#3 Crazy Wedding | LIE ISN'T ?

3.7K 154 3
                                    

"ayah mengizinkannya mengambilku?" aku menatap ayah tak percaya. Mencoba meracuni fikirannya bahwa aku benar benar tak menginginkan ini semua. Ayah akan selalu menuruti keinginanku. Iya, selama ini ayah selalu menuruti keinginanku. Bagaimanapun aku harus membuat ayah mengikuti keinginanku.

"Ayah hanya setuju dia mendampingimu. Apa itu kejam?" ayah masih menggunakan nada santai dan gelinya. Ya. Itu kejam. Itu kejam bagiku. Seperti biasa aku hanya bisa mendongkol dalam hati.

"aku tidak setuju." aku mengalihkan muka dari ayah. Bisa bisanya semua orang hari ini merusak hidupku yang tenang. Aku sensitif tentang pernikahan sekarang.

"baiklah." ibu berkata santai kembali. Hanya itu? Jika tau semudah ini aku tak perlu jatuh sampai bokongku sakit.

"biar ibu yang menggantikanmu." Ibu menatapku dengan pandangan menangnya. Hey! Apa maksudnya itu!

"kamu mau apa ???." ayah memandang ibu dengan wajah protesnya.

"menggantikan anakmu. Ibu tak bercanda berkata bahwa dia saaangat tampan." ibu memandang ke langit langit dapur dengan tatapan memuja.
Kulihat ayah masih memberikan tatapan tak terimanya.

Huh. Drama apa ini.

"ibu, kau membuatku mual." aku menatap ibu dengan wajah ditekuk. Dimana ibu yang selalu mengomeliku?

Ibu kembali menatap serius. Yap, Ini dia.
"dengarkan ibu, kau harus bertemu dengannya dan baru memutuskan kau bersedia atau tidak." ibu kembali sadar sepertinya.

Baiklah. Bertemu dan dia akan ku acuhkan. Jika dia bicara akan ku beri ucapan tajamku. Siapa yang tahan jika begitu?.

Hatiku mencelos seketika.
Alvandra, dia yang tahan. dia tak akan terpengaruh meski bagaimanapun aku mengancamnya. Aku meremas ujung pakaianku.

"tapi ingat. Bersedia atau tidak ibu tak mau tau. Umurmu sudah tua dan ibu sudah malas melihatmu mengendap di kamar setiap hari." ucap ibu dengan entengnya. Pilihan macam apa itu.

"ibu malas melihatku?" sungguh aku tak habis pikir dengan ibuku ini.

"iya, sebaiknya kau kembali menjadi bayi yang menggemaskan, agar ibu tak pernah bosan melihatmu. Karena kau tak mungkin kembali bayi, kita permudah saja, kau tinggal beri ibu cucu." ibu menatap tajam diriku. Sungguh ajaib.

Mempermudah? Tinggal ?.
Menikahpun masih sangat kutentang. Apalagi ini, cucu?.
Semua isi hatiku sangat sulit kuutarakan. Aku selalu saja pandai berbicara dan protes di dalam hati. Sedangkan saat berucap, kalimat yang keluar hanya seperempat dari yang ingin kuucapkan. Mulutku sudah terbuka hendak protes, tapi seakan terbelenggu tak ada satu katapun yang keluar.

Lebih baik pergi. Aku melangkah dari situasi menyebalkan ini. Anak anak tangga ini terasa tak mempunyai ujung karena suasana hatiku. Ayah dan ibu tak berniat menghalangi atau mengejarku, mereka tau aku butuh waktu sendiri.

Setelah mengunci pintu kamar aku langsung merebahkan badan dan mulai menerawang pada langit langit kamar. Sudah berkali kali aku berkata aku sangat membenci kerumitan. Sepanjang hari ini aku selalu dihadapkan dengan sesuatu yang rumit.

Apa keberuntunganku habis? Tapi itu aneh, selama ini aku tak pernah merasa benar benar beruntung selain jika menemukan novel yang kuincar. Selebihnya datar.

Setelah sekian lama berdiam tanpa melakukan apapun. Aku menatap jam di nakas sebelah kasurku.7.54

Aku berdiri ke arah lemari. Mengambil cardigan dan memakainya untuk menutupi tubuhku yang berbalut piama tidur. Segala hal hari ini sudah menyedot semua tenagaku.

Crazy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang