Pukul 19.47 KST.
Daera menarik kopernya, ia melangkahkan kakinya memasuki kamar tidurnya. Kamar tidur pribadinya. Kamar masa kecilnya, yang pernah mendengar semua keluh kesahnya tentang masalah masa kecil Daera yang belum sempat Daera ingat.
Sebenarnya ada yang aneh tentang kecelakaan Daera, terlebih pada amnesia yang Daera alami.
Kebanyakan orang pasti sangat ingin jika orang terdekatnya melupakan ingatan masa kecilnya, mereka pasti akan membantu agar ingatan itu kembali, tapi berbeda dengan keluarga Daera. Mereka justru sebaliknya, mereka seperti menganggap bahwa amnesia yang dialami Daera hanya hal kecil yang tak perlu diobati.
Walau gadis itu juga tak terlalu ambil pusing dengan amnesia-nya itu, tetap saja amnesia tetaplah amnesia. Sebuah penyakit yang terpaksa Daera alami karena benturan keras saat kecelakaan.
Daera menutup pintu dengan satu tangan, dan menyalakan lampu yang tak jauh dengannya. Ia kembali menarik kopernya mendekati lemari baju yang sebenarnya sudah kosong, karena semua baju Daera sudah dibawa ke rumah barunya.
Matanya menangkap sebuah gambaran tangan anak kecil dengan menggunakan krayon warna-warni. Bergambar 5 orang dengan masing-masing nama mereka dibawahnya.
"Appa, Eomma, Juyeon oppa, Daehwi oppa, Daera." Daera menarik seulas senyuman simpul setelah membaca nama-nama keluarganya.
Itu gambar yang Daera kecil buat saat umur 6 tahun. Daera memang pernah melihat gambar ini sebelumnya, pastinya setelah ia mengalami amnesia dan Eommanya yang memberitahu sebagian kecil tentang ingatannya. Hanya sebagian kecil saja.
Selebihnya Daehwi dan Juyeon sama sekali tak membantu. Atau dalam kata lain, tak ada orang yang membantu mengingatnya selain dirinya sendiri.
°°°
Changbin membanting dirinya diatas kasur empuk miliknya. Ia berkali-kali menghela napas kasar setelah mengingat kenyataan bahwa malam ini ia akan tidur sendiri.
Tak ada gadis cantik yang akan dia peluk diam-diam dipagi hari, tak ada suara dari bibir mungil yang menawarinya sarapan dipagi hari, dan tak ada wajah cantik yang bisa ia pandangi setiap berbicara dengannya.
Changbin bisa merasakan jantungnya sedang berpacu sangat cepat, seperti yang ada balik di dada bidangnya ini bukanlah jantung, melainkan kuda perang. Changbin juga merasakan seperti diperutnya terdapat acara karnaval yang membuatnya seakan ingin meledak karena kembang api yang mereka ledakan disana.
Apa Changbin sedang sakit?
Changbin ingat kemarin ia sempat meminta nomor telepon Daera, pria itu melirik ponsel yang berada digenggamannya.
Haruskah aku meneleponnya?
°°°
Daera baru saja selesai mandi, ia ingin mengambil laptopnya sebelum ponselnya berdering.
Siapa yang malam-malam menelepon?
Daera mengambil ponsel yang sedang ia charge di nakas.
"Lucas?" Daera sedikit membelalakkan matanya sedikit kaget, kemudian mengangkat teleponnya.
"Ne, sunbae?"
"Ya! Kemana kau tadi? Kau tak ada di rumah? Padahal aku ingin mengajakmu ke seminar milik Profesor Jeon."
"Aku sedang ke rumah orang tuaku. Lagipula inikan hari libur mengapa aku harus ikut ke seminar?"
"Apa maksudmu? Bagaimana kau bisa lulus dengan cepat kalau cara berpikirmu seperti itu?"
"Entahlah, sunbae. Aku sedang malas memikirkan hal lain sekarang."
"Ya! Kau ini!"
"Diamlah sunbae, aku sedang lelah. Aku ingin tidur, selamat malam."
Daera mematikan telepon secara sepihak. Gadis itu tidak berbohong, ia benar-benar ingin tidur sekarang. Niatnya yang sebelumnya ingin mengerjakan tugas kuliah seketika hilang.
Sejujurnya, Daera tak begitu senang dengan keberadaan Lucas yang sangat mengganggu Daera. Hanya sedikit dari hatinya yang menyetujui keberadaan Lucas, sisanya sangat menolaknya.
Lucas memang banyak membantu pelajarannya di kampus. Tapi Daera sudah sangat membenci pria itu jika sudah menyangkut kehidupan pribadinya. Apalagi Lucas sudah sangat sering mengatur jadwal Daera.
Daera membaringkan tubuhnya diatas kasur. Ia sedang didalam posisi siap tidur sebelum ponselnya kembali berdering nyaring. Daera hampir saja mengumpat sebelum matanya kembali terbelalak membaca nama yang tertera dilayar ponselnya.
Changbin?
Daera segera mengangkat telepon, "Ne?"
"Kau belum tidur?"
"Ya, seperti itu. Ada apa telepon malam-malam?"
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin bertanya."
"Tentang?" Daera membetulkan posisinya, ia duduk bersila diatas kasur dan menarik satu bantal disebelahnya. Kemudian dengan seksama mendengarkan perkataan Changbin.
"Tadi siang aku sempat melihat mobil Lucas keluar dari pekarang rumah. Apa kau memiliki janji sebelumnya dengan Lucas?"
Entah mengapa perasaan hatinya yang awalnya sempat membaik berubah menjadi buruk kembali, "Tidak, tapi dia tadi meneleponku dan menyayangkanku tak ikut seminar."
"Lalu kau menjawabnya apa?"
"Aku menolaknya, aku sedang malas berurusan dengannya."
"Berurusan dengannya? Apa maksudmu?"
"Tak tahu, aku malas saja dengannya. Dia selalu mengatur jadwalku. Aku yakin dia pasti sedang kesal karena aku menutup telepon dengan tiba-tiba."
"Baguslah~"
"Ha?"
"Tidak apa-apa, ahh ya tadi Cooky mencarimu. Dia hampir tak ingin makan sebelum aku menaruh fotomu disebelahnya dan dia dengan perlahan baru mau menghabiskan makannya."
"Benarkah? Wahh, aku minta maaf kau harus seperti itu." Daera membayangkan kejadian lucu itu terjadi pada Changbin.
Tunggu sebentar, memangnya Changbin memiliki fotoku? -Daera
"Ngomong-ngomong kapan kau akan pulang?"
"Mungkin lusa."
Ada jeda saat itu, namun Daera dengan setia menunggu sampai Changbin kembali mengangkat suaranya. Entahlah, kantuknya serasa hilang saat mendengar suara Changbin.
"Baiklah, kau tidur saja. sudah malam."
"Eh? Tiba-tiba? Yasudah, aku tutup."
°°°
Changbin melempar asal ponselnya diatas kasur. Ia harus tidur sendiri sampai lusa? Apa tidak salah? Hari ini saja kepergian Daera terasa berat baginya.
Lusa? Ahh baiklah.
Ia mengubah posisinya menjadi tiduran. Ia menaruh lengannya menutupi mata dan berusaha menghilangkan pikirannya tentang Daera.
Otak serasa ingin pecah sebentar lagi. Ia mendengar notifikasi pesan masuk dari ponselnya. Tubuhnya terlalu lelah untuk mengambil ponsel yang tadi ia lempar asal, dan sekarang posisinya sudah sangat jauh dari Changbin.
Ia menarik selimut dan menutupi hampir seluruh tubuhnya kemudian memejamkan matanya, bersiap tidur.
Jung Chaerim: "Changbin~ah, besok noona pulang. Bisa bertemu?"
°°°
Selamat berpuasa kawan-kawan!
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Fiksi Penggemar"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...