Daera membuka pintunya dan berjalan perlahan menuju ruang utama. Ia tak merasa ada kehadiran seseorang selain dirinya.
"Eomma!" Berharap ada jawaban dari ibunya, yang ia dapat hanyalah suara dedaunan dari luar yang tertiup angin saking heningnya.
Daera menghela napas kesal, ia tahu semalam Daehwi dan Juyeon kembali ke rumah. Namun, mengapa ibunya juga ikut menghilang.
Aku datang kesini tapi yang lain pergi. Baiklah, aku pergi juga saja.
Ia berlari kembali memasuki kamarnya, tangannya bersiap merapihkan kopernya. Daera yang dari awal sudah mandi hanya mengambil jacket putih tulang yang ia gantung di dekat pintu.
Daera mengambil ponselnya diatas kasur dan mengetik sebuah pesan pada Changbin.
Lee Daera: "Changbin~ah, bisa jemput aku?"
°°°
Changbin sudah siap dengan jacket biru tuanya, matanya kembali membaca kolom pesan yang tadi sempat menyita waktunya.
Matanya melirik jam tangan yang menunjukan pukul 9.12. Wanita itu tak menepati janjinya. Namun sebuah suara wanita yang terdengar sangat tenang tengah berbicara dengannya.
"Kau pasti berpikir aku tak menepati janjiku. Kau tahu, ingkar janji bukanlah diriku."
Changbin menengok, tepat dibelakangnya. Seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya, dengan dress minim dan cardigan berwarna hitam membawa bungkusan yang sepertinya ia lipat sangat rapih.
"Halo Jung Chaerim," sapa Changbin.
Chaerim hanya tersenyum simpul dan duduk dihadapan Changbin.
"Kau masih ingat selera minumanku ternyata." Chaerim mengangguk bangga pada Changbin.
"Greentea Latte. Bagaimana aku bisa lupa jika hanya setahun tak bertemu denganmu?"
"Benar juga," Chaerim tertawa konyol.
"Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan pekerjaan di Amerika? Aku dengar kau dekat dengan salah satu dokter di Rumah Sakit itu?" Changbin memulai topik. Hanya dengan wanita ini, Changbin bisa dengan leluasa memperlihatkan dirinya yang sebenarnya tidak bisa diam.
"Ya, aku sudah mendapatkan pekerjaan disana. Lumayan tinggi gajinya, dan aku pasti tidak menyia-nyiakannya begitu saja. Ahh, mengenai dokter itu, tidak, aku tidak dekat dengannya. Dia hanya teman dari salah satu sahabatku disini. Dan, dia yang membantuku mendapatkan pekerjaan itu juga." jelas Chaerim.
"Ooh, benarkah? Kalau begitu kapan kau menikah? Ingat! Kau ini sudah berumur. Mengejar mimpi boleh, tapi jangan sampai kau terlalu senang menyendiri."
"Wahh, kau sudah besar rupanya. Lagipula aku sudah memiliki yang lebih baik disini. ---------Aku dengar kau sudah menikah, ya? Siapa namanya? Ceritakan!"
Changbin menyesap sekali cappuchino dihadapannya, ia tersenyum membayangkan Daera. "Dia... cantik. Baik. Pintar memasak. Sering tersenyum, aku suka senyumannya. Namanya, Lee Daera."
°°°
Daera memasuki mobil yang akan membawanya pulang menuju rumah Changbin. Daera sudah memasukkan kopernya kedalam bagasi sebelumnya.
"Ya sudah, tunggu apalagi?" Daera menatap pria disebelahnya bingung. Pasalnya Daera barusaja sampai kemarin dan sekarang sudah ingin pulang saja.
"Biar aku bertanya padamu dahulu."
"Tentang?"
"Mengapa tidak Changbin saja yang menjemputmu?"
Daehwi, pria itu sebal karena pagi-pagi Daera sudah mengganggu dan menyuruh Daehwi untuk menjemputnya. Juyeon sedang bertemu dengan rekan bisnisnya dan terpaksa Daehwi yang menjemput Daera.
"Entahlah, sudah aku kirimi pesan dan telepon berkali-kali, dia tetap tidak menjawab." ucap Daera sambil menaik-turunkan bahunya tidak peduli.
"Dan kau tidak peduli?" Daehwi sedikit membuka mulutnya tak percaya, Daera mengendikkan bahunya tak peduli, "Wahh, aku kagum padamu. Bagaimana jika dia sedang bersama wanita lain? Kau masih tidak peduli juga?"
Daehwi memang sebenarnya dari awal tidak terlalu menyukai Changbin, pria itu terlalu.. entahlah, tidak bisa Daehwi deskripsikan. Daera yang ia kenal sangat hiperaktif sebelum ia bersama Changbin, dan kini gadisnya menjadi sedikit pendiam. Sifat pendiam Changbin sepertinya menurun pada Daera saat ini.
Lagipula bagaimanapun, Changbin tetaplah orang yang hampir membuat Daera meregang nyawa. Daehwi tidak bisa memaafkannya begitu saja.
Bagaimana jika dia sedang bersama wanita lain? Kau masih tidak peduli juga? -Daera
Peduli pada Changbin jika pria itu sedang bersama wanita lain? Itu bukan Daera, mulutnya memang sangat ingin berkata tidak, tapi hatinya? Entahlah, Daera tidak bisa menjelaskan tentang hal itu.
"Heol! Lihatlah sekarang, bahkan kau tidak menjawab pertanyaanku. Kau takut jika dia bersama wanita lain?"
Daehwi membanting punggungnya pada jok mobil layaknya orang frustasi. Ia menghembuskan napasnya kencang benar-benar seperti orang sedang frustasi.
"Entahlah, aku tak peduli masalahmu, aku anggap kau telah menyukai Changbin. Ngomong-ngomong mengapa kau pulang secepat ini?" Daehwi mengganti topik pembicaraan.
"Tidak apa-apa, aku bosan saja dirumah. Eomma pergi tanpa berkata padaku. Tak ada yang bisa kulakukan selain pulang dan mengerjakan tugas kuliah yang tak kubawa kesini." jelas Daera panjang lebar.
"Ohh."
Daera segera menginjak pedal gas dan meninggalkan pekarangan rumah secepat mungkin.
°°°
"Oppa, bisa antar aku ke cafe milik Jyeon eonni tidak? Aku ingin meminjam flashdisknya." Daera menengok ke sebelahnya, Daehwi sedang menyetir dengan tenang.
"Baiklah,"
Cafe Jyeon memang sudah dekat dengan jalan yang mereka lalui, Daehwi segera meminggirkan mobilnya, mematikan mesin mobil kemudian keluar dari mobil. Diikuti Daera disampingnya.
"Kau tunggu saja disini. Biar aku yang kedalam."
Daehwi mengangguk singkat, ia kembali memasuki mobilnya tanpa menyalakan kembali mesin mobil.
Daera berjalan memasuki cafe Jyeon, suasananya ramai. Sangat ramai untuk pagi hari ini. Ia menorobos beberapa pelayan cafe atau pelanggan yang tengah berada didalam cafe. Namun langkahnya terhenti saat manik matanya menangkap seseorang yang tidak asing.
Seorang pria dengan jacket biru tuanya tengah bersama wanita yang sepertinya berusia lebih tua dengan pria itu. Wanita dengan dress dan cardigan berwarna hitam. Dengan melihat senyuman lebar yang mereka tunjukan satu sama lain. Mereka terlihat sangat dekat.
Wanita itu, tidak mungkin hanya berstatus sebagai clien Changbin kan?
Apa ini yang namanya sakit hati?
Bagai terkena sihir ampuh, Daera terdiam ditengah-tengah cafe. Matanya terbelalak, mulutnya sedikit terbuka. Jantungnya terasa ditusuk oleh anak panah tajam nan panas yang menusuknya berkali-kali.
Matanya memerah dan memanas, tak mungkin ia menangis secara terang-terangan ditengah-tengah care ramai seperti ini. Untungnya, akal sehatnya masih aktif, dan kakinya dengan perlahan berbalik membawanya menuju pintu depan.
Tangannya mendorong pelan pintu cafe. Matanya menangkap seorang pria yang ternyata sedang menunggunya didepan mobil abu-abunya. Daera berjalan se-mampu-nya menuju Daehwi.
"Sudah?" tanya Daehwi.
Daera menggeleng pelan, "Oppa, bolehkah malam ini aku menginap dirumahmu?"
°°°
Selamat idul fitri kawand-kawand!Sorry makin tijel ini cerita.
Tetepa stay yha!
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Fanfic"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...