THE SECRET #03

3.1K 413 12
                                    

Daera keluar dengan piyama polkadot merahnya. Tangan kanannya mengeringkan rambut dengan handuk dan tangan kirinya memegang beberapa peralatan mandi.

Setidaknya sekarang pikirannya sudah lebih rileks.

Daera terdiam sejenak menatap sofa ruang tengah yang berantakan akibat ulahnya. Jacket tebalnya diatas meja dan cangkir cokelat panasnya tadi juga disana.

Ia memejamkan matanya. Daera merasakan pusing yang luar biasa. Badannya serasa akan jatuh sebentar lagi. Ia segera memegang ujung sofa dan berharap agar tak jatuh. Tangannya menjatuhkan handuk dan peralatan mandi yang ia bawa, hal itu menimbulkan suara keras.

'jangan sampai membangunkan Changbin'

Daera teringat akan sesuatu. Obatnya. Obat itu tak ia bawa.

Dengan semua tenaga yang ia miliki, Daera berjalan menuju dapur. Tangannya sibuk membuat teh hangat untuk menghilangkan pusing yang ia alami.

Tak lama ia sudah selesai membuat teh hangatnya itu, begitu pula dengan pusing yang tadi sangat mengganggunya. Pusing itu sudah hilang.

Daera mengingat sesuatu. Seorang anak laki-laki dengan senyum lebarnya tengah bersama Daera kecil disebuah rumah pohon. Anak laki-laki yang mengaku bernama 'pangeran'.

Rumah pohon? Pangeran?

Potongan puzzle yang sempat hilang diingatannya. Tapi, Daera tak tahu siapa anak yang sedang bersamanya itu. Hanya beberapa menit saja yang Daera ingat.

Dan, di akhiri dengan perkataan anak itu sambil tersenyum.

"Noona, pangeran janji akan bermain lagi denganmu. Pangeran pergi dulu!"

°°°

Daera tak ingat bagaimana caranya bisa sampai tidur di kasur Changbin. Ia tak mau ambil pusing dan segera duduk dipinggiran kasur. Dengan berhati-hati pastinya.

Daera tak ingin membangunkan Changbin.

Ia merapihkan selimut yang tadi ia pakai bersama Changbin dan juga menyelimuti Changbin yang terlihat kedinginan. Pemanas ruangan disini bekerja dengan baik, namun suhu Korea saat ini sangat dingin. Daera masih bisa merasakan dinginnya salju tahun ini.

Changbin yang masih tertidur, terlihat tersenyum kecil saat ia selimuti. Dan, itu sangat lucu. Daera baru pertama kali melihat senyum terukir diwajah kaku milik Seo Changbin. Bahkan sejak pertemuan pertama mereka beberapa minggu lalu setelah operasi kecil Daera, gadis itu dan Changbin sangat jarang berbicara.

Daera seketika ikut tersenyum kecil.

Ia berjalan pelan menuju jendela dan membuka tirai abu-abu yang sejak tadi tertutup. Sudah pukul 10 dan cahaya matahari dengan cepat menyeruak masuk ke kamar Changbin. Daera terdiam menatap punggung Changbin yang saat ini membelakanginya.

Sekarang Lee Daera adalah seorang istri yang seharusnya melayani suaminya.

°°°

Daera bersender di meja makan. Ia sudah selesai sarapan menggunakan roti dan selai strawberry yang ia temukan di kulkas Changbin.

Ia tengah menyesapi tehnya sampai habis sambil berfikir tentang ingatan masa kecil yang semalam berhasil ia ingat. Daera menaruh kembali cangkir teh yang tadi ia minum.

Apa sebaiknya aku ke Hyemi saja? Obatnya juga tak aku bawa.

Daera berdiri dan berjalan menuju tas kecil yang berada disofa ruang tengah. Ia mengambil sebuah sticky notes dan pulpen. Dan menulisnya.

Ia berlari kecil dan menempelkannya di sebelah sarapan Changbin.

Daera menatap susu putih dan roti selai cokelat yang ia buatkan untuk Changbin dalam diam. Tangannya bergerak memegang cangkir teh dan piring yang tadi ia pakai. Daera menaruh cangkir dan piring itu kedalam cucian piring dan segera mencucinya.

°°°

Changbin membuka matanya. Ia memejamkan matanya lagi setelah merasakan cahaya yang begitu silau. Ia duduk dipinggiran kasur. Changbin mengambil selimut yang ia pakai tadi dan melipatnya.

Tak biasanya tirai kamarnya terbuka seperti ini. Changbin bisa merasakan dinginnya udara diluar. Tangannya bergerak mengambil ponsel yang sekarang sudah terisi penuh.

Pukul 10.25

Seketika terbayang wajah Daera dengan senyuman manisnya tengah berjalan di altar kemarin. Dan, Changbin teringat dengan janjinya dulu pada seseorang. Daera memang cantik, tapi kecantikannya berbeda dengan 'orang itu'.

Changbin mengingat kejadian semalam. Saat Daera ia temukan tertidur dengan posisi yang sangat tak nyaman di sofa ruang tengah dengan kepala yang hampir jatuh.

Changbin terbangun pukul 5 pagi. Ia sangat haus. Changbin berdiri dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Dengan mata yang masih setengah terbuka ia menyusuri tangga.

Tubuhnya terhenti melihat 3 koper yang berada dihadapannya. Hampir saja ia tertabrak barang itu.

Changbin baru tersadar kalau kini pemilik rumah ini, bukan hanya dia. Mata menangkap seseorang yang sedang tidur disofa.

"Mengapa ia tidur disini? Haishh.. menyusahkan."

Changbin mendekatinya. Dalam hati ia merutuki nasibnya yang harus menikah bukan dengan 'orang itu', tapi ia tak terlalu memperdulikannya. Toh, sejak kedatangannya di Korea beberapa bulan lalu, ia tak kunjung bertemu dengan 'orang itu'. Changbin berjongkok sedikit.

Ia mengamati wajah Daera dengan seksama, mata bulat, bibir merah mungil, hidung mancung, dan yang paling penting tahi lalat kecil yang ada di bawah mata kanannya.

Tanpa sadar ia tersenyum tipis, tangan kanannya dengan sigap menyusuri leher Daera dan tangan kirinya berada dibawah lutut Daera. Changbin berdiri dengan mengangkat Daera ala bridal style menuju kamar.

"Mengapa dia sangat ringan? Apa yang dia makan selama ini?"

Changbin menghela napas lelah.

Ia berdiri dan keluar dari kamar. Changbin tak menemukan tanda-tanda kehidupan dilantai bawah kalau memang Daera berada di lantai bawah. Ia menyusuri tangga dan matanya menangkap segelas susu dan piring dengan roti di meja makan yang berada tak jauh dengannya.

Koper Daera sudah hilang entah kemana. Dan, itu memudahkan Changbin agar tak menabrak koper Daera.

Changbin mendekati meja makannya. Changbin menatap sarapan itu dalam diam. Namun, tiba-tiba alisnya terangkat ketika melihat sebuah sticky notes yang berada disebelahnya.

"Changbin~ah, aku harus ke rumah temanku. Habiskan sarapan yang sudah aku buat, ne?"

°°°

AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang