Daera membuka kulkas. Changbin menggigit apel sambil duduk di kursi meja makan, menghadap Daera yang terdiam melihat isi kulkas.
"Changbin~ah, aku harus beli telur dan beberapa keperluan lainnya. Aku keluar dulu."
Daera menutup pintu kulkas. Ia berjalan menuju ruang tengah. Tangannya meraih jacket tipis diatas sofa ruang tengah kemudian memakainya.
"Aku ikut." ujar Changbin. Ia berdiri, menaruh apelnya diatas meja makan kemudian mengikuti Daera yang sudah berjalan kearah pintu depan.
"Jalan saja?" tawar Daera.
Changbin menaikkan sebelah alis, kemudian mengangguk singkat.
°°°
Malam ini lumayan dingin, walau salju tak banyak menutupi jalanan Seoul. Namun, suhu udara disini lumayan rendah. Changbin berkali-kali menyesali keputusannya untuk menemani Daera keluar, di malam sedingin ini.
Ia menatap Daera yang memakai jacket tipis. Tangan Daera tak pernah keluar dari saku jacketnya sejak berangkat menuju supermarket diujung jalan yang sedang mereka lalui. Gadis ini pasti kedinginan.
Changbin memasukkan sebelah tangannya juga, kedalam saku jacket Daera. Ia menggenggam tangan Daera yang baru ia sadari sekarang sedingin es. Changbin lebih mengeratkan genggamannya berharap gadisnya tak lagi kedinginan. Matanya beralih menatap kembali jalanan lurus kedepan.
Daera yang merasakan tangannya digenggam menatap tangannya sekilas kemudian beralih menatap Changbin yang menatap lurus kedepan. Daera menunduk malu dan tersenyum senang. Setidaknya tangan kirinya tak harus merasakan udara dingin lagi.
Mereka sampai di supermarket yang mereka tuju. Mata tajam Changbin sekilas menangkap seseorang dengan pakaian serba hitam dan wajah yang tertutup topi, tengah menatap mereka dari balik mobil yang terparkir diseberang jalan.
Namun ia mengabaikannya.
Daera dan Changbin memasuki supermarket. Tangan Changbin keluar dari jacket Daera. Gadis itu berlari menuju rak bagian ramyeon. Changbin hanya berjalan santai mengikutinya.
Matanya kembali menangkap seseorang yang sama dengan jacket hitam, memasuki supermarket. Changbin menatap gerak-gerik orang itu. Yang tiba-tiba berlari menuju rak bagian makanan ringan setelah sempat bertemu pandang dengan Changbin.
Changbin teringat dengan suara bel yang menganggunya tadi.
Apa itu orang yang menjahiliku tadi? Kalau benar, untuk apa dia melakukan itu? Jadi dia mengikuti ku dan Daera kesini juga? Dan lagi, mengapa dia berpakaian sangat mencurigakan? Ku mohon bukan orang yang berbahaya.
"Daera~ya, aku ingin mengambil makanan ringan dulu. Kau jangan pergi kemana-kemana, mengerti?" pesan Changbin, Daera mengangguk mengerti.
Changbin segera pergi, ia tak menuju ke rak makanan ringan seperti yang ia katakan. Ia menuju ke orang mencurigakan tersebut. Changbin menemukannya, orang itu sedang berlagak layaknya pembeli biasa yang sednag memilih beberapa snack ditangannya.
Changbin meneliti tangan orang asing itu.
Dia perempuan?
Orang ini sangat teliti dalam berpakaian agar terlihat seperti pria, dilihat dari bagaimana ia menatap rambutnya agar benar-benar terlihat seperti pria. Tapi dia tak bisa menyembunyikan tangan lentik khas perempuan yang ia miliki.
Changbin mendekati orang itu mengharap reaksi yang biasa saja untuk membuktikan bahwa orang ini bukanlah orang mencurigakan seperti yang ia pikirkan. Orang itu menatap Changbin sekilas kemudian berlari menuju pintu keluar.
Tebakannya benar, orang itu mengikutinya dan mungkin saja berbahaya.
"Ya! Jangan lari kau!" seru Changbin. Dengan segala tenaga yang ia punya di malam sedingin ini, ia keluar mengikuti orang asing itu pergi. Matanya menangkap perempuan dengan jacket hitam itu berlari menuju sebuah gang kecil tak jauh dari supermarket.
Changbin kembali berlari lagi, ia berhenti saat melihat orang asing itu menghentikan jalannya karena melihat jalan buntu dihadapannya. Orang ini pasti belum tahu seluk beluk kawasan ini.
Changbin terengah-engah, napasnya yang hangat terlihat seperti asap yang mengepul ketika bertemu dengan udara dingin. Ia berusaha mengontrol napasnya.
"Kau tak bisa lari kemana-mana sekarang." ujar Changbin dengan nada tak kalah dingin dengan udara malam ini.
Orang itu berbalik menghadap Changbin. Ia sedikit menaikkan topinya dan sedikit memperlihatkan wajahnya yang sedari tadi tertutup oleh topi.
"C-chaerim?" mata Changbin terbelalak.
Chaerim menunjukan smirknya.
"Apa yang kau.." Changbin tak bisa berkata-kata lagi. Gadis itu sudah mengeluarkan pistolnya kearah Changbin, seolah-olah sudah terbiasa dengan benda itu.
"Dasar kau pengkhianat. Kau sengaja melindungi gadis yang seharusnya menjadi targetku. Dan kau bukannya membantuku menghabisinya ." Chaerim perlahan mendekat. Dan sebaliknya, Changbin yang menjadi sasarannya juga menjauh.
"Ahh.. aku yakin gadis itu Daera KAN!? Gadis yang kau bangga-bangga kan kepadaku, ternyata suka merebut pria orang lain. Dan sahabat yang paling aku percayai juga mengkhianatiku." lanjut Chaerim. Nada suaranya terdengar seperti sangat depresi.
"Bukan itu yang terjadi sebenarnya." suara Changbin terdengar mengecil. Ia sedikit merasa bersalah.
"Masih mau mengelaknya? Kau tau sendiri hidupku seperti apa. Dan, aku tak menyangka kau juga akan menjadi targetku selanjutnya." Chaerim menghela napas, ia menurunkan pistolnya, juga menurunkan kembali topinya untuk menutupi hampir seluruh wajahnya.
Changbin waspada, matanya sibuk mencari keberadaan kamera CCTV yang akhirnya ia temukan juga. Tepat berada diatas bangunan tua sebelah kanan Chaerim yang juga sedang mengawasi gerak-gerik mereka. Changbin sedikit memohon agar Chaerim tak menyadari keberadaan kamera pengintai itu.
Chaerim mengangkat pistolnya tepat mengarah ke Changbin.
"Sekarang. Selamat tinggal Seo Changbin."
°°°
Daera mencarai keberadaan Changbin. Matanya sibuk mencari Changbin diantara kerumunan orang di dalam supermarket. Ia sudah mengitari supermarket kira-kira 4 kali. Daera terlihat seperti orang gila karena membawa keranjang belanjaan yang belum terisi sama sekali.
Apa dia diluar?
Daera menaruh keranjang belanjaan di lantai dan segera berlari ke pintu keluar. Ia menengok kanan kiri mencari keberadaan Changbin. Matanya tajam mengamati satu persatu orang yang berada di sekelilingnya.
DOORR!!
Terdengar suara tembakan tak jauh darinya. Spontan ia menghadap kearah suara. Seberang jalan bagian kanan. Dari sana juga, beberapa orang mulai mengerumuni tempat kejadian.
Ada apa disana?
Daera berlari menuju gang kecil yang terlihat semakin sempit karenanya. Ia melihat seseorang dengan jacket hitam dengan wajah sama sekali tak terlihat, berjalan santai memasuki sebuah mobil dan segera pergi jauh.
Daera segera berlari memasuki kerumunan orang disana. Ia menerobos masuk melihat apa yang terjadi.
Matanya terbelalak, badannya kaku tiba-tiba, tangannya mengepal, rahangnya mengeras menahan tangis, air matanya yang awalnya sanggup ia bendung perlahan mulai jatuh satu persatu. Kedua tangannya spontan menutupi mulut yang terbuka lebar karena terkejut.
Seorang pria dengan pelukan yang hangat yang ia cintai. Seorang pria yang tengah menjadi tontonan banyak orang dengan darah yang terus mengalir dari perut bagian kiri. Seorang pria yang kini terjatuh dengan darah yang berusaha ia tutupi dengan tangannya yang sudah berubaah warna menjadi merah.
Dia adalah Seo Changbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Fanfic"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...