana menatap Daera yang tak hentinya tersenyum sejak sampai ditempat ini.
"Mianhae," lirih Changbin pelan. Namun, Daera mampu mendengarnya. Gadis menghentikan permainannya dan menghadap Changbin heran.
"Untuk apa?"
"Karena membuatmu lupa akan semuanya." Changbin menunduk.
Daera tersenyum, ia berdiri dan berjalan menuju Changbin. Gadis itu memegang dagu Changbin dan membuat pria itu mendongak, "Tak apa, aku tak masalah dengan itu. Aku malah berterima kasih, dengan hal itu, aku bisa bertemu dengan pangeranku."
Changbin tersenyum. Ia mengangguk, "Terima kasih."
°°°
Daera dan Changbin berada didalam mobil. Mereka akan kembali ke rumah dan menghabiskan waktu disana.
Changbin mendengus sebal, membayangkan hal membosankan apa yang mereka akan lakukan disana. Ia mendapat sebuah ide. Entah akan disetujui oleh gadis disebelahnya atau tidak.
"Daera~ya," panggil Changbin pelan.
"Hmm?" Daera menengok.
"Kau ingin berlibur tidak?" tawar Changbin.
"Ke?"
"Kau mau atau tidak? Kita berangkat nanti. Aku akan membookingnya dan kita akan segera berangkat."
"Boleh." Changbin tersenyum lebar. Ia mempercepat laju mobilnya unuk sampai rumah.
Tak pakai lama, mereka sampai dirumah. Changbin dan Daera keluar bersamaan. Dan berjalan juga menuju pintu.
"Kau siap-siap sekarang. Aku akan siapkan yang lain."
Daera mengangguk, "Cooky dibawa?"
Changbin menggeleng tegas, "Kau ingin dia menganggu kita seperti semalam?"
Daera meringis kemudian berlari kecil memasuki rumah, Changbin tersenyum tipis melihat tingkah Daera. Gadis itu menaiki tangga satu persatu.
°°°
Daera tak henti-hentinya tersenyum gembira. Entah ada apa, ia bisa sangat senang seperti ini. Daera melipat satu persatu pakaiannya dan Changbin masuk kedalam dua koper besar.
Ia mengganti bajunya menjadi kemeja lengan panjang berwarna biru dengan bawahan celana jeans kemudian memakai jacket berwarna hitam. Daera tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
Ia menarik kedua koper keluar kamar. Changbin sudah berada didepan terpaku menatap Daera yang sudah berganti pakaian.
"Wow, kau sudah berganti pakaian? Sudah siap? Ayo berangkat."
Daera menaikkan alisnya, "Sudah booking? Cepat sekali."
"Sudah."
"Kita mau kemana?"
"Nanti kau juga tahu."
Changbin berjalan mendekati kedua koper. Ia menarik keduanya sekaligus dan membawanya keduanya menuruni tangga secara bergantian.
"Cooky bagaimana?" Cooky menghampiri Daera. Gadis itu mengangkat Cooky dan mengelusnya perlahan.
"Aku sudah menelepon Daniel dan menyuruhnya untuk datang nanti sore, untuk mengambil Cooky dan merawatnya selama kita pergi. Tenang, dia tau kata sandi pintunya."
"Oke, baiklah." Daera menghadap Cooky dan tersenyum, "Mianhae, Cooky~ya. Kami harus pergi lagi. Kau tinggal dengan Daniel, oke?"
Cooky menggonggong sekali kemudian menggerakan ekornya tanda setuju, "Bagus!" puji Daera dan mengelus kembali bulu Cooky.
Changbin yang melihat itu memutar bola matanya malas. Ia mendengus kesal dan menarik kedua koper secara bersamaan menuju mobil.
°°°
Incheon.
Daera dan Changbin sudah selesai check in dan koper mereka sudah dimasukan kedalam bagasi pesawat. Mereka sedang duduk sambil menunggu panggilan untuk memasuki pesawat di ruang tunggu.
"Kau serius, kita ke Jeju?" tanya Daera.
"Kau tidak suka?"
"B-bukan. Aku suka, hanya saja kau masih harus melakukan check up di rumah sakit. Apa tak apa-apa?" Daera khawatir.
"Tak apa-apa. Aku sudah sehat sekarang." Mata Changbin menangkap sosok pria jangkung yang barusaja melewatinya. Ia mengenali sosok itu.
"Sebentar." Changbin beranjak dari duduknya. Ia berlari menuju pria itu.
"Sangyeon~nim?" panggil Changbin hati-hati, pria itu menengok.
"Changbin~ssi. Sedang apa kau disini?"
"Aku ingin berlibur. Anda sendiri?" Changbin bingung memanggil Sangyeon apa, pria itu seumuran dengan ayahnya dan sekarang adalah mertuanya juga.
"Santai saja, panggil aku 'abeoji'. Sekarang aku juga ayahmu."
"Ahh, ya, baiklah. Abeoji, ingin kemana?"
"Aku akan kembali ke Canada."
"Oh, abeoji ingin bertemu Daera?"
"Ada Daera disini? Dimana? Aku ingin bertemu dengannya."
"Baiklah."
Changbin berbalik dan berjalan menuju Daera kembali. Sangyeon melihat kemana anak itu pergi, ada seorang wanita yang ia hampiri. Itu pasti Daera. Anak bungsuny. Gadis itu sudah tumbuh dengan baik, bahkan tanpa ayah disisinya.
Daera dan Changbin perlahan menghampiri Sangyeon. Gadis itu membungkuk sopan. Sangyeon tersenyum senang, spontan memeluk Daera dengan erat. Daera membelalakan matanya dan menghadap Changbin yang tersenyum tipis.
"Appa merindukanmu."
°°°
Otw chapt terakhir yeorobun.Udh mau selesai aja, ya?
Luv u all❤
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Fanfiction"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...