Daera menatap layar ponselnya. Hitam. Tak ada warna. Sudah setengah jam lalu ponsel Daera mati karena baterainya habis. Kini ia sedang bersama Lucas terjebak macet.
Lucas? Mengapa dengan Lucas?
Tadi seusai kuliah paginya, sekitar jam 9, Daera mendapat tugas menggantikan salah satu sunbaenya yang tak bisa ikut mengikuti seminar di salah satu Rumah Sakit di Incheon.
Mereka tak berdua, ada 7 orang yang ikut seminar. Mobil yang mereka kendarai dibagi dua, dan Lucas mengajak Daera ikut dimobilnya. Hanya berdua.
Seminar dimulai pukul 12 dan selesai jam 4 sore. Mereka makan bersama direstoran ramyeon dekat rumah sakit sampai pukul 6 sore dan sekarang, pukul 6.30 Lucas dan Daera masih terjebak macet. *Seoul rasa Jakarta*
"Tadi kenapa kau tidak minum (soju)?" tanya Lucas menatap Daera yang sepertinya sedang mengkhawatirkan sesuatu.
"Tak apa, aku tak terlalu jago minum," jelas Daera ambil menengok dan tersenyum canggung pada Lucas.
"Hmm.. sunbae, apa tak ada jalan lain untuk menghindari macet?" tanya Daera sedikit khawatir pada Changbin yang mungkin menunggunya dirumah. Karena ia belum sempat memberitahu pada Changbin mengenai seminar ini.
"Kau ingin cepat-cepat? Apa kau ada acara? Biar kuantar sekalian saja." Lucas menengok ke Daera yang sekarang merasa ada yang aneh dengan Lucas.
"B-bukan begitu, aku tak ada acara apa-apa. Aku hanya ingin cepat sampai rumah." Daera kembali tersenyum canggung, ia segera menoleh menghadap jendela sambil menggigit bibir bawahnya. Daera khawatir.
°°°
Sudah 1 jam Changbin mengotak-atik ponselnya. Ia mencari kesibukan selain memikirkan Daera yang entah kapan akan pulang. Ia tengah duduk di sofa ruang tengah sambil menonton televisi.
Cooky di sampingnya sangat menyukai tayangan tentang kehidupan anjing di beberapa rumah di Amerika, yang sekarang tengah mereka saksikan. Cooky beberapa kali menggonggong senang saat melihat teman anjingnya di layar televisi.
Changbin hanya tersenyum sekilas saat melihat Cooky menatapnya.
Cooky tiba-tiba berhenti menggonggong dalam waktu yang lama. Ia menengok kearah pintu depan. Sepertinya ia mendengar suara dari luar. Changbin yang melihat gerak-gerik Cooky langsung memasang baik-baik telinganya.
Benar! Ada suara mobil dari luar. -----Tunggu, mobil? Daera bersama siapa?
Changbin segera berdiri dan berlari menuju pintu. Jantungnya berdegup sangat kencang bagaikan sedang menantikan sesuatu hal yang amat berharga. Langkahnya sempat terhenti saat mendengar Daera mengatakan sesuatu.
"Sunbae, terima kasih sudah mengantarku. Hati-hati dijalan." dan Daera menutup pintu mobilnya.
Sunbae? Apa jangan-jangan itu Lucas?
Changbin kembali berlari. Sepertinya mobilnya sudah berlalu karena sudah terdengar suara mobil menjauhi rumahnya. Ia sudah sampai tepat didepan pintu saat Daera membuka pintu.
"C-changbin?"
Daera tampak terkejut melihat Changbin berada dihadapannya sekarang. Ia membatu dengan tangan kiri masih menggenggam erat gagang pintu. Changbin menatap Daera dengan tatapan yang tak terlalu bisa dimengerti.
Changbin khawatir Daera belum pulang, namun ia juga marah mengapa harus bersama Lucas. Pria yang bahkan tak disukai oleh eomma Daera.
Tatapannya seketika berubah melihat Daera sedang menatapnya setengah ketakutan. Daera berjalan satu langkah kedepan, ia menutup pintu dengan kedua tangannya tanpa berkata apapun dan dengan menunduk. Kini Daera terlihat seperti siswa yang ketahuan terlambat oleh gurunya.
"Dengan Lucas, ya?" suara Changbin terdengar datar.
Daera yang masih menunduk sedikit takut, hanya bisa mengangguk pasrah. Sedangkan Changbin yang lebih tinggi dari Daera menatap Daera tanpa bersuara.
"Mengapa kau tidak bilang padaku dulu? Apa kau tau seberapa khawatirnya aku menunggumu tadi? Kalau tau kau dengan Lucas, seharusnya aku tak perku khawatir. Kau juga telah membuat Cooky kelaparan."
Keadaan masih sama seperti sebelumnya. Hening.
Daera belum pernah melihat Changbin semarah ini. Sekhawatir apa Changbin pada Daera sampai Changbin sangat marah seperti ini. Perasaan bersalah mulai menutupi hati Daera.
"Mian.." lirih Daera.
Changbin menghela napas lega. Entah apa yang membuat hati Changbin merasa lega. Semua kemarahannya tadi seketika runtuh saat Daera mengucapkan kata maaf.
Changbin menarik tangan Daera masuk dalam pelukannya. Wajah Daera tertutup dada Changbin, gadis itu tiba-tiba terisak. Mungkin perasaan bersalah karena tak memberitahu Changbin mengenai seminar itu.
"M-mian, aku tak tahu kalau bakal selama itu.. hiks.."
Changbin mengusap kepala Daera berharap bisa menenangkan gadis ini. Kedua tangan Changbin memegang pundak Daera, Changbin melepas perlahan pelukan mereka.
Changbin menunduk dan tersenyum menatap bola mata Daera yang penuh dengan air mata yang siap terjatuh kapan saja, "Tak apa, kau tak perlu merasa bersalah. Aku yang salah karena memarahimu tadi. Aku juga minta maaf, ya?"
Ternyata dibalik muka datar dan sifat dingin Changbin, ia memiliki hati yang hangat juga.
Changbin menyentuh pipi gadis dihadapannya. Menggunakan ibu jarinya, Changbin menghapus air mata Daera yang masih berjatuhan. Jantung Changbin terasa teriris melihat Daera menangis karenanya. Ia memejamkan mata dan menghirup napas kecil, kemudian tersenyum.
"Kau tak perlu menangis, oke?"
Changbin tersenyum..
Daera diam-diam tersenyum tipis, semua perasaan bersalahnya pada Changbin sudah hilang setelah mendengar apa yang Changbin ucapkan.
Daera merasa tenang.
Changbin kembali memeluk Daera. Kalau kalian bisa mendengarnya, saat ini jantung Changbin berdegup 2x lebih kencang dari biasanya. Changbin tak ingin Daera menangis karena kesalahannya lagi.
Tak akan.
°°°
Gaje ya?
Mian.. hehe.
Luv u all,
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Fanfic"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...