#9 Crazy Wedding | ALVANDRA (2)

2.5K 108 0
                                    

Happy reading. Vote dulu gaaiisss.

Tok tok

Katukan itu membuat kepalaku menoleh. Handle pintu perlahan bergerak dan pintu terbuka memperlihatkan kepala gadis kecil menyembul di baliknya. Dia kemudian masuk dengan baju berwarna kuning cerah. Khas anak anak.

"alvandra?"

Mendengar sapaan riang itu memaksakanku untuk turun dari tempat tidur dan membalas sapaannya dengan sedikit senyum.

"kenapa bela?" aku melangkah menghampiri bela. Tubuh bela yang lebih pendek dariku mengharuskannya sedikit menengadah.

"apa kau tak bosan di kamar? Kita bisa main bersama." bela tersenyum sambil memamerkan deretan giginya.

"ibuku dimana?" aku tak melihat ibu. Padahal aku tidur nyenyak di pelukan ibu semalam. Biasanya ayah tak akan mengizinkan aku tidur dengan siapapun, bahkan dengan ibu. Ayah tak ingin aku jadi anak manja. Tapi semua bebas sekarang, kami tak sedang dirumah ayah yang besar itu. Ibu dan aku menginap di rumah aunty sarah. Sudah seminggu setelah kepergian kami dari rumah, aku tak mendengar kabar apapun dari ayah.

Entah untuk berapa lama, aku sendiri tak mempermasalahkannya. Selama bersama ibu dan jauh dari ayah semua baik baik saja. Keluarga bela pun memperlakukan kami dengan sangat baik.

"bersama mamaku, aunty meminta membangunkanmu. Mau main?" bela kembali mengulang ajakannya.

Aku tersenyum dan mengangguk, padahal aku sangat ingin kembali bergelung tidur atau makan sesuatu untuk sarapan, tapi aku tak tega menolak.

Bela kelihatan antusias dan kembali tersenyum lebar. Dia kemudian berlari keluar sedangkan aku berjalan pelan.

Lari bela berhenti dan dia menoleh kembali kepadaku karena baru sadar aku sudah tertinggal jauh darinya hingga ia berlari kembali ke arahku.

Bela meraih tanganku dan menyeret agar ikut berlari dengannya. Mau tak mau tubuhku mengikuti langkahnya.

"bermain apa?"

"boneka, kau suka?" bela menjawab ceria.

Aku tersenyum geli dan hanya mengangguk sebagai jawaban. Aku anak laki laki, untuk apa juga bermain boneka. Tapi tak apa, aku bisa menemaninya.

Prang!

Suara benda pecah menghentikan lari kami, aku dan bela saling berpandangan heran.
"tunggu disini, biar aku lihat"kataku. bela mengangguk dan aku melangkah menuju sumber suara tadi.

.
.
.

"tolong.. Biarkan aku dan alvandra hidup normal. Aku tak akan meminta apapun darimu"

Di ujung ruang makan aku melihat ibu yang sudah berlutut menangis. Jantungku berdegup cepat melihat tubuh tegap ayah sudah berada disana. Perasaan ketakutan membuat tubuhku otomatis bersembunyi di balik dinding yang menjadi sekat ruangan ini.

"kau bebas pergi, tapi jangan bawa alvandra, dia satu satunya penerusku." suara ayah yang dingin mulai terdengar membuatku menutup rapat rapat telinga karena tak ingin lagi mendengar suara itu.

"satu satunya? Bukannya perempuan itu juga memberimu anak? Kau bisa memberikan seluruh harta yang kau punya pada anak itu."  Aku tak pernah mendengar nada suara ibu sebenci itu, seperti bukan ibu sama sekali. Kedua tanganku semakin kuat menekan telinga yang sedari tadi masih bisa mendengar pertengkaran orang tuaku. Perempuan siapa?

Crazy WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang