Juyeon tengah terdiam dikamarnya. Masih sore, masih ada waktu mendapatkan penjelasan yang sebenarnya. Ia melangsungkan rencana awalnya. Juyeon menatap ponselnya, masih sedikit ragu-ragu. Jarinya menekan nomor telepon seseorang.
Terdengar nada sambung dari sana.
Tutt.. tuutt..
"Yoboseyo?" suara laki-laki diseberang dengan nada datarnya seperti biasa.
"Changbin~ssi, bisa kita bertemu?" ucap Juyeon, juga dengan nada seriusnya.
"Maaf, ini siapa?"
"Kau akan tau jika sudah bertemu denganku, kau sekarang sedang ada dimana?"
"Aku.. didepan kantor SCH Group." tanpa merasa takut, Changbin memberitahu dimana ia berada.
"Baiklah, aku akan segera sampai disana."
°°°
Changbin terdiam setelah mendapat telepon dari nomor yang tak dikenalnya itu. Ia sebenarnya hendak masuk kedalam kantornya. Namun, ia terlalu penasaran dengan orang yang barusan meneleponnya, jadi ia memutuskan untuk menunggu.
Sepuluh menit ia menunggu, seorang laki-laki jangkung dengan jas hitam panjang dan topi abu-abu keluar dari mobilnya. Ia mendekati Changbin dengan langkah pasti.
"Annyeong haseyo, Changbin~ssi, aku orang yang meneleponmu tadi." ucapnya dengan nada yang sama saat menelepon, ia membungkuk sedikit pada Changbin.
"Ne, ada yang perlu dibicarakan?" tanya Changbin sopan, ia juga sempat membalas bungkukan singkat pada orang didepannya.
Lee Juyeon, laki-laki itu membuka topi yang sebenarnya hampir menutupi setengah dari wajahnya. Kemudian tersenyum ringan pada Changbin.
"Hyeong?" Changbin sama sekali tak menduga kalau itu adalah Juyeon, kakak tertua Daera. Mereka memang belum dekat, tapi mereka pernah dua kali bertemu.
"Bisa masuk ke ruanganmu dulu? Ada hal yang perlu aku tanyakan padamu?"
Changbin membawa Juyeon masuk ke ruang kerjanya. Mereka memeasuki ruangan serba abu-aba. Terdapat beberapa hiasan dinding seperti lukisan abstrak, dan 2 buah rak penuh buku disudut ruangan.
Ditengah ruangan, ada 2 buah sofa panjang yang berhadapan dan meja kaca berukuran kecil. Sedangkan, meja kerja Changbin sendiri berada di tengah ruangan juga, namun sedikit dekat dengan jendela kaca berukuran besar yang menampakan pemandangan Seoul.
Mereka duduk dimasing-masing sofa panjang yang berhadapan itu.
"Apa yang ingin hyeong tanyakan?" tanya Changbin membuka suara dengan nada datar dan dinginnya. Jujur, Changbin tak begitu suka dengan kehadiran Juyeon.
"Apa yang tadi pagi kau lakukan di cafe?" Juyeon to the point.
"Cafe? Tadi pagi?" Juyeon mengangguk membenarkan.
"Bersama sahabatku. Memangnya mengapa?" Changbin tak mengerti dengan alur pembicaraan ini.
"Sahabatmu?" Juyeon terdiam cukup lama, ia mengangguk mengerti dengan permasalahan atau mungkin kesalah pahaman ini, "Oke, baiklah. Aku mengerti sekarang."
"Mengerti tentang apa?"
"Daera, dia akan sampai nanti malam di rumahmu dengan selamat." Juyeon merubah keputusannya secepat itu.
Changbin masih terlihat heran dengan alur pembicaraan pria didepannya. Juyeon dengan aura seriusnya, bertanya pada Changbin tanpa berniat menjelaskan maksud pertanyaannya.
"Sudah tak ada yang ingin kita bicarakan lagi, 'kan? Aku pulang saja." Juyeon langsung berdiri, ia memakai kembali topinya.
"Kau harus memperlakukan Daera dengan baik mulai sekarang, jangan buat dia menangis lagi." ucap Juyeon dengan penekanan di akhir katanya.
°°°
"Hyeong, mau aku tunjukan sesuatu?" Daehwi menarik tangan Juyeon. Saat itu, Juyeon baru saja sampai di Korea dari Canada setelah seminggu lalu mendengar kabar bahwa adik terkecilnya sedang koma.
"Apa?" sahut Juyeon.
Mereka sedang ada di rumah Nami, ibu mereka. Daehwi menarik Juyeon mendekati pintu kamar Daera.
"Beberapa hari sebelum koma, aku melihat Daera membawa amplop putih, aku yakin isinya surat penting."
"Kau tahu darimana?"
"Aku melihatnya keluar rumah pagi-pagi sekali, sejak saat itu, aku tak diperbolehkan memasuki kamar Daera dengan lama."
"Siapa tau itu berhubungan dengan tugas kuliahnya." Juyeon tak tertarik untuk melihat surat itu.
"Ayo masuk dulu. Aku akan menunjukannya padamu." Daehwi geram pada kakaknya yang tak mempercayai perkataannya.
Daehwi membuka perlahan pintu kamar Daera. Ruangan itu sudah seminggu tak ditempati, karena pemiliknya diharuskan tidur diranjang rumah sakit.
Daehwi melepas tangan Juyeon, laki-laki itu membuka laci meja belajar Daera dan mengambil amplop putih yang dimaksud. Daehwi membuka amplop tersebut dan mengeluarkan beberapa kertas.
"Bacalah, aku sudah membacanya duluan." Daehwi menunjukan beberapa kertas yang penuh tulisan tangan kepada Juyeon.
Juyeon membacanya satu persatu. Awalnya ia sedikit kaget melihat siapa yang mengirim amplop putih tersebut, namun setelah ia membaca kertas terakhir ia menjadi mengerti dan tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.
°°°
Daehwi sedang menggenggam ponselnya didepan wajah tanpa berniat untuk memainkannya. Daehwi beralih menatap Juyeon disebelah yang sibuk dengan laptopnya.
Saat ini, pukul 20.41 KST. Kakak beradik itu sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedangkan Daera? Gadis itu sudah tidur.
Mereka duduk di sofa yang sama. Daehwi teringat dengan apa yang terjadi saat seminggu setelah Daera koma. Ia sekarang merasa bahwa menyembunyikan Daera dari Changbin bukanlah hal yang tepat.
"Hyeong, kau ingat tidak, dengan amplop putih waktu itu?" tanya Daehwi yang sudah tak menatap Juyeon.
"Iya, memangnya kenapa?" ucap Juyeon tanpa berniat menghentikan aktifitas memainkan laptopnya.
"Kenapa sekarang aku malah merasa bahwa menyembunyikan Daera bukanlah hal yang tepat?"
Juyeon memang belum memberitahu pembicaraannya dengan Changbin pada Daehwi.
Juyeon menghentikan aktifitasnya, ia menatap Daehwi. "Jadi maksudmu, kau juga ingin mengembalikan Daera pada Changbin?"
Daehwi tak menjawab, karena ia juga masih belum yakin akan keputusannya yang tak menentu itu.
°°°
Daera menginjakan kakinya dirumah Changbin kembali. Malam hari seperti yang Juyeon bicarakan pada Changbin tadi. Ia membuka pintu rumah suaminya itu. Seperti biasa, Cooky dengan gonggongannya menyambut Daera tepat di kaki gadis itu.
Daera berjongkok sambil mengelus-elus bulu cokelat Cooky.
"Kau merindukanku, ya? Mianhaeyo. Kau sudah makan?" Daera berdiri sambil menggendong Cooky masuk kedalam rumah.
°°°
Halo readers!
Ga mau bilang apa-apa, ㅋㅋㅋ
Luv u all❤
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Fanfiction"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...