"oppa, bolehkah malam ini aku menginap di rumahmu?"
Daera menatap Daehwi memohon, pria itu sedikit heran awalnya. Namun, ia tak ingin mengubah suasana hati Daera yang sepertinya sedang kacau, dilihat dari bagaimana cara Daera memohon seperti ini.
"Oke, baiklah."
Daehwi tak terlalu mempermasalahkannya. Toh, Daera itu adiknya, mengapa ia melarang adiknya sendiri untuk menginap dirumahnya.
°°°
Mereka sampai dirumah Daehwi, apartemen Dongpyu, dilantai 5. Pria itu membuka pintu rumahnya. Terlihat sepasang sepatu hitam di rak sepatu, yang menandakan Juyeon sudah pulang.
"Ya! Lee Daehwi! Kemana saja kau!" Juyeon memasang wajah marah pada Daehwi, namun matanya menangkap Daera yang tengah berada dibelakang Daehwi, "Daera? Apa yang kau lakukan?"
Daera yang sedari tadi menunduk, kini mendongak menatap Juyeon penuh arti. Gadis itu siap memeluk kakak laki-lakinya, "Oppa!!!!!"
Daera benar-benar berhamburan memeluk Juyeon sambil menangis sesenggukan, tangisan yang sedari tadi sempat ia tahan. Kini akhirnya terlepas juga.
Juyeon hampir saja jatuh kalau kakinya tidak siap dengan pelukan -setengah dorongan- dari Daera. Juyeon yang langsung mengetahui kalau Daera menangis hanya membalas pelukan Daera dan menepuk punggung Daera bermaksud menenangkan.
Daehwi segera berbalik melihat Daera yang sudah menangis sejadi-jadinya didalam pelukan Juyeon. Mata pria itu terbelalak.
"Apa yang kau lakukan pada Daera?!" seru Juyeon pada Daehwi yang sama kagetnya.
"A-aku? Aku tak melakukan apapun padanya!"
"Bohong! Daera sampai menangis seperti ini. Apa yang kau lakukan!" Juyeon bisa saja memukul siapapun yang membuat adiknya seperti ini. Termasuk Daehwi.
"Bukan Daehwi pelakunya." lirih Daera.
Daehwi mengangguk setuju, "Sudah ku bilang!"
Juyeon menggiring Daera ke ruang tengah dengan Daehwi dibelakangnya sambil menarik koper Daera. Daera ditarik pelan untuk duduk oleh Juyeon yang sudah duduk di sofa panjang berwarna hitam milik Daehwi di ruang tengah.
Daehwi menaruh koper didekat salah satu kamar kosong yang akan Daera tempati nanti. Bagai ada magnet dalam tubuh Daera, Daehwi segera melangkahkan kakinya menuju sofa tempat Daera dan Juyeon duduk.
Sudah 15 menit Daera menangis seperti itu. Entah masalah apa yang dialami gadis itu, tapi yang jelas kini Juyeon dan Daehwi sangat khawatir. Setelah dirasa sudah lebih baik, Daera menghentikan tangisnya.
"Sudah lebih baik?" tanya Juyeon, dibalas anggukan pelan Daera.
"Jadi, ceritakan apa yang terjadi." perintah Daehwi, pria itu geram. Ia lebih merapatkan diri pada Daera.
"Tadi, aku melihat Changbin di cafe Jyeon" Daera memberi jeda sejenak dikalimatnya, "Dia sedang bersama wanita. Aku tak tahu siapa. Mereka terlihat sangat akrab, lebih dari sekadar teman biasa. Dan, disana aku melihat Changbin banyak tersenyum."
Daera menunduk menatap kedua tangannya yang mengepal menahan tangis. Juyeon membayangkan apa yang terjadi. Namun Daehwi merasakan suatu kejanggalan.
"Kau bilang tadi Changbin tak menjawab teleponmu, 'kan? Makanya kau meneleponku untuk menjemputmu?" Daehwi memastikan. Daera mengangguk.
Juyeon mengerutkan alisnya baru mengerti dengan apa yang terjadi.
"Tunggu sebentar, sebelumnya kau meneleponnya untuk menjemputmu tapi tidak dibalas, dan kau melihatnya tengah bersenang-senang dengan wanita lain?"
Daera menunduk lebih dalam, tangannya mengepal lebih keras, rahangnya mengeras, matanya yang awalnya terpejam kembali memejamkan matanya lebih keras berharap bayangan Changbin yang tengah bersama wanita lain itu hilang dari pikirannya.
"Wahh, apa dia tak sadar bahwa dirinya sudah menikah? Dengan seenaknya bersenang-senang dengan wanita lain." Daehwi menghirup napas kencang itu kedua kalinya dalam hari ini dia seperti itu.
"Dia benar-benar ingin mati." Juyeon melempar pandangannya kearah lain, rahangnya mengeras saking geramnya. Rasanya ia benar-benar ingin membunuh Changbin kalau saja Daera mengijinkan, kalau tidak Daera bisa saja tak menganggapnya sebagai kakak lagi.
"Sudah kubilang apa. Dari awal aku sudah tak menyukainya. Sudahlah, cari pria lain saja. Masalah perceraiannya biar aku saja yang urus." ujar Daehwi enteng.
Alhasil Daehwi mendapat sebuah cubitan lembut nan indah oleh juyeon. "Sudah diam saja kau. Kau pikir perceraian itu hal yang mudah? Urusi saja kuliahmu yang tidak jelas itu. Masalah Daera biar aku yang urus. Dan Daera, kau bisa tinggal disini sampai kita mendapatkan penjelasan dari Changbin." Juyeon melepaskan cubitan di lengan kanan Daehwi.
"Ahh, sakit!" Daehwi mengerucutkan bibirnya sebal tangannya mengelus-elus lengan yang tadi dicubit, "Baiklah baiklah. Aku ikut saja. Tapi, apa tidak lebih baik kita beritahu Eomma?"
Juyeon kembali menatap tajam Daehwi berharap laki-laki itu diam saja, daripada memberikan nasihat tidak jelas pada Daera. Yang ditatap hanya tersenyum horor pada Juyeon.
"Biar aku yang urus. Ahh, bilang pada eomma, kau menginap disini, jangan buat dia khawatir." Juyeon berdiri menuju kamarnya dan menutup pintu, lumayan keras.
°°°
"Kenapa kau tak membawa Daera kesini?" Chaerim antusias mendengar sahabat kecilnya itu sudah ber-rumah tangga. Padahal dirinya yang sebenarnya lebih tua 2 tahun darinya belum ber-rumah tangga.
Sahabat kecil? Benar, Chaerim adalah sahabat kecil Changbin. Mereka terpisah selama setahun karena wanita itu melanjutkan kuliah di Amerika, dan sepertinya akan lebih lama disana, dikarenakan Chaerim telah mendapat pekerjaan di Amerika.
"Dia sedang menginap rumah orang tuanya."
"Jadi kau sendirian dirumah?" ejek Chaerim, dan dibalas anggukan kecil dari Changbin.
Chaerim mulai tertawa terbahak-bahak. Changbin hanya memutar bola matanya malas dan menatap kearah jendela cafe yang menunjukan penampakan jalan raya di siang hari yang tak cukup ramai.
Chaerim yang sepertinya sudah puas dengan tertawanya meneguk sekali greentea lattenya.
"Sudah puas menertawakanku?" Changbin kembali memutar bola matanya malas.
"Kau ada fotonya? Aku sangat penasaran dengannya." pinta Chaerim.
Changbin mengeluarkan ponselnya dari saku jacket, ia memperlihatkan satu-satunya foto Daera yang ia punya. Saat itu, Daera sedang memakai gaun pendek putih polos dengan beberapa hiasan berwarna hitam dibagian pinggang, dan satu pita berwarna merah tua.
Daera mengenakan pakaian itu saat pesta pernikahan mereka.
Daera tak pernah memakai riasan yang tebal, entah itu permintaannya sendiri atau tidak. Namun ajah cantik Daera tetap terlihat sempurna.
"Bagaimana?" tanya Changbin dengan bangga memperlihatkan gadisnya pada sahabat kecilnya itu.
"Cantik." komentar Chaerim singkat.
"Hanya itu? Tidak ada tambahan?"
"Sekali. Demi apapun, kenapa dia sangat cantik? Wahh, sepertinya kau mendapatkan pasangan yang sempurna."
Changbin melihat kembali ponselnya. Matanya tertuju pada notifikasi pesan belum terbaca dan 3 panggilan tidak terjawab pada ponselnya. Alisnya mengerut setelah membuka pesan ter!ebut.
Lee Daera: "Changbin~ah, bisa jemput aku?"
Chaerim yang memperhatikan Changbin heran, pria itu terlihat kaget membaca sesuatu diponselnya. Changbin segera berdiri, gerakannya terhenti mendengar Chaerim bertanya.
"Ada apa?"
"Aku ada urusan."
°°°
Udh segitu ajaSeqian~
Luv u all❤
KAMU SEDANG MEMBACA
AMNESIA: THE SECRET [Seo Changbin] | COMPLETED
Fanfic"Aku yakin, rencana bodoh appa tak akan berjalan sesuai keinginan. Dengarkan ini baik-baik, sampai aku mati pun aku tak akan bisa nyaman dengan Lee Daera." Kecelakaan beberapa bulan lalu benar-benar membuahkan hasil. Seo Changbin dan Lee Daera disat...