Setelah makan di kantin, Ashila dan kawan-kawannya langsung pergi menuju kelas. Tadi di kantin, ia sangat merasa canggung. Raka terus menatapnya terang-terangan. Untungnya Ashila bisa berlagak tidak tahu kalau Raka menatapnya.
"Eh Shil! Lo kenapa gak ada tanda-tanda deket ama kak Raka sih?" tanya Dira begitu mereka sampai dikelas.
"Iya gue baru nyadar!" sambung Kila.
"Kan waktunya sebulan. Masih lama kok!" bela Ashila.
"Elah lo! Tapi gue liat lo gak ada usaha buat deket ama kak Raka. Gue ngerasa nya lo itu nge-hindar dari dia!" ucap Dira. Kila hanya mengangguk setuju.
"Ihhh bukannya git-"
"Gue gak mau tau! Kalo sampe hari Jumat gue gak liat tanda-tanda kedekatan elo sama kak Raka, Senin lo harus siap nyium kaos kaki Ridwan!" perintah Dira membuat Ashila merasa terintimidasi.
"Astaga lo itu gak sabar banget sih! Lo pikir gampang buat ngedeketin tuh kakak kelas?" bela Ashila lagi dengan nada kesal.
"Itu urusan lo Ashila sayang!" ucap Dira dan Kila bersamaan. Ashila hanya melipat wajahnya dengan kesal.
•°•
Bel pulang sekolah berbunyi menandakan berakhirnya proses belajar mengajar di SMA Anak Bangsa. Raka keluar dari kantin dengan baju yang di keluarkan dan rambut yang acak-acakan. Iya, ia memang benar keluar dari kantin. Karena setelah jam istirahat selesai, Raka dan para temannya tidak kembali ke kelas. Namun merencanakan strategi perang.
Iya, perang. SMA Anak Bangsa akan mengadakan tawuran dengan SMA lawan. Siapa lagi kalo bukan SMA Cenderawasih.
"Bagas, suruh anak-anak ke basecamp, kita periksa peralatan." ucap Raka kepada Bagas yang langsung mengangguk mengerti.
Raka dan yang lainnya langsung pergi ke basecamp mereka. Dimana lagi kalau bukan warung Bi Odah.
Warung Bi Odah begitu sepi ketika Raka dan yang lainnya sudah sampai di sana.
"Mau tawuran lagi ieu teh Raka?" tanya Bi Odah.
"Iya Bi hehe!" jawab Raka sambil cengengesan. Sedangkan Bi Odah hanya menggelengkan kepalanya.
"Yaudah. Karena semua udah ada disini, kita periksa peralatan sekarang!" komando Raka.
Rayhan dan Rio pun berjalan kearah para anggota tawuran.
"Pisau?" ucap Rayhan.
"Ada!!!" jawab mereka.
"Arit?" ucap Rio.
"Ada!!!"
"Batu?"
"Ada!!!"
"Golok?"
"Ada!!!"
"Linggis?"
"Ada!!!"
"Kayu?"
"Ada!!!"
"Bon cabe?"
"Belom beli njir!" ucap Rayhan.
"Bi Odah! Bon cabe serenteng!" ucap Raka kepada Bi Odah yang lagi kipas kipasan manja dengan menggunakan hihid (kipas-kipasan yang terbuat dari bambu).
"Oke sip!" jawab Bi Odah. Lalu Bi Odah memberikan serenteng bon cabe yang mantab jiwa.
"Makasih Bi. Nih uangnya!" ucap Raka sambil memberi uang berwarna biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of Truth Or Dare [ COMPLETED ]
Ficção AdolescenteSemuanya berubah hanya karena 1 permainan yang bernama Truth Or Dare. Ashila, gadis kelas XI SMA Anak Bangsa bermain sebuah permainan bersama kedua sahabatnya. Permainan itu bernama Truth Or Dare. Permainan yang menjebaknya dengan sebuah tantangan g...