"Noona, kenapa menangis?"
Changbin menatap noona dihadapannya. Anak berumur 6 thn itu heran mengapa teman barunya itu tak berhenti menangis.
"Hiks.. appa dan eomma tadi bertengkar. Appa hampir saja memukul eomma kalau aku tak berteriak dan lari kesini. Kata oppa, mereka akan berpisah minggu depan. Oppaku akan ikut bersama appa ke Canada. Hanya oppa yang memelukku kalau mereka bertengkar agar aku tak ketakutan."
Changbin masih belum mengerti apa yang terjadi. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengusap punggung gadis yang ia panggil 'noona' itu.
Bayangkan saja, anak perempuan berumur 7 thn yang seharusnya hanya tau caranya belajar dan bersenang-senang. Harus menghadapi perceraian orang tuanya, disaat ia masih membutuhkan mereka seutuhnya.
"Sudahlah, tak apa. Appa dan eomma ku juga sering bertengkar. Aku tak mengerti apa yang membuat mereka bertengkar. Tapi kau seharusnya senang karena masih memiliki saudara yang memelukmu. Aku tak memiliki saudara satupun."
'Noona' menengok setengah kaget pada Changbin. Seketika tangisnya berhenti saat mendengar penuturan anak laki-laki itu.
Changbin tak mengetahui 'Noona'nya menghadap kearahnya. Ia hanya menghadap lurus kedepan menatap dedaunan atau pepohonan yang sedikit tertiup angin.
"Noona, aku sangat ingin menjadi pangeran seperti dicerita dongeng yang menolong putrinya."
Changbin membuka matanya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Tangannya mengepal kedinginan. Changbin menarik selimutnya, ia menengok kearah Daera yang masih terlelap menghadapnya. Matanya tertutup rapat, dan bibir merah mungil yang belum pernah Changbin rasakan.
Mengapa gadis ini sangat cantik saat tidur?
Ia tersenyum sekilas. Matanya beralih menatap jam dinding. Disana menunjukan pukul 5 pagi. Matanya kembali menatap Daera yang masih tidur tenang.
Mengapa kita tak bisa menjadi pasangan seutuhnya? Yang saling memeluk jika salah satunya sedang tersakiti? Yang saling mencari saat kehilangan satu sama lain?
Changbin masih menatap gadis dihadapannya tanpa berkata apapun. Diam-diam ia menyelipkan tangannya dibawah pinggang Daera. Ia menarik gadis itu pelan-pelan agar Daera tak bangun.
Kini, wajahnya sangat dekat dengan Daera, jarak wajah mereka hanya sekitar 3 cm. Changbin mengamati Daera, sambil sesekali tersenyum. Tangan Changbin bergerak menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Daera. Rambut hitam lembut yang sama menakjubkannya dengan wajah yang ditutupi.
Changbin kembali berpikir,
Bagaimana cara ia dengan mudah bisa mendapatkan gadis yang hampir sempurna ini?
Changbin mengelus rambut belakang Daera pelan namun lembut. Tangannya diam-diam turun ke punggung Daera dengan tetap mengelusnya perlahan. Sekarang mereka dalam posisi berpelukan sambil tiduran. Changbin tertidur kembali menghadap Daera dengan keadaan tersenyum.
Ia sangat senang.
Kalau memang 'noona' tak dapat bersamaku. Bagaimana kalau kau menjadi noonaku juga?
°°°
Daera terbangun merasakan dinginnya udara pagi hari. Ia melirik jam dinding, pukul 6. Daera harus buru-buru kalau tidak mau terlambat kelas pagi hari ini.
Tubuhnya hendak duduk, namun sebuah tangan yang masih menggenggam tangannya menolaknya. Itu tangan Changbin yang entah sejak kapan menggenggam tangan Daera.
Daera spontan menengok menatap sang pemilik tangan. Changbin tertidur menghadapnya lagi-lagi tengah tersenyum. Daera heran, Changbin lebih banyak tersenyum saat tidurnya daripada di kehidupan nyata.
Sebahagia apa mimpi yang dialami Changbin sampai membuat pria itu tersenyum lebih banyak daripada saat tersadar?
Daera ikut tersenyum menanggapinya. Gadis itu melepas hati-hati tangan Changbin dan segera bersiap-siap.
°°°
Pukul 7 pagi, Changbin bangun. Pria itu terbangun tanpa ada Daera disampingnya. Ia menghela napas berat.
Tubuhnya dengan terpaksa duduk dipinggiran kasur. Ia menguap sambil sedikit melakukan peregangan pada ototnya yang lelah.
Pasti Daera sudah berangkat.
Changbin segera berdiri dan bersiap untuk ke kantor hari ini.
°°°
Changbin menuruni tangga. Ia melihat Cooky yang masih tertidur di tempat tidur yang sudah Daera sediakan didekat televisi.
Changbin menyelesaikan menuruni tangga kemudian melanjutkan berjalan menuju dapur. Ia sudah mencium bau masakan sedari tadi, rupanya Daera menyiapkan nasi goreng kimchi.
Changbin tersenyum bangga. Bagai mengalami deja vu Changbin kembali mendapat sebuah sticky notes berwarna kuning tepat disebelah piring nasi goreng.
'Changbin~ah, mian aku berangkat duluan. Kau makan nasi goreng ini, ya? Aku belum tau makanan kesukaanmu, jadi aku masakan apa saja yang ada di kulkas. Semoga kau suka. Fighting uri Changbin! '
Tanpa sadar Changbin tersenyum. Ia beberapa kali membayangkan keadaan saat Daera menulis notes ini. Entah sudah berapa kali Changbin menarik salah satu bibirnya untuk tersenyum hanya karena hal kecil yang Daera perbuat.
°°°
Changbin membuka pintu rumah. Pagi sudah berganti siang dan siang sudah berganti sore. Changbin sangat lelah dan sangat ingin berendam air hangat. Atau meminum green tea.
Changbin mematung setelah menemukan keadaan rumah masih sama seperti sebelum ia pergi. Pukul 6 sore, namun sepertinya rumah ini sedang tak berpenghuni.
Cooky menghampiri Changbin bergelayut manja di kaki kanan Changbin sambil sesekali mengonggong kecil.
"Apa tak ada Daera, Cooky? Kemana dia?" Changbin menutup pintu dengan sebelah tangannya. Ia mengabaikan Cooky yang sepertinya tengah kelaparan karena belum makan sedari pagi.
Changbin menuju kearah dapur. Benar-benar belum ada orang yang menyentuhnya. Changbin menuju rak bawah dan membukanya sambil membungkuk 90 derajat. Ia mengeluarkan makanan anjing dan menaruhnya kedalam mangkuk kecil yang masih berada di dekat kaki meja.
Cooky tampak sangat kesenangan setelah mendapatkan makanannya. Ia sangat menikmatinya sambil terus menggoyang-goyangkan ekornya. Changbin tersenyum tipis, namun di pikirannya masih bertanya-tanya dimana Daera.
Changbin segera menaruh kembali makanan anjing kedalam rak dan segera menutupnya.
Ia berlari menaiki tangga dan segera kearah kamar tidurnya. Ia secepat kilat membuka pintu kamarnya namun tak juga menemukan gadis yang ia cari.
Dengan tekad bulat ia memutuskan mengeluarkan suaranya memanggil Daera, "Daera! Lee daera!"
Changbin menengok kanan kiri seperti orang gila dan berlari menuju kamar mandi, ia tak juga menemukan Daera.
Gadis itu belum pulang sedari tadi? Kemana dia?
Changbin mengambil ponsel dari saku jasnya. Ia mencari nomor kontak Daera. Namun nihil, ia tak memiliki nomor telepon Daera.
Changbin kau bodoh! Kau bahkan tak memiliki nomor telepon istrimu sendiri! Dia sudah pergi dari pagi dan masih belum kembali. Apa kuliah selama belajar disekolah? Dasar bodoh!
°°°
Enggak kok, kamu ga bodoh changbin😂
Fya kayanya milih ff comedi deh daripada sequel cerita ini.
Tapi mungkin bakal fya publish sequel cerita ini kalo udh ada ide.
Luv u all,
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Fanfic"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...