"Daera~ssi, seberapa dekat kau dengan Lucas, sunbaenim mu itu?" satu pertanyaan terlontar dari mulut es milik Changbin.
Daera menengok menatap Changbin sedikit heran, "emm.. entahlah, Daehwi oppa bilang sudah sangat lama. Dia dulu juga seniorku di SMA, dan sekarang seniorku di kampus. Memangnya kenapa?"
"Tak apa," Changbin menghentikan kalimatnya sementara, "Tapi Daera, apa kau tak penasaran pria seperti apa dia sebenarnya?"
Daera diam mematung. Matanya menatap Changbin bermaksud meminta penjelasan atas pertanyaan Changbin.
Penasaran dengan Lucas?
°°°
Sudah satu jam mereka berada di dalam mobil. Dan, sudah satu jam juga mobil ini hening, hanya diisi suara radio yang sengaja Changbin nyalakan untuk menutupi keadaan mobil yang seperti tak berpenghuni jika saja tak ada suara dari radio.
Jalan raya Seoul tengah macet parah. Entah apa yang terjadi, sepertinya ada kecelakaan didepan. Karena sebuah ambulance sempat melewati mereka.
Canggung? Benar. Ini baru yang dinamakan canggung. Apalagi setelah kalimat yang Changbin utarakan tentang Lucas.
"Tapi Daera, apa kau tak penasaran pria seperti apa dia sebenarnya?"
Ucapan Changbin tadi masih terngiang-ngiang di kepala Daera. Daera menatap keluar jendela yang memperlihatkan keadaan Seoul yang masih sedikit ditutupi salju. Daera sebenarnya penasaran tentang Lucas, sangat penasaran melebihi apapun. Tapi ada yang lebih ia bingungkan.
Mengapa Changbin bisa tiba-tiba membicarakan Lucas? Apa Changbin tau sesuatu tentang Lucas yang sempat ia lupakan. Siapa itu Lucas di kehidupan sebelum Daera hilang ingatan? Sepenting apakah Lucas di kehidupan sebelum Daera hilang ingatan?
Banyak pertanyaan yang ingin sekali Daera lontarkan. Namun, Daera tak berani mengatakannya.
Suara radio mobil berganti ke alunan lagu K-pop berjudul Seventeen - QnA. Daera menyukai lagu ini, ia melirik sambil menengok kecil kearah Changbin.
Changbin tengah sibuk dengan pikirannya.
Apa sebenarnya hubungan Lucas dan Daera sebelum ini? Sedekat apa? Juga saat itu ahjumma sepertinya sangat marah pada Lucas. Sebenarnya apa hal yang sudah terjadi tanpa sepengetahuanku?
Changbin juga menenangkan pikirannya. Jika tidak, Changbin bisa saja marah-marah karena merasa dirinya paling bodoh.
Apa mereka dulu pacaran? Atau bahkan sudah melebihi itu? Lalu mengapa menyuruhnya untuk menikah denganku kalau sudah pacaran? Lucas saat itu juga bilang kalau menganggap Daera seperti adik sendiri. Lalu mengapa ahjumma sangat marah saat itu? Ahh!! Entahlah.
Tiba-tiba Changbin menggeleng pelan sambil memejamkan matanya seperti anak kecil yang sedang menolak permen pemberian orang asing. Lucu.
Daera yang melihat hal itu langsung mengalihkan pandangannya kembali menatap keluar jendela. Daera tersenyum tipis. Ia menengok sepenuhnya kearah kiri supaya Changbin tak bisa melihat wajahnya yang tengah tersenyum karena perilaku lucu Changbin tadi.
°°°
Daera membuka pintu rumah. Badannya sudah tak sanggup lagi bergerak karena terlalu lelah. Tepat didepannya ada Cooky dengan tingkah lucunya sedang berada dibawah Daera.
Daera tersenyum senang, setidaknya ada yang bisa menemaninya untuk belajar nanti.
Sekarang sudah pukul 23.45, Daera memasuki kamarnya bersama Cooky yang masih di gendongannya. Diiringi Changbin yang ikut memasuki kamar.
Daera berjalan menuju meja yang diatasnya terdapat plastik berisi buku-buku yang baru ia beli. Daera berjongkok didekat meja, ia menaruh Cooky dan segera berdiri kembali.
Tangannya dengan cepat meraih plastik itu dan berbalik keluar kamar. Cooky menggonggong kecil, ekornya ia goyangkan dan segera mengikuti Daera keluar kamar.
Changbin mencharge ponselnya didekat kasur. Ia tak melihat Daera keluar, namun ia tahu kalau Daera keluar dari kamar bersama Cooky.
Ia menautkan alisnya, Changbin menatap jam dinding dalam kamar, "Sudah tengah malam masih mau belajar?"
Changbin tak peduli. Ia membanting dirinya diatas kasur empuk dihadapannya. Ia terlalu lelah untuk melakukan hal lain, termasuk menyelesaikan pekerjaannya. Toh, Changbin CEOnya.
Changbin memakai selimut, kemudian menatap langit-langit kamar. Ia menghela napas berat, dan segera terlelap.
°°°
Daera menuruni anak tangga bersama Cooky. Ia berjalan menuju meja di ruang tengah menaruh plastik yang ia bawa. Cooky menggonggong kecil dan menggoyangkan ekornya tepat didepan kaki Daera.
Daera tersenyum, "Kau lapar?"
Cooky menggonggong.
"Baiklah, ayo kita makan."
Daera berjalan menuju dapur. Ia berjongkok begitu sampai didepan sebuah rak, tangannya membuka pintu rak tersebut. Daera mengeluarkan makanan anjing dan menaruhnya disebuah mangkuk kecil.
Cooky mungkin benar-benar lapar. Buktinya, ia menghabiskan makanannya dalam waktu kurang dari 2 menit. Daera tersenyum, layaknya seorang ibu yang bangga anaknya telah berhasil menyelesaikan sesuatu.
Daera menaruh kembali makanan anjingnya kedalam rak dan menutupnya. Ia berdiri, kakinya berjinjit mengambil sebuah cangkir dari rak atas setelah membuka penutup raknya.
Daera sempat berpikir bagaimana cara Changbin saat membuat rak ini. Padahal, Changbin tak begitu tinggi.
Daera membuat secangkir cokelat panas untuk menemaninya belajar malam ini. Ia membawa cangkir itu dan berjalan menuju ruang tengah. Cooky mengikutinya.
Daera duduk lesehan dihadapan meja yang diatasnya terdapat plastik berisi buku itu, ia menaruh cangkirnya di sebelah plastik. Tangannya mengambil salah satu buku. Cooky berhenti tepat disamping Daera dan tiduran disana.
"Mari kita mulai."
°°°
Changbin terbangun pukul 2 dini hari. Ia mengambil napas cukup panjang kemudian mengeluarkannya kembali.
Badan Changbin memang lelah, namun matanya tak bersedia untuk menutup walaupun dipaksa. Ia akhirnya menyerah, Changbin duduk dipinggiran kasur.
Ia menoleh ke arah sebelah kasurnya yang kosong.
Daera belum tidur juga?
Ia berdiri berniat mencari Daera kalau-kalau kejadian yang sama terulang kembali, Daera tertidur di ruang tengah.
Tangannya memutar knop pintu dan membukanya. Ia tak mendengar suara apapun dari bawah. Changbin segera menuruni tangga. Ia membeku begitu melihat Daera masih terjaga dihadapan laptopnya dengan buku diatas meja yang berserakan dimana-mana.
Daera menyadari keberadaan Changbin, ia hanya menoleh sedikit dan kembali fokus ke laptopnya.
Changbin mendekati Daera. Gadis itu masih mengabaikan Changbin dengan tetap fokus ke laptopnya. Changbin terdiam menatap laptop gadis muda ini. Pelajaran tentang kanker paru-paru yang tak cukup di mengerti oleh Changbin.
Gadis itu masih fokus membaca beberapa paragraf pelajarannya. Sesekali terdengar helaan napas dan decakan lidah tanda gadis ini sangat kesulitan.
"Hei, mau aku bantu?"
Daera menengok tak percaya.
Apa benar pria disampingnya ini adalah Changbin?
°°°
Bener ga ya?Fya pengen bikin cerita satu lagi. Masih ff kok, tapi ga terlalu serius.
Maksudnya ff komedi gitu, pemerannya bias yang fya suka. Dan itu cowo semua. Fya masih normal kok.
Nih, spoiler dikit ya. Ceritanya tentang kehidupan sekolah para k-idols yang.. gitu deh.
Nanti kalo udh publish fya kasih tau.
Have a nice day!
Luv u all,
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
أدب الهواة"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...