Haloo. Boleh minta klik bintang di pojok kiri? 😀
Aku melambaikan tangan kepada orang dipintu caffe yang terlihat celingak celinguk mencariku.
"syilaaa" pekiknya setelah mata kami bertemu. Dia mempercepat langkahnya, senyum di bibirnya tak pudar selama berjalan.Bisa bisanya dia sesantai itu setelah berteriak di tempat umum seperti ini
"hmm?" gumamku acuh. Setelah sampai dia mendudukkan tubuhnya tepat di depan kursiku.Dia bela. Sahabatku. Aku sudah bersahabat dengannya sejak laaama sekali. Bahkan dari kami bayipun kami sudah bertemu.
Awalnya aku tak percaya perkataan ibu, tapi ibu memperlihatkan foto saat aku dan bela masih bayi. Ibuku dan ibunya memang sudah bersahabat juga sejak lama. Mereka satu angkatan saat sekolah.
Dia mendelik setelah mendengar ucapan ketus dariku.
"kamu tau?..
"tidak" ucapku cepat memotong ucapan bela. Mataku kembali menatap acuh susu vanila dan mengaduk aduknya. Bela tetap sama, aku tak suka mendengarnya yang selalu membuang buang kata. Apa tak bisa bicara langsung ke inti? Mana bisa aku tau jika dia belum mengatakannya.
Bela mendelik kesal.
"Aku akan menikah." sekarang bela yang berucap ketus. Kepribadian kami jauh bertolak belakang, bela yang selalu ceria dan punya banyak teman sedangkan aku yang tak banyak omong dan sering dikucilkan. Entah benar dikucilkan atau mengucilkan diri. Keduanya tetap sama, selalu sendiri. Tapi entah bagaimana kami tetap betah bersahabat.Mungkin karena sebenarnya tak perlu saling memuji dan selalu akrab untuk menjadi sahabat. Sudah biasa jika saling kesal. Seperti bela yang kesal sambil mengucapkan itu tadi. Jika sahabatmu terlalu formal, dia bukan sahabat.
Wait!
Aku membulatkan mata setelah mencerna kalimat bela.
"menikah!?" tak ada lagi nada ketus yang keluar sekarang. Yang ada teriakan tertahanku. Sedangkan bela sudah mengganti pandangan kesal tadi menjadi kembali ceria sambil tersenyum penuh arti.
Ada apa dia tiba tiba langsung berkata ingin menikah begini. Kemarin sore saja dia masih ku leraikan karena adu mulut cuma gara gara merebutkan baju.
"Kamu tidak sedang hamilkan?." suaraku mencicit. Jika dia tiba tiba ingin menikah, tentu ada alasan kuat yang terjadi. Bela yang terkejut dengan sigap membekap bibirku."jangan keras keras." ucapnya sambil melirik meja yang lain. Beruntung caffe tidak sedang ramai karena jam makan siang sudah usai tiga puluh menit yang lalu.
Jawaban seperti apa itu.
"Benar?!""kamu gila? Mana mungkin aku berani hamil diluar ikatan resmi. Jika begitu mama sudah pasti akan melumuri mukaku dengan bumbu dapurnya. Lagi pula di umur ini kita sudah pantas untuk menikah. Apa salahnya?" ucap bela sambil melepas bekapan tangannya.
Aku lega dan tersinggung sekaligus. Seperti tak ada bahasan lain selain menikah. Dia lebih mirip ibuku sekarang.
"dengan siapa?" setauku bela tak pernah berpacaran serius dengan lelaki. Ya kuakui dia banyak disukai karena pribadinya itu. Tapi bela bukan tipikal orang yang mau serius dalam berhubungan.
---o0o---
Punggungku menyentuh lembut kasur empuk ini. Aku lelah. Sungguh kaki ini penat. Mata dan Pikiranku sama sama melayang mebayangkan tentang hari ini. Perlahan kupejamkan mata mencoba tak menghiraukan entah rasa apa yang semakin terasa di hatiku.
Aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Mungkin air hangat bisa membantu. Setelah melepas pakaian aku mulai memasuki bathub.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Wedding
Romance⏩R O M A N⏪ [Slow Update]✔ Asyila Febrina X Azkean Allandra "kau tak memerlukan seorang yang hangat untuk meluluhkan hatimu yang dingin syila. Terkadang dingin bertemu dingin lebih menantang. Kalian akan cocok" ©® Semua hak cipta murni dari imajinas...