#29 Crazy Wedding || lost

1.3K 56 5
                                    

Pernahkah kalian mendengar sebuah aturan alam?
Cerah akan mendatangkan hujan..
Terang akan mendatangkan kelam..
Temu akan mendatangkan pisah..
Senyum akan mendatangkan tangis..

Baru kemarin rasanya, rasa bahagia datang menyapa hingga membuat terlena dan lupa bahwa aturan alam masih tetap berlaku..

Dan disinilah dia sekarang, terpuruk tak dapat berkata.. Terdiam tak sanggup berucap..

Terlalu sakit.. Hingga rasanya semua mati rasa

🍁🍁🍁

"Ayah..." Syila mengedarkan pandangannya dengan raut takut. Memandangi satu persatu sudut ruangan yang memang tak asing untuknya. Rumahnya, dengan berbagai foto keluarga mereka yang menghias dinding.

Masih tetap sama. Sejak terakhir dia kesini.

"ibu..?"

Lagi. Suara itu hanya menggema. Tak ada sahutan. Membuat langkah Syila semakin cepat mengedar ke seluruh ruang bernuansa alam ini.

Nafasnya mulai menderu cepat. Tatkala tak ditemui satu orangpun di rumah luas ini.

Sebenarnya kenapa dia bisa sampai disini? Dia sama sekali tidak ingat kejadian sebelumnya.

Langkah Syila mendadak terhenti. Saat mendengar suara tawa dari arah taman belakang. Syila kenal betul suara tawa itu.

Membuatnya bergegas berlari ke sumber suara dengan jantung bertaluan kencang.

Saat sampai di pintu, langkahnya memelan. Melihat siluet kedua orang tuanya tengah tertawa lepas dengan seorang anak perempuan kecil.

Disana. Di taman bermain yang dibuatkan kedua orang tuanya khusus untuknya. Langit sore terlihat memancarkan senja, dengan semburat jingga berbaur langit yang mulai menggelap. Seakan tidak cukup sampai disitu, sapuan angin yang mengalir lembutpun ikut meramaikan suasana. Membuat sore itu terasa kian bermakna.

Tanpa sadar, air mata berlinang di pelupuk mata Syila. Dadanya terasa sesak. Tapi dia tak tau apa penyebabnya.

"ayah.. Ibu..?" gumamnya serupa bisikan dengan bibir gemetar. Kaki jenjangnya masih terus berjalan pelan, dengan kedua tangan terkepal menahan gemetar.

Tawa itu kian mengalun, tatkala si gadis kecil dilambungkan tinggi oleh ayahnya. Rambut coklat itu berterbangan tertiup angin. Dengan dress khas anak anak berwarna pink pastel.

Tiap kali tubuh mungil itu dilambungkan. Tawa ketiganya akan mengalun. Tak mempedulikan matahari yang sebentar lagi terbenam. Hari yang sebentar lagi menutup. Waktu yang sebentar lagi habis.

Syila hanya dapat terpaku. Melihat pemandangan itu. Air matanya terus saja jatuh. Membasahi pipi hingga dadanya sesak.

Gadis kecil itu tertawa lepas didekap erat ayahnya. Dengan keringat yang sudah bercucuran, namun senyum ceria itu masih belum mau surut. Terpatri seolah tak ada yang lebih membahagiakan dari itu.

Mata coklatnya berbinar, mendongak menatap ayahnya. Masih dalam gendongan. Perlahan jemarinya menangkup pipi sang ayah.
"ayah.. Nanti, jika Syila besar. Syila mau sama sama ayah ibu. Sampai tua, ya?" ujarnya polos.

Crazy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang